Share

Bab 9

Author pov

Cassandra sedang menyusun bahan makanan ke dalam kulkas, didekatnya Ahmad mengacak-acak kantung belanjaan kemudian duduk diatas meja dapur tepat disebelah kulkas. Sambil menemani Cassandra Ahmad mengemil makanan ringan yang ia temukan didalam salah satu tas belanja

"Itu punya Zia. Enak aja kamu nyam nyam nggak bilang dulu. tar dia ngambek loh." Ucap Cassandra tanpa melihat Ahmad, tangannya masih sibuk menata kotak-kotak makanan ke dalam kulkas.

"Eh, punya Zia. Pantesan baru kali ini nemu beginian di tas belanjaan kita." jawab Ahmad asal saja.

Cassandra hanya menoleh sedikit kemudian kembali berkutat dengan bahan makanan dan kulkasnya.

"Kamu lagi dapet?" tanya Ahmad menelisik.

"Enggak, kan tadi shalat bareng Zia." jawab Cassandra tak acuh

"Sewot banget." Gerutu Ahmad sambil memasukkan keripik kentang ke mulutnya.

"Enggak sewot, kamu aja yang ngeselin." Gerutu Cassandra balik.

"Kok jadi aku yang salah sih?" tanya Ahmad heran

"Tau ah, udah sana jauh-jauh deh. kesel banget aku rasanya." Sandra mulai mengomel

"Aku kenapa sih, aku diem aja dari tadi. Cuman nemenin kamu." Balas Ahmad bingung.

"Habisnya, tuh duduk diatas meja, terus makan kecap-kecap dari tadi, udah gitu Bau banget lagi, kamu nggak mandi dari kapan sih?" Kata Sandra mengomel sambil menutup kulkas dan merapikan tas tas belanja itu.

Ahmad mendengus kesal, kemudian melangkah menuju kamar Sandra. Ahmad mengambil haduk dan berjalan ke kamar mandi. Guyuran shower mendinginkan kepalanya yang pusing melihat tingkah Cassandra yang sedikit berubah. Usai mandi Ahmad mengenakan handuk kimononya dan melemparkan handuk kepalanya ke atas kasur. Ia duduk di sofa dekat jendela kamar Cassandra dan menggunting kuku kakinya.

***

Sandra masuk kekamarnya dan mendapati Ahmad tengah menggunting kukunya seusai mandi.

"Astaghfirullah, Ahmad kamu kenapa sih? Handuk basah ditaruh diatas kasur, ini lagi gunting kuku sembarangan." Rentetan omelan Sandra menggema lagi di ruangan itu.

Sandra mengambil handuk basah itu, dan meletakkan di tempatnya. Karena kesal dengan ulah suaminya, Sandrapun keluar dari kamarnya dan berjalan kearah balkon. Ahmad yang merasa bersalah mengekor dibelakang Sandra.

"Sayang, kenapa sih kamu maraaaah terus? nggak capek apa?" tanya Ahmad merayu istrinya.

Entah mengapa Sandra terduduk di lantai balkon dan menangis sejadi-jadinya. Ahmadpun panik dibuatnya.

"Aduh sayang kamu kenapa sih? ngomong dong kalau ada masalah." Ucap Ahmad merasa bersalah.

Ahmad menggendong Sandra ke kamarnya dan memeluk tubuh istrinya di atas kasur. Ia mengelus rambut Sandra, mengecup keningnya. Mendadak Ahmad berdiri dari kasur dan berjalan kearah pintu.

"Mau kemana?" tanya Cassandra sambil menyeka ingusnya dengan tishu.

"Ini mau tutup pintu." Jawab Ahmad sambil meraih gagang pintu untuk menutupnya, lalu berjalan kearah lemari dan segera mengganti handuknya dengan pakaian rumahan yang nyaman. Kemudian iapun merebahkan bobot tubuhnya disamping Cassandra.

"Kamu kenapa sebenarnya?" tanya Ahmad dengan lembut. Ia kembali mengelus rambut Sandra yang kecoklatan.

"Entah lah aku ngerasa mood swing banget akhir-akhir ini." jawab Cassandra lemah.

"Besok aku antar ke klinik, kamu periksa ya?" Pinta Ahmad hati-hati.

"Iya." jawab Cassandra singkat.

Ahmad memeluk Cassandra dan membiarkan istrinya itu tertidur di pelukannya. Ia memandangi Cassandra nampak. kantung mata mulai terlihat di wajah cantiknya. Bibirnya mengatup nampak kering, tak biasanya Sandra terlihat seberantakan ini.

Ahmad pov

Kupindai sekali lagi penampilan Cassandra, dan memang aku tidak salah lagi. Saat ini aku tahu Cassandra sedang begitu terluka dengan keadaan kami.

"Oh sayangku, Cassandra. Ada apa denganmu? Mengapa kau nampak tak baik begini? Hatiku resah, sakit melihatmu begini." Ucapku dalam hati.

Masih kupandangi wajahnya, tak bisa berpaling. Wajah cantiknya seperti berselimut duka.

"Seburuk itu kah kondisi hatimu?" Gumamku lagi.

kukecup kedua mata Cassandra yang terpejam. Ia menghela nafas panjang ditengah tidurnya.

Wanita yang sangat kucintai, yang cintanya kuperjuangkan kini menangis hingga terlelap dipelukanku.

Sembari menatap wajah Cassandra yang terlelap, aku teringat pembicaraan tentang ia ingin bekerja di luar rumah. Mungkin nanti akan kupertimbangkan. Sebenarnya bisa saja dia menemaniku bekerja di restoran, tapi Cassandra yang tidak mau dan takut berselisih paham denganku tentang cara pengelolaan restoran. Juga restoran cabang yang satu lagi juga bisa saja dia handle. Hanya saja tempatnya memang cukup jauh dan aku tidak akan tega jika Cassandra benar-benar bekerja di restoran itu.

Mungkin sepertinya aku harus mengalah dan memperbolehkan Cassandra mengambil job dari Ferdi. Kuhela nafas besar ketika teringat nama itu, Ferdi. Dulu kami memperebutkan Cassandra, dan aku lah yang berhasil menikahinya. Aku tahu Ferdi belum juga menikah karena belum bisa move on dari Cassandra. Apa bisa aku membiarkan Cassandra bekerja pada Ferdi. Aku benar-benar pusing.

Mungkin esensinya adalah Cassandra butuh kesibukan agar pikirannya lebih tenang, dan tidak selalu terbawa cemburu ketika melihatku dengan Zia. Aku akan pikirkan bagaimana cara agar Cassandra bisa mendapatkan yang ia inginkan tanpa ada Ferdi didalamnya. Tidak mungkin aku membuka celah bagi istriku untuk dekat dengan orang yang sangat mengaguminya. Walaupun Cassandra sendiri tak pernah paham akan apa yang memicu perang dingin antara aku dan Ferdi.

"Sayang maafkan aku jika kamu harus terluka begini. Kuatlah sayang aku mencintaimu Cassandra." Kubisikkan kalimat cinta di telinga Cassandra. Kemudian kukecup kening Cassandra. Kurasa keningnya sedikit menghangat, entahlah mungkin hanya perasaanku saja.

Cassandra sedikit menggeliat, dan matanya mengerjap. Ia menghela napas panjang namun masih tetap tertidur, walaupun dahinya berkerut. Entah apa yang sedang terjadi didalam mimpinya.Tiba-tiba Cassandra terbangun, dan keheranan melihat Ahmad yang tengah memandangnya dalam dan penuh arti.

"Sayang ngapain liatin aku seperti itu? Lagi mikir apa hayo?" Tanya Cassandra menggodaku.

"Lagi mikirin kamu lah." jawaku spontan sedikit terkejut bahwa Cassandra sudah terbangun.

"Iidiiih gombal, udah lima tahun nikah masih aja digombalin." Ucap Cassandra manja sambil memukuli dadaku pelan.

Pukulan manjanya membuat gairahku muncul, tanpa basa-basi aku mulai menciumi bibir Cassandra dengan lembut. Cassandra memejamkan mata dan mulai membalas ciuman dariku. Perlahan-lahan Kami mulai terbawa arus cinta kedalam ruang kebahagiaan.

"Kenapa menangis? Kamu tidak nyaman?" Tanyaku sembari menghentikan sejenak aktivitasku.

"Tidak ada apa-apa sayang." Jawab Cassandra kemudian mengecup bibirku untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.

"Lanjutkanlah sayang." Imbuhnya lagi dan segera kumulai lagi percintaan kami hingga kami telah mencapainya bersama.

Kulihat Cassandra tersenyum dalam letihnya sambil melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Kukecup keningnya begitu lama agar ia tahu bahwa cinta untuknya tak pernah berkurang sedikitpun meski nyatanya pernikahan ini telah bercabang.

"Ayo kita bersuci, ini sudah hampir magrib." Ucapku pada Cassandra diiringi dengan anggukannya.

Kamipun segera bersuci kemudian aku berpamitan untuk pergi ke masjid melaksanakan ibadah magribku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status