Short
Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali

Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali

By:  YeniCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Chapters
7views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pada hari kelahiran kembar, aku menyuap dokter keluarga dan menyuntikkan semua inihibitor persalinan kuat yang ada di rumah sakit untuk menunda persalinan. Alasannya karena di kehidupan sebelumnya, Vincent Kusuma didiagnosis dengan oligospermia. Demi punya penerus, Vincent sampai cari belasan selingkuhan di luar. Dia mengumumkan, siapa pun yang duluan melahirkan anak cowok, anak itulah yang akan jadi bos keluarga berikutnya. Katanya, asalkan aku duluan melahirkan, dia akan mengusir semua selingkuhannya dan membiarkan anakku menjadi pewaris Keluarga Kusuma. Aku memercayainya. Saat tahu aku hamil kembar, rasa haru dan senang yang sulit dikatakan membuatku gemetaran. Tapi setelah melahirkan, dia malah suruh orang mengurung aku dan bayi yang baru lahir ke dalam gudang anggur yang dingin dan melarang semua orang dekatin kami. “Lusi berasal dari keluarga sederhana. Aku cuman mau kasih anaknya status yang sah supaya masa depan mereka lebih baik. Tapi kau sengaja menyebarkan kabar itu, sampai dia keguguran karena putus asa. Akhirnya dia dan bayinya mati.” “Kau segitu kejam! Kau sama sekali nggak layak jadi ibu pewaris Keluarga Kusuma! Renungkanlah kesalahanmu! 3 hari lagi baru aku lepaskan kau dari sini!” Setelah selesai berbicara, Vincent suruh kepala pelayan kunci pintunya tanpa menyisakan lubang. Tapi, dia nggak tahu. Malam itu, gudang anggur kebakaran. Aku dan anak kembarku tewas terbakar. Pas aku buka mata lagi, ternyata aku kembali ke malam sebelum melahirkan. Di kehidupan yang baru ini, aku nggak mau jadi istri sah mafia lagi. Setelah anakku lahir dan tenagaku pulih, aku akan bawa anakku pergi jauh dari sini.

View More

Chapter 1

Bab 1

Aku panggil dokter keluarga dan minta suntikan inhibitor terakhir.

Dokter ketakutan hingga wajahnya pucat dan berkata, “Bu Avera, kau sudah harus melahirkan! Kalau terus ditahan, ibu dan anak akan mati!”

Aku menggertakkan gigiku. Belum sempat berbicara, pengawal Vincent langsung menerobos masuk dan mengangkatku dari ranjang bersalin dengan kasar.

Melihat ini, dokter yang berada di belakang berteriak dengan putus asa, “Tanda-tanda vital Bu Avera terus menurun! Dipaksa pindah akan bikin dia perdarahan berat! Ini berarti bunuh 3 nyawa sekaligus!”

Pengawal mengabaikannya, lalu menyeretku ke tempat konferensi pers keluarga yang diadakan di aula rumah.

Para selingkuhan Vincent juga dibawa masuk. Beberapa di antara mereka perutnya sudah besar. Jelas-jelas sudah mendekati masa persalinan.

Kemudian, semua wanita, termasuk aku, dipaksa minum sebotol cairan pahit oleh pengawal. Obat itu adalah obat aborsi yang sangat kuat.

Situasi di aula langsung ricuh. Tangisan dan ratapan terdengar di mana-mana.

“Kalau pun Kak Avera melahirkan, kami tetap nggak bisa rebut posisinya. Kenapa kami harus aborsi anak? Aduh! Sakit sekali! Tolong!

Aku juga dipaksa minum sampai habis. Proses persalinan yang sebelumnya ditahan oleh inhibitor langsung kacau. Darah mengucur deras dan membasahi seluruh gaun tidur sutraku.

Jeritan kesakitanku mengagetkan semua cewek yang ada di sana. Mereka memandangku dengan panik dan bertanya, “Kak Avera juga dikasih minum obat itu? Kakak ‘kan hampir melahirkan.”

“Kalau bukan anak yang dilahirkan istri pertama, lalu siapa? Siapa yang mau nyawa kita semua?”

Aku kesakitan sampai nggak bisa berdiri dengan stabil. Aku memaksakan diri untuk bangkit dan berteriak ke penjaga pintu, “Cepat panggil dokter! Ini bisa bunuh orang, tahu?”

Tepat pada saat ini, Lusi Nabila yang mengenakan setelan jas putih buatan khusus masuk sambil menggandeng Vincent Kusuma. Wajahnya bersemu merah, sama sekali nggak kelihatan lemah kayak orang yang baru saja melahirkan.

Begitu Vincent masuk, dia langsung melihat para selingkuhannya berjatuhan dan menggeliat kesakitan di lantai. Melihat ini, wajahnya langsung berubah muram.

Tapi Lusi malah langsung menatapku di antara kerumunan dan berteriak dengan suara melengking, “Kak Avera! Apa yang kau lakukan? Kok mereka bisa keguguran semua?”

“Ngeri sekali. Kalau bukan Vincent terus bersamaku, mungkin anakku juga bakal kayak mereka gitu. Kak Avera, kau kok sekejam itu?”

Lusi menatapku dengan mata berlinang, lalu langsung menuduhku sebagai biang keladi.

Mendengar ini, aku kaget hingga terus menggeleng-gelengkan kepala. Belum sempat berbicara, sepasang tangan besar mendorongku hingga jatuh ke lantai.

“Dasar bajingan! Beraninya kau racuni mereka saat aku nggak ada! Kau segitu iri hati? Sampai mau bunuh mereka dan bayi mereka!”

Aku meringkuk kesakitan, tapi mataku justru melihat Lusi yang berdiri di belakang Vincent tersenyum dengan puas.

Aku menggertakkan gigiku dan berkata, “Aku nggak buat apa-apa … Pasti dia!”

“Masih berani menyangkal?!” Vincent membentak dengan keras dan suaranya pun bergema di seluruh aula. “Ini bukan pertama kalinya kau berbuat jahat karena iri hati! Kali ini, aku nggak akan memanjakanmu lagi!”

Dia memerintah para selingkuhannya yang keguguran itu, “Satu orang kasih dia satu tamparan. Habis itu, aku antar kalian ke panti rehabilitasi swasta terbaik untuk pemulihan.”

Pengawal menahan aku di tengah aula, sama sekali nggak peduli pada darah yang mengucur deras dari bawah tubuhku.

Para selingkuhan berjalan mendekat sambil menangis dan berkata, “Maaf, Kak Avera.”

Tamparan datang bergantian. Kepalaku berdenyut, telingaku berdenging dan separuh wajahku langsung kebas.

Setelah semua orang pergi, Vincent baru menggendong bayi yang terbungkus selimut mewah dari pengasuhnya dengan puas. Lalu menghampiriku sambil menggenggam tangan Lusi.

Melihat seluruh tubuhku yang dipenuhi noda darah dan pipi yang membengkak, seberkas emosi rumit melintas di matanya.

Tapi sesaat kemudian, tatapannya kembali jernih dan berkata dengan dingin, “Jangan salahkan aku suruh mereka menamparmu. Kau buat mereka kehilangan anak. Aku harus hukum kau di depan mereka agar masalah ini bisa berakhir. Sekaligus biar kau tahu, aku nggak akan memanjakanmu lagi. Kalau kau tetap berbuat jahat, inilah akibatnya.”

“Selain itu, kali ini jangan bermimpi mau rebut posisi pewaris Lusi dan anaknya.”

Mendengar ini, seluruh badanku gemetar. Aku mendongak melihatnya.

Rupanya bukan hanya aku yang hidup kembali.

Pantesan hanya karena ucapan Lusi, Vincent langsung yakin akulah pelakunya.

Pantesan dia bilang ini bukan pertama kalinya aku berbuat jahat.

Karena di kehidupan sebelumnya, dia juga menuduhku dengan cara yang sama, menjatuhkan hukuman mati untukku dan anakku demi Lusi.

Memikirkan ini, mataku memerah. Dia malah berkata dengan dingin, “Avera, kau pura-pura kasihan juga nggak guna lagi.”

“Aku sudah suruh dokter beri Lusi obat pemacu kontraksi. Kali ini, dia yang duluan melahirkan. Sudah kubilang, siapa yang duluan melahirkan, anaknya yang akan jadi pewaris. Sekalipun kau adalah istri sahku, itu juga nggak ada gunanya.”

Mendengar ini, aku tersenyum getir sambil menahan bagian bawah tubuh yang terus mengucurkan darah, lalu berkata dengan nada rendah, “Aku sudah suntik inhibitor untuk menunda persalinan, kasih jalan buat kalian. Kenapa kau masih nggak membiarkan aku melahirkan anakku? Kenapa kau masih paksa aku minum obat dan mau bunuh anakku?”

Mendengar ini, Vincent tercengang. Dia mengerutkan alisnya dan berkata, “Jangan asal ngomong! Tenggat melahirkanmu tadi malam ‘kan sudah lewat. Aku sudah tanya ke dokter, harusnya kau sudah melahirkan.”

Sambil menahan nyeri hebat, aku mengulurkan tanganku untuk meraih celananya dan memaksanya meraba perutku yang masih besar.

Namun, wajahnya penuh rasa jijik. Dia segera melepaskan tanganku dan berkata, “Lusi baru siap melahirkan. Dia nggak tahan cium bau darah.”

“Tak usah drama lagi. Kalau mau buktikan bahwa kau nggak bermaksud mencelakai Lusi, dalam konferensi pers keluarga besok, akuilah bahwa kau yang mandul, sehingga kau minta Lusi untuk melahirkan anak untukmu.”

“Lalu, serahkan semua saham, properti, dana amanahmu pada Lusi dan anaknya. Ke depannya, kau layani mereka dengan baik.”

“Kalau masih macam-macam atau berani sentuh dia sedikit saja, kali ini yang kuhabisi bukan cuma kau saja. Jangan harap ayahmu yang terluka parah dan masih koma bisa terus dapat perawatan terbaik di panti rehabilitasi keluarga.”
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status