Share

Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali
Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali
Author: Yeni

Bab 1

Author: Yeni
Aku panggil dokter keluarga dan minta suntikan inhibitor terakhir.

Dokter ketakutan hingga wajahnya pucat dan berkata, “Bu Avera, kau sudah harus melahirkan! Kalau terus ditahan, ibu dan anak akan mati!”

Aku menggertakkan gigiku. Belum sempat berbicara, pengawal Vincent langsung menerobos masuk dan mengangkatku dari ranjang bersalin dengan kasar.

Melihat ini, dokter yang berada di belakang berteriak dengan putus asa, “Tanda-tanda vital Bu Avera terus menurun! Dipaksa pindah akan bikin dia perdarahan berat! Ini berarti bunuh 3 nyawa sekaligus!”

Pengawal mengabaikannya, lalu menyeretku ke tempat konferensi pers keluarga yang diadakan di aula rumah.

Para selingkuhan Vincent juga dibawa masuk. Beberapa di antara mereka perutnya sudah besar. Jelas-jelas sudah mendekati masa persalinan.

Kemudian, semua wanita, termasuk aku, dipaksa minum sebotol cairan pahit oleh pengawal. Obat itu adalah obat aborsi yang sangat kuat.

Situasi di aula langsung ricuh. Tangisan dan ratapan terdengar di mana-mana.

“Kalau pun Kak Avera melahirkan, kami tetap nggak bisa rebut posisinya. Kenapa kami harus aborsi anak? Aduh! Sakit sekali! Tolong!

Aku juga dipaksa minum sampai habis. Proses persalinan yang sebelumnya ditahan oleh inhibitor langsung kacau. Darah mengucur deras dan membasahi seluruh gaun tidur sutraku.

Jeritan kesakitanku mengagetkan semua cewek yang ada di sana. Mereka memandangku dengan panik dan bertanya, “Kak Avera juga dikasih minum obat itu? Kakak ‘kan hampir melahirkan.”

“Kalau bukan anak yang dilahirkan istri pertama, lalu siapa? Siapa yang mau nyawa kita semua?”

Aku kesakitan sampai nggak bisa berdiri dengan stabil. Aku memaksakan diri untuk bangkit dan berteriak ke penjaga pintu, “Cepat panggil dokter! Ini bisa bunuh orang, tahu?”

Tepat pada saat ini, Lusi Nabila yang mengenakan setelan jas putih buatan khusus masuk sambil menggandeng Vincent Kusuma. Wajahnya bersemu merah, sama sekali nggak kelihatan lemah kayak orang yang baru saja melahirkan.

Begitu Vincent masuk, dia langsung melihat para selingkuhannya berjatuhan dan menggeliat kesakitan di lantai. Melihat ini, wajahnya langsung berubah muram.

Tapi Lusi malah langsung menatapku di antara kerumunan dan berteriak dengan suara melengking, “Kak Avera! Apa yang kau lakukan? Kok mereka bisa keguguran semua?”

“Ngeri sekali. Kalau bukan Vincent terus bersamaku, mungkin anakku juga bakal kayak mereka gitu. Kak Avera, kau kok sekejam itu?”

Lusi menatapku dengan mata berlinang, lalu langsung menuduhku sebagai biang keladi.

Mendengar ini, aku kaget hingga terus menggeleng-gelengkan kepala. Belum sempat berbicara, sepasang tangan besar mendorongku hingga jatuh ke lantai.

“Dasar bajingan! Beraninya kau racuni mereka saat aku nggak ada! Kau segitu iri hati? Sampai mau bunuh mereka dan bayi mereka!”

Aku meringkuk kesakitan, tapi mataku justru melihat Lusi yang berdiri di belakang Vincent tersenyum dengan puas.

Aku menggertakkan gigiku dan berkata, “Aku nggak buat apa-apa … Pasti dia!”

“Masih berani menyangkal?!” Vincent membentak dengan keras dan suaranya pun bergema di seluruh aula. “Ini bukan pertama kalinya kau berbuat jahat karena iri hati! Kali ini, aku nggak akan memanjakanmu lagi!”

Dia memerintah para selingkuhannya yang keguguran itu, “Satu orang kasih dia satu tamparan. Habis itu, aku antar kalian ke panti rehabilitasi swasta terbaik untuk pemulihan.”

Pengawal menahan aku di tengah aula, sama sekali nggak peduli pada darah yang mengucur deras dari bawah tubuhku.

Para selingkuhan berjalan mendekat sambil menangis dan berkata, “Maaf, Kak Avera.”

Tamparan datang bergantian. Kepalaku berdenyut, telingaku berdenging dan separuh wajahku langsung kebas.

Setelah semua orang pergi, Vincent baru menggendong bayi yang terbungkus selimut mewah dari pengasuhnya dengan puas. Lalu menghampiriku sambil menggenggam tangan Lusi.

Melihat seluruh tubuhku yang dipenuhi noda darah dan pipi yang membengkak, seberkas emosi rumit melintas di matanya.

Tapi sesaat kemudian, tatapannya kembali jernih dan berkata dengan dingin, “Jangan salahkan aku suruh mereka menamparmu. Kau buat mereka kehilangan anak. Aku harus hukum kau di depan mereka agar masalah ini bisa berakhir. Sekaligus biar kau tahu, aku nggak akan memanjakanmu lagi. Kalau kau tetap berbuat jahat, inilah akibatnya.”

“Selain itu, kali ini jangan bermimpi mau rebut posisi pewaris Lusi dan anaknya.”

Mendengar ini, seluruh badanku gemetar. Aku mendongak melihatnya.

Rupanya bukan hanya aku yang hidup kembali.

Pantesan hanya karena ucapan Lusi, Vincent langsung yakin akulah pelakunya.

Pantesan dia bilang ini bukan pertama kalinya aku berbuat jahat.

Karena di kehidupan sebelumnya, dia juga menuduhku dengan cara yang sama, menjatuhkan hukuman mati untukku dan anakku demi Lusi.

Memikirkan ini, mataku memerah. Dia malah berkata dengan dingin, “Avera, kau pura-pura kasihan juga nggak guna lagi.”

“Aku sudah suruh dokter beri Lusi obat pemacu kontraksi. Kali ini, dia yang duluan melahirkan. Sudah kubilang, siapa yang duluan melahirkan, anaknya yang akan jadi pewaris. Sekalipun kau adalah istri sahku, itu juga nggak ada gunanya.”

Mendengar ini, aku tersenyum getir sambil menahan bagian bawah tubuh yang terus mengucurkan darah, lalu berkata dengan nada rendah, “Aku sudah suntik inhibitor untuk menunda persalinan, kasih jalan buat kalian. Kenapa kau masih nggak membiarkan aku melahirkan anakku? Kenapa kau masih paksa aku minum obat dan mau bunuh anakku?”

Mendengar ini, Vincent tercengang. Dia mengerutkan alisnya dan berkata, “Jangan asal ngomong! Tenggat melahirkanmu tadi malam ‘kan sudah lewat. Aku sudah tanya ke dokter, harusnya kau sudah melahirkan.”

Sambil menahan nyeri hebat, aku mengulurkan tanganku untuk meraih celananya dan memaksanya meraba perutku yang masih besar.

Namun, wajahnya penuh rasa jijik. Dia segera melepaskan tanganku dan berkata, “Lusi baru siap melahirkan. Dia nggak tahan cium bau darah.”

“Tak usah drama lagi. Kalau mau buktikan bahwa kau nggak bermaksud mencelakai Lusi, dalam konferensi pers keluarga besok, akuilah bahwa kau yang mandul, sehingga kau minta Lusi untuk melahirkan anak untukmu.”

“Lalu, serahkan semua saham, properti, dana amanahmu pada Lusi dan anaknya. Ke depannya, kau layani mereka dengan baik.”

“Kalau masih macam-macam atau berani sentuh dia sedikit saja, kali ini yang kuhabisi bukan cuma kau saja. Jangan harap ayahmu yang terluka parah dan masih koma bisa terus dapat perawatan terbaik di panti rehabilitasi keluarga.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali   Bab 9

    Dari kejauhan, aku menyaksikan upacara pemakaman megah yang digelar Keluarga Kusuma.Nyonya Maria menangis sampai hampir pingsan.Dengan wajah tanpa ekspresi, aku berbalik dan melenggang pergi.Di kehidupan sebelumnya, aku dikurung di gudang anggur dan dibakar hidup-hidup.Saat mataku terbuka lagi, aku kembali ke malam sebelum aku melahirkan.Pada saat itu juga, aku langsung menelepon Nyonya Maria dan memberi tahu dia semua kebenarannya. Termasuk tragedi sebelumnya dan pengkhianatan Vincent.Awalnya, Nyonya Maria terkejut, sampai akhirnya kuberikan bukti bahwa identitas Lusi itu palsu.Nyonya Maria marah besar dan segera bekerja sama denganku untuk memainkan drama ini.Aku menyuntikkan inihibitor dan menunda persalinan, tujuannya adalah untuk menghindari titik kematian yang sama dengan kehidupan sebelumnya.Aku sengaja memancing amarah Vincent agar dia mengurungku di gudang anggur, tujuannya adalah agar dia menyaksikan langsung kematianku dan mengalami kehancuran mental.Aku minta Nyon

  • Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali   Bab 8

    Vincent tertatih-tatih pulang ke rumah lama.Rumah itu sunyi-sepi bagai kuburan. Dia melangkah pelan menuju gudang anggur bawah tanah, bau amis darah dan nuansa kematian langsung menyergapnya.Ruang tempat Avera dikurung kini sudah kosong, hanya tersisa noda darah hitam yang membeku di lantai dingin.Vincent menjatuhkan diri berlutut dan menggaruk-garuk bekas darah itu secara gila-gilaan, seolah berusaha mengembalikannya ke dalam tubuh Avera.“Avera! Kamu di mana? Kamu keluarlah! Aku salah! Aku benar-benar salah!”Tangisannya bergema dalam gudang anggur yang kosong, penuh keputusasaan dan kegilaan.Namun, yang membalasnya hanya kehampaan.Tiba-tiba, sebuah suara yang familer, tetapi dingin memecah keheningan.“Nggak usah cari lagi. Avera sudah pergi.”Mendengar ini, Vincent terkejut. Dia berbalik dan melihat ibunya berdiri di atas tangga dengan ekspresi dingin dan berkata sekata demi sekata, “Aku sudah selidiki semuanya. Lusi itu sejak awal adalah seorang penipu.”Mendengar ini, mata V

  • Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali   Bab 7

    “Apa?”Wajah Vincent langsung pucat dan dadanya sesak sampai hampir membuat Vincent sulit bernapas.Dia memegang erat kursi pesawat biar dirinya tidak ambruk.“Sekarang!” Vincent berbicara kata demi kata lewat giginya yang dikatupkan, “Panggil dokter yang bantu Avera melahirkan ke sini! Aku mau tanya dia langsung!”Segera, dokter itu dibawa ke hadapan Vincent.Begitu melihat Vincent, wajah dokter itu jadi pucat dan berbicara dengan gugup, “Aku… aku benaran nggak tahu apa-apa… Bu Avera sendiri yang mau suntik inhibitor dan menunda persalinannya. Aku sudah menasihatinya, tapi dia nggak mau dengar. Katanya, hanya dengan menunda persalinannya hingga melewati hari perkiraan lahir, anaknya baru ada peluang hidup…”Belum sempat selesai berbicara, wajah Vincent sudah pucat dan tangannya yang mengepal berderak.“Nggak mungkin…” Sorot matanya penuh dengan ketakutan dan kegelisahan. Vincent terus menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Apa kamu dibayar Avera? Apa dia yang paksa kamu mengarang in

  • Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali   Bab 6

    Pengurus rumah sakit merenung sekejap, lalu berkata dengan nada rendah, “Mohon tunggu sebentar. Aku bantu cek dulu.”Selama menunggu, pikiran Vincent sudah terbang jauh.Di kehidupan sebelumnya, dia terbangun dari sebuah ledakan yang menyerangnya. Ibunya dengan mata membengkak kasih tahu dia bahwa ayah dari gadis yang menunggu di luar terluka parah dan koma demi menyelamatkannya. Mulai sekarang, gadis itu adalah keluarga mereka dan Vincent harus menjaganya dengan baik.Vincent melihat gadis itu tersenyum tegar, tetapi matanya merah. Pada saat itulah, hati Vincent yang beku menjadi luluh.Awalnya, itu cuma rasa tanggung jawab.Avera takut sama urusan keluarga, lalu Vincent yang mengajarkan cara-cara menanganinya.Saat pertama kali Avera terlibat dalam tembak-menembak, Vincent melindunginya dengan tubuhnya dan mengatakan kepadanya untuk tidak takut.Ketika Avera makin dewasa dan menunjukkan sinar terang yang tak cocok untuk dunia gelap dan berdarah ini, Vincent malah mulai takut. Dia tak

  • Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali   Bab 5

    “Omong kosong apa yang kamu bicarakan?!”Vincent langsung berdiri dan berteriak dengan emosi, “Siapa suruh kamu mengutuk istriku?!”Pelayan itu masih menangis ketakutan, “Pak, aku nggak bohong. Bu Avera benaran… sudah nggak bernapas lagi. Kayaknya sudah mati berjam-jam. Bawah tubuhnya penuh dengan darah, wajah si bayi juga sudah biru.”“Diam!”Vincent berteriak dan hampir hilang kendali. “Kamu dipecat! Pergi sekarang! Aku akan cari orang lain merawatnya!”Saat menutup telepon, tangan Vincent gemetaran.Lusi menggendong anaknya keluar dan berkata dengan nada lemah dan kasihan, “Kenapa kamu sangat marah? Di luar masih ada tamu tunggu kita bertiga foto keluarga. Dengar kamu lagi marah-marah, mereka kira kamu nggak puas sama aku dan anak kita.”Sambil berbicara lembut, Lusi langsung memeluk lengan Vincent dengan mesra.Namun, Vincent malah melepaskan tangan Lusi dengan kasar. Dia menatap Lusi dengan mata memerah dan berkata pelan-pelan dengan penuh tekanan, “Lusi, kamu jujur sama aku.”“Ma

  • Tinggalkan Suami Mafia Setelah Hidup Kembali   Bab 4

    Wajah Lusi juga agak berubah.Tapi matanya berkedip dan dia langsung memeras air mata, menangis sambil mengeluarkan ponsel. “Semalam Kak Avera memang sudah melahirkan. Anaknya juga terus berada di ruang bayi.”“Aku tahu Kak Avera pasti akan gunakan kesempatan ini untuk menyulitkanku. Jadi aku sengaja suruh dokter videokan bayinya.”Lusi menyodorkan ponselnya. Dalam video yang kasar dan jelas-jelas palsu itu, terlihat seorang bayi yang jelas berusia sebulan.Tapi Vincent hanya melihat sekilas dan langsung percaya saja.“Beraninya kau bohongi aku!” Vincent mengerang. “Untuk membuatku merasa kasihan, kau sampai memalsukan perut dan darah. Kau beneran menjijikkan! Dasar nggak tahu malu!”“Kau kira kali ini aku bakal tertipu? Mimpi!”Vincent mengangkat kakinya, lalu menendang perutku tanpa ampun.Suaraku hampir serak karena merintih memohon, tapi tubuhku justru makin dingin dan kaku.Hingga akhirnya aku nggak punya tenaga untuk memohon lagi. Aku cuman bisa meringkuk dalam genangan darahku s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status