Share

Chapter 8

Author: Zeya
last update Last Updated: 2024-08-03 08:35:30

Malam telah berganti pagi, dan jam sudah menunjukan pukul 08.00 pagi. Akan tetapi kediaman Anton sudah ramai, di sana sedang ada tamu yang sangat mereka banggakan.

Anton duduk di sofa ruang keluarga, bersama anak dan istrinya. Di sana juga ada Kaivan, mantan kekasih Cyra yang sedang meminta izin pada kedua orang tua Nera untuk mengajaknya jalan-jalan, karena kebetulan hari ini adalah minggu.

"Om, Tante. Saya mau mengajak Nera pergi, apa boleh?" tanya Kaivan dengan sopan.

"Tentu saja, Nak. Lagi pula Nera juga tidak ada kegiatan di rumah benarkan, Ner?" sahut Margaret menoleh ke arah Nera.

Gadis itu mengangguk, mereka berempat berbincang-bincang ringan tanpa mengingat jika di rumah itu ada putri sulung dan juga menantunya.

Sementara itu di dalam kamar, Cyra sedang memasukan pakaian miliknya ke dalam koper. Ia membawa semua pakaian di dalam lemari, dan juga barang yang tertata rapi di nakas. Tidak ada satu pun benda yang tertinggal di dalam kamar tersebut.

Nevalion merasa aneh melihat Cyra membawa segala sesuatu yang ada di sana, kecuali pigura berisi foto keluarganya yang tidak Cyra sentuh sama sekali.

"Kamu yakin mau membawa semuanya sekarang, Ra?" ujar Nevalion heran.

"Ya, aku tidak tau akan ke sini lagi kapan. Aku hanya tidak mau bolak balik dari rumah ke sini, hanya untuk mengambil beberapa barang." Sahut Cyra santai.

Ia menutup rapat alasan sebenarnya ia membawa semua benda miliknya, Cyra hanya takut jika ia meninggalkan barangnya di rumah itu maka kedua orang tuanya bisa membuang dan membakar barang itu kapan saja.

Cyra menoleh ke arah suaminya, lalu melihat penampilan Nevalion yang belum juga mengganti bajunya.

"Kamu tidak mengganti bajumu?"

"Tidak usah, nanti saja di rumah. Kamu sudah selesai?"

Pertanyaan itu di angguki oleh Cyra, dua koper besar dan satu koper berukuran sedang sudah siap di depan pintu. Cyra keluar pertama kali sambil mendorong koper-kopernya menuju lift, memang kediaman keluarga Cyra bisa di bilang cukup kaya.

Rumah itu cukup besar bagi Cyra, hanya saja jarang ada yang menggunakan lift kecuali ayah dan ibunya. Cyra sendiri lebih nyaman menaiki tangga, ia berpikir hal itu bisa sekalian mengasah tenaga di bagian kakinya.

Ting.

Lift berbunyi menandakan mereka sudah sampai di lantai satu, ketika pintu terbuka mereka berdua di sambut tawa riang dari ruang keluarga.

"Sepertinya sedang ada tamu di rumahmu?" ujar Nevalion menoleh ke arah istrinya.

Cyra hanya mengangguk singkat, ia mengenali suara tawa itu. Suara yang dulu selalu ia rindukan, bahkan menjadi obat yang tidak ingin ia lepas hingga membuatnya tersiksa.

Diam-diam Nevalion memperhatikan perubahan di wajah Cyra, kali ini ia bisa melihat dengan jelas bahwa gadis itu sedang menahan tangis.

'Apa yang terjadi di dalam keluarga ini? mengapa suasana di sini tampak sangat buruk.' Batin Nevalion.

Saat mereka melangkah menjauh dari lift, suara Anton menggelegar memanggil anak dan menantunya.

"Cyra, Nevalion. Kalian sudah ingin pergi?" Anton bertanya dari tempat duduknya.

"Ya, selamat menikmati waktu kalian." Sahut Cyra dingin.

Sontak Aton merasa aneh mendapat jawaban dingin seperti itu, ia memperhatikan Cyra yang memegang kursi roda milik Nevalion, sedangkan semua kopernya sudah di bawa oleh pelayan ke dalam mobilnya.

"Buru-buru sekali kamu, Ra. Tidakkah kamu ingin sarapan dulu dengan orang tuamu?" cetus Kaivan tersenyum tipis dari ruang keluarga.

Ruangan itu memang tidak ada tembok pembatasnya, hal itulah yang membuat mereka bisa melihat satu sama lain dari jarak yang tidak terlalu jauh.

"Aku tidak memiliki waktu sebanyak itu, mungkin lain kali. Silakan kamu nikmati kebersamaan kalian." Cyra mencengkeram erat, kursi roda milik Nevalion.

Gejolak amarah kembali meluap dari dalam hati gadis itu, kejadian seminggu yang lalu masih terasa basah di dalam perasaannya.

Sedangkan Nevalion melirik sekilas ke samping, ia melihat tangan Cyra bergetar. Ia mendongak betapa terkejutnya pemuda itu, ketika melihat kedua netra gadis itu memerah. Baru saja ia berniat untuk menanyakan alasan Cyra bersikap begitu, tiba-tiba Kaivan sudah berdiri di depan meraka.

"Kamu masih marah denganku, Ra?" tanya Kaivan tanpa merasa malu.

"Pfftt, hanya orang bodoh yang menanyakan pertanyaan seperti itu, Kai."

Kaivan menarik sudut bibirnya ke atas, ia melangkah ke samping Cyra lalu meraih rambut panjang gadis itu, tanpa menghiraukan Nevalion yang duduk di kursi roda ia menghirup aroma gadis itu dari rambut panjangnya.

"Ah, benarkah? Padahal jika kamu mau, aku bisa menjadikanmu yang kedua, Ra."

"Sayang sekali, aku lebih tidak sudi di jadikan yang kedua, Kai. Aku bersyukur, karena aku bisa mengetahui semua kelakuan bejat kamu secepat ini."

Cyra menepis kasar tangan Kaivan dari rambutnya, ia mendorong kursi roda milik Nevalion menuju pintu keluar. Ia meninggalkan Kaivan dan keluarganya, tanpa berpamitan lebih dulu.

Ia sudah bertekad untuk tidak berharap pada mereka lagi, Cyra tidak ingin terluka dengan harapan konyol yang selalu ia terapkan selama ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Bab 40

    Malam semakin larut, tetapi Cyra masih terjaga. Nevalion yang sudah tertidur di sampingnya tampak tenang, seolah-olah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, Cyra tahu hatinya tidak bisa dibohongi. Ada sesuatu dalam tatapan Katty tadi yang membuatnya gelisah, seolah wanita itu memiliki kuasa atas Nevalion atau mungkin atas masa lalunya.Cyra menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tidak ingin berprasangka buruk, tetapi firasatnya mengatakan bahwa pertemuan tadi bukan sekadar kebetulan biasa.Sementara itu, di tempat lain, Katty berdiri di depan jendela kamarnya, menatap hujan yang mulai reda. Ia tersenyum tipis, mengingat ekspresi tegang di wajah Nevalion tadi."Kau masih sama seperti dulu, Nevalion. Selalu mencoba menyembunyikan sesuatu." Pikir Cyra.Ia menyesap anggur di tangannya, membiarkan rasa asam-manis mengalir di tenggorokannya. Keesokan paginya, Cyra terbangun lebih awal dari biasanya. Nevalion masih terlelap, napasnya teratur. Sejenak, Cyra hanya mena

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 39

    Nevalion terkejut mendengar pertanyaan Cyra, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Kami… kami dulu satu sekolah," jawabnya, suaranya terdengar stabil meski hatinya bergetar. "Katty pergi ke luar negeri setelah lulus. Kami kehilangan kontak sejak saat itu." Cyra mengangguk, tampak menerima penjelasan itu. "Oh, jadi kamu sudah lama tidak bertemu? mungkinkah, teman yang Nona Katty maksud itu kamu?" Namun, tanpa Cyra sadari, kata-katanya justru semakin menambah ketegangan di antara Nevalion dan Katty. Katty menyandarkan punggungnya ke kursi, menyeringai kecil. "Ya, itu benar, Nona." "Tapi aku tidak hanya datang untuk mengenang masa lalu. Aku ingin tahu apa yang terjadi denganmu, Nevalion. Sebab aku dengar, dia sudah menikah. Aku minta maaf jika kedatanganku, mengganggu kalian." Nevalion merasakan beban di dadanya semakin berat. Ia tahu bahwa setiap kata yang diucapkan Katty bisa mengungkap kebohongannya. "Aku baik-baik saja," jawabnya cepat, berusaha menutup topik yang terlalu dalam.

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 38

    Suasana yang dingin akibat hujan turun, membuat kediaman Cyra terasa lembab. Sinar dari lampu, tak mampu menerangi perasaan Nevalion saat ini. Kemunculan Katty yang mendadak, berhasil membuat jantungnya seperti jatuh ke dalam perut. "Anda siapa, Nona?" tanya Cyra heran, ia mengamati pakaian Katty yang basah. "Maaf, mengganggu malam-malam, Nona. Tapi, saya tidak punya tempat berteduh. Saya sedang mencari alamat rumah teman saya, hanya saja ia tak mau memberitahu saya dimana rumahnya." Sahut Katty, ia mencuri pandang ke arah Nevalion yang sedang duduk di kursi meja makan. Cyra mengangguk, meski rasa curiga menggelayuti pikirannya. "Ah, jadi begitu, kalau anda mau silakan masuk. Anda bisa menghangatkan diri di sini sebelum pulang," ujarnya sambil membuka pintu lebar-lebar, memberi jalan bagi Katty. Katty melangkah masuk, tatapannya tertuju pada foto-foto keluarga Cyra. Setiap foto menggambarkan kebahagiaan yang seolah tak pernah pudar, namun di sudut hati Katty, ada rasa getir meliha

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 37

    Raizan mengulurkan payungnya, melindungi Cyra dari tetesan hujan yang semakin deras. “Kamu kenapa ada di sini, Ra? hujan-hujanan lagi." Cyra terdiam sejenak, melihat ke dalam mata Raizan yang penuh perhatian. Ia merasa ada kehangatan dalam tatapan itu, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan dari keluarganya. “Aku… aku tidak tahu harus bagaimana. Semuanya terasa begitu berat, Pak.” Ucapnya, suaranya terdengar bergetar. “Bicaralah padaku,” Raizan menarik lengan Cyra lembut agar lebih dekat dengannya. “Kadang, berbagi beban dapat meringankan rasa sakit. Apa yang sebenarnya terjadi?” Cyra menghela napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. “Aku merasa terasingkan. Keluargaku tidak mempercayai aku, mereka semua menganggap ku sebagai masalah. Seolah aku tidak ada artinya bagi mereka.” Raizan mengangguk, mendengarkan dengan seksama. “Keluarga terkadang bisa sangat sulit di pahami. Tapi ingat, itu tidak menentukan siapa dirimu. Kamu memiliki nilai yang jauh lebih besar dari

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 36

    Hujan turun deras di luar, suara tetesan air menghentak atap rumah. Di dalam ruang tamu yang remang-remang, Cyra berdiri tegar, meski hatinya bergetar. Di hadapannya, kedua orang tuanya duduk dengan wajah dingin, sementara Nera, adik kandungnya masih menatapnya sengit. “Cyra,” suara mamahnya terdengar seperti pisau yang baru keluar dari tempatnya. “Kamu tahu, hubungan Nera dan Kaivan selalu berada di bawah bayang-bayangmu! Kami tidak percaya bahwa kamu lah yang mempengaruhi Kaivan untuk berselingkuh.” Cyra menggelengkan kepala, menahan air mata. Rasa sesak di dadanya kian menjadi, ia datang ke rumah semata-mata untuk memenuhi permintaan Nera. Tapi, nyatanya kedatangannya hanya di jadikan samsak kemarahan mereka bertiga yang menyandang gelar keluarga. “Tapi itu yang kalian percayai, kan? kalian lebih memilih mengambil kesimpulan sendiri, dari pada mempercayai aku. Ini semua salah paham yang menyakitkan, Mah." Ayahnya, yang biasanya memiliki belas kasih meski sedikit kini terlihat

  • Titik Balik Gadis Terabaikan   Chapter 35

    Cyra melangkah masuk ke rumah orangtuanya, merasakan hangatnya udara di dalam yang kontras dengan dinginnya sikap yang menyambutnya. Belum sepenuhnya ia menutup pintu, ketika ia mendengar suara mamahnya menyengat telinga.“Cyra! apa yang kamu lakukan di sini?” Mamahnya berdiri dengan tangan terlipat, wajahnya tampak tegang. Cyra mengerutkan dahi, kebingungan melingkupi pikirannya. “Aku di minta ke sini sama Nera, katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan denganku.”“Mana mungkin Nera mengundangmu, kamu pasti hanya ingin merusak hidup adikmu, kan?” Papahnya menyela, suaranya penuh kemarahan. “Kami tahu kamu mempengaruhi Kaivan! kamu membuatnya terus berselingkuh!”Jantung Cyra berdegup kencang. Tuduhan itu menghantamnya seperti petir di siang bolong. “Apa? tidak, itu tidak benar! aku tidak pernah—”“Bohong!” Mamahnya memotong dengan suara tinggi. “Adikmu sudah cukup menderita karena semua ini. Dan kamu masih saja berpura-pura tidak tahu apa-apa?”Air mata mulai menggenang di pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status