Share

BAB 49

last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-09 09:40:38

Tak perlu penjelasan lebih lanjut, dia bisa menebak dengan jelas maksud Indra. Pantas saja suaminya terus menerus memikirkan Naura. Tidak satu malam pun berlalu tanpa igauan Indra yang menyebut nama Naura.

Padahal, Aini merasa dia sudah maksimal sebagai seorang istri. Pelayanan yang dia berikan pada Indra tidak main-main untuk bisa mengambil hati lelaki itu. Dapur, sumur dan kasur Aini pastikan semuanya selalu maksimal. Bahkan, walau lelah seharian mengurus Arjun, setiap malam Aini selalu menyempatkan untuk memijat Indra. Namun, cinta di hati Indra belum juga tumbuh untuknya.

Rupanya, ini alasannya. Lelaki itu dihantui rasa bersalah. Selama mereka menikah, bayang-bayang Naura terus berkelindan diantara mereka. Itulah kenapa dia sulit memenangkan hati Indra. Lelaki itu masih terpasung masa lalu yang tidak pernah menemui kata usai.

“Lalu, kenapa Abang menikahiku?” Aini menatap Indra dengan mata nanar. Kepalanya terasa sakit. Dia tahu benar rasanya kebingungan karena ditinggalkan setelah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 50

    Keesokan harinya, Aini bergerak cepat setelah mobil Indra menghilang dari pandangan. Dia berganti pakaian dan berdandan rapi. Setelah semua siap, Aini menggendong Arjun menuju mobil merah hati yang biasa dia gunakan setiap kali bepergian.“Kita mau kemana, Ma?” Arjun tampak senang saat mobil yang dikemudikan oleh Aini mulai berjalan. Anak laki-laki itu tampak antusias sekali. Biasanya, mereka jalan-jalan keluar menunggu Indra sedang tidak sibuk dengan pekerjaannya. Indra yang menjadi tangan kanan Benu, omnya Aini, jelas mempunyai peran besar untuk menangani usaha yang dijalankan.“Kita keluar sebentar, Sayang.” Aini mengulas senyum. Sejujurnya, wanita itu merasa sedikit gugup. Ini pertama kalinya dia keluar dari rumah tanpa meminta izin pada Indra. Namun, tekadnya sudah bulat. Dia jelas tidak bisa diam saja. Setelah berpikir sepanjang malam, Aini mantap memutuskan untuk menemui Naura.“Nanti beli es krim ya, Ma?”“Boleh.” Aini tersenyum dan melirik ke arah Arjun yang berteriak senang.

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 49

    Tak perlu penjelasan lebih lanjut, dia bisa menebak dengan jelas maksud Indra. Pantas saja suaminya terus menerus memikirkan Naura. Tidak satu malam pun berlalu tanpa igauan Indra yang menyebut nama Naura.Padahal, Aini merasa dia sudah maksimal sebagai seorang istri. Pelayanan yang dia berikan pada Indra tidak main-main untuk bisa mengambil hati lelaki itu. Dapur, sumur dan kasur Aini pastikan semuanya selalu maksimal. Bahkan, walau lelah seharian mengurus Arjun, setiap malam Aini selalu menyempatkan untuk memijat Indra. Namun, cinta di hati Indra belum juga tumbuh untuknya.Rupanya, ini alasannya. Lelaki itu dihantui rasa bersalah. Selama mereka menikah, bayang-bayang Naura terus berkelindan diantara mereka. Itulah kenapa dia sulit memenangkan hati Indra. Lelaki itu masih terpasung masa lalu yang tidak pernah menemui kata usai.“Lalu, kenapa Abang menikahiku?” Aini menatap Indra dengan mata nanar. Kepalanya terasa sakit. Dia tahu benar rasanya kebingungan karena ditinggalkan setelah

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 48

    “Abang mau Aini pijat?” Malam harinya, seperti biasa Aini menawarkan untuk memijat Indra sebelum tidur. Wanita itu menautkan alis saat Indra tetap diam saja, tidak menanggapi ucapannya. “Bang? Mau Aini pijat?”“Tidak usah, Nau, kita langsung tidur saja.” Indra yang sejak tadi masih memikirkan sikap manis Fatih pada Naura sedikit terkejut dengan kehadiran Aini. Dia bahkan tidak menyadari kapan Aini masuk ke kamar dan duduk di sebelahnya.“Nau?” Suara Aini bergetar. Sakit benar hatinya mendengar Indra salah menyebut nama. Kalau sebelumnya, dia masih berusaha menekan sakit saat mendengar nama itu keluar dari bibir Indra ketika sedang mengigau. Namun, tidak kali ini. Air matanya mengalir begitu saja saat Indra menyebut nama Naura secara sadar.“Naura maksudnya?” Aini terisak. Dia menjauh saat Indra berusaha meraih tangannya. “Aku Aini, Bang, bukan Naura.” Aini menggeleng kencang. Dia berusaha memberontak saat Indra mem.luknya dengan erat.“Maaf … maaf ….” Indra memejamkan mata rapat-rapa

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 47

    “Yuk, turun! Kamu manis sekali kalau senyum-senyum malu begitu, Nau. Ah … senyum-senyum malu atau senyum-senyum mau?” Tawa Fatih berderai saat untuk kali kedua, Naura keluar dari mobil dan meninggalkannya.Saat sedang makan, mereka mengobrol banyak dan cukup nyambung. Naura yang aslinya memang mudah bergaul gampang masuk ke dalam obrolan Fatih. Apalagi, Fatih cukup mengikuti perkembangan saat ini sehingga bisa mengimbangi Naura walau jarak usia mereka cukup jauh.“Naura?”Gerakan tangan Naura yang akan menyuapkan makanan terhenti. Senyum di wajahnya padam seketika. Walau sudah berusaha menguatkan hati, tetap saja rasa tidak nyaman menguasai saat mendengar suara Indra menyapa. Wanita itu mengeluh dalam hati. Dari sekian banyak tempat di bumi ini, kenapa Indra harus berada di tempat yang sama dengannya?Fatih yang paham situasi mengambil tisu dan mengelap noda di ujung bibir Naura. Lelaki itu tersenyum saat mata mereka bertatapan. Dengan bahasa isyarat, dia meminta agar Naura menghela n

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 46

    “Apa ini?” Naura menatap heran ke arah Fatih. Dia mengalihkan pandangan pada permen lolipop dengan gagang putih yang Fatih serahkan padanya. Naura mengangkat sebelah alis melihat senyum Fatih yang sejak tadi terus mengembang.“Makanlah. Rasanya menyenangkan menikmati permen manis itu setelah menumpahkan segala keluh kesah.” Fatih memberi kode pada Naura agar mengikutinya keluar dari ruangan itu. Hampir tiga jam dia menunggu Naura konsultasi di sana. Sejujurnya, Fatih lega melihat jejak-jejak air mata di wajah Naura. Itu artinya, Naura mau terbuka di dalam sana.“Terima kasih.” Naura mengulas senyum saat sudah di dalam mobil. Dia memperhatikan permen lolipop besar seukuran telapak tangannya yang berwarna-warni seperti pelangi. “Memangnya tidak ada bentuk lain sampai harus bentuk tanda cinta begini ya, Ndra?”“Fatih.”Naura tertegun mendengar koreksi dari Fatih. Wanita itu menghela napas panjang saat wajah Indra melintas dalam ingatannya. Dulu, lelaki itu sering sekali membelikan dia pe

  • Titik Nadir Sang Pendosa   BAB 45

    Naura menghela napas panjang mendengar ucapan Fatih. Masalahnya, apa yang menjadi ganjalan di hati Naura tidak sesederhana masalah Fatih yang hanya lelaki lemah karena butuh teman curhat. Dia menyimpan aib kelam di masa lalunya yang bisa membuat persepsi orang tentang dirinya akan berubah jauh andai hal itu terbuka.Naura akhirnya memejamkan mata. Kilas balik saat orangtuanya berpisah kembali berputar di dalam kepala. Dia yang tadinya disayang dan dicinta, mendadak tersisihkan dan tak dianggap dalam sekejap mata.“Naura mau ikut Ibu.”“Tidak bisa, Nau. Ibu tidak punya uang. Bapakmu yang bertanggung jawab atas dirimu. Jangankan untuk membiayai hidupmu, bahkan untuk makan besok saja Ibu tidak tahu. Kamu disini saja, ikut Bapak.”Naura meremas tangan saat bayangan belasan tahun silam kembali melintas. Dia bahkan masih bisa mengingat dengan jelas pakaian yang dikenakan oleh ibunya saat pergi meninggalkan rumah. Hari itu, terakhir kalinya Naura dipeluk oleh sang Ibu. Pelukan perpisahan. Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status