Share

Titik terakhir
Titik terakhir
Penulis: PuteriSenja

Tentangku yang kumengerti

"Aku janji tidak akan pergi. Aku akan bertanggung jawab." Ujar Angga kala itu sambil menangis tersedu.

Bersikap seolah-olah memang akulah tambatan terakhir yang dituju. Seolah Angga memang benar-benar meletakkan hatinya disudut lemari hatiku.

Aku tidak berusaha untuk menagih janji. Aku tidak berusaha menghakimi bahwa Anggalah yang mengingkari. Aku tau, dulu Angga hanya mabuk. Mencintaiku seolah aku adalah wanita terakhir dimuka bumi yang menjadi teko Aladin miliknya.

Aku cukup paham. Memaksa seseorang untuk tetap tinggal adalah sebuah kesalahan. Atau memaksa seseorang untuk tetap cinta adalah hal yang sia-sia.

Mungkin Angga tidak pernah mengerti bagaimana lukanya dibuat berharap. Tidak pernah mengerti dibuat takutnya akan sebuah kehilangan. Walau mungkin dia juga pernah memberiku sebuah kebahagiaan, walau sekedar dimasa lalu.

Terkadang ada masa dimana aku memang benar-benar merindukannya. Bahkan terlintas dipikiran ku untuk mengulang kembali kenangan. Tetapi sekali lagi tidak!

Aku tidak benar-benar mengutuk Angga yang telah pergi bersama puing-puing janji. Aku tidak benar-benar membenci kebodohan diriku yang dengan mudah terhanyut olehnya. Aku justru bersyukur, hadirnya Angga membuatku memahami betul arti dari sebuah kebahagiaan paling kecil. Dan kepergiannya membuatku mengerti, pendewasaan berarti kita bisa mengerti apa sebab luka pernah ada.

Memikirkan masa lalu dan berkhayal bahwa semua dapat diulang adalah suatu kebodohan, naif bahkan menyedihkan.

Betapapun banyak orang-orang diujung jalan sana yang sama-sama menunggu kereta masa lalu agar dibawa ke lubang kenangan. Aku pernah berdiri diantaranya. Menunggu, dan berharap hari itu akan tiba. Tetapi sekali lagi tidak! Jangan pernah mematahkan lehermu yang tercipta menatap ke depan hanya untuk mengintip masa lalu. Jangan!

Udara berhembus ke depan. Air mengalir ke depan. Dan jam dinding selalu bergerak ke depan. Kita tidak bisa selalu hidup di masa lalu. Kejadian yang telah lampau, biarlah menjadi masa purba yang tinggal di pengasingan gelap yang tidak akan ada cahaya. Biarlah terbungkus rapi yang tidak memiliki kunci untuk dibuka kembali.

Dan izinkanlah aku mengabadikan sebuah kenangan manis yang kelak akan terlupakan. Sebab aku memang tidak ingin melupakan. Izinkan aku untuk merangkai sajak dalam bentuk aksara. Agar kelak dapat ku baca diwaktu luang.

"Maaf dan terimakasih, Angga." Adalah sebuah kata yang lebih bermakna dari sekedar, "aku cinta padamu, Angga."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status