Kerugian terbesar adalah ketika apa yang ada di dalam diri kita mati, sementara kita hidup. Di dunia ini ada satu hal yang perlu dipegang teguh oleh setiap nyawa. Keyakinan! Keyakinan bahwa tidak ada yang abadi lingkungan semesta. Mulai dari benda sampai peraturan. Karena itu, setiap insan perlu mempersiapkan diri. Siap atas semua pilihan dan konsekuensinya. Siap untuk menjadi manusia!
view more"Aku janji tidak akan pergi. Aku akan bertanggung jawab." Ujar Angga kala itu sambil menangis tersedu.
Bersikap seolah-olah memang akulah tambatan terakhir yang dituju. Seolah Angga memang benar-benar meletakkan hatinya disudut lemari hatiku.
Aku tidak berusaha untuk menagih janji. Aku tidak berusaha menghakimi bahwa Anggalah yang mengingkari. Aku tau, dulu Angga hanya mabuk. Mencintaiku seolah aku adalah wanita terakhir dimuka bumi yang menjadi teko Aladin miliknya.
Aku cukup paham. Memaksa seseorang untuk tetap tinggal adalah sebuah kesalahan. Atau memaksa seseorang untuk tetap cinta adalah hal yang sia-sia.
Mungkin Angga tidak pernah mengerti bagaimana lukanya dibuat berharap. Tidak pernah mengerti dibuat takutnya akan sebuah kehilangan. Walau mungkin dia juga pernah memberiku sebuah kebahagiaan, walau sekedar dimasa lalu.
Terkadang ada masa dimana aku memang benar-benar merindukannya. Bahkan terlintas dipikiran ku untuk mengulang kembali kenangan. Tetapi sekali lagi tidak!
Aku tidak benar-benar mengutuk Angga yang telah pergi bersama puing-puing janji. Aku tidak benar-benar membenci kebodohan diriku yang dengan mudah terhanyut olehnya. Aku justru bersyukur, hadirnya Angga membuatku memahami betul arti dari sebuah kebahagiaan paling kecil. Dan kepergiannya membuatku mengerti, pendewasaan berarti kita bisa mengerti apa sebab luka pernah ada.
Memikirkan masa lalu dan berkhayal bahwa semua dapat diulang adalah suatu kebodohan, naif bahkan menyedihkan.
Betapapun banyak orang-orang diujung jalan sana yang sama-sama menunggu kereta masa lalu agar dibawa ke lubang kenangan. Aku pernah berdiri diantaranya. Menunggu, dan berharap hari itu akan tiba. Tetapi sekali lagi tidak! Jangan pernah mematahkan lehermu yang tercipta menatap ke depan hanya untuk mengintip masa lalu. Jangan!
Udara berhembus ke depan. Air mengalir ke depan. Dan jam dinding selalu bergerak ke depan. Kita tidak bisa selalu hidup di masa lalu. Kejadian yang telah lampau, biarlah menjadi masa purba yang tinggal di pengasingan gelap yang tidak akan ada cahaya. Biarlah terbungkus rapi yang tidak memiliki kunci untuk dibuka kembali.
Dan izinkanlah aku mengabadikan sebuah kenangan manis yang kelak akan terlupakan. Sebab aku memang tidak ingin melupakan. Izinkan aku untuk merangkai sajak dalam bentuk aksara. Agar kelak dapat ku baca diwaktu luang.
"Maaf dan terimakasih, Angga." Adalah sebuah kata yang lebih bermakna dari sekedar, "aku cinta padamu, Angga."
"Kayaknya Angga suka deh sama kamu."Aku tidak cukup bodoh untuk menyadarinya. Tetapi apa peduliku? Yang kupikirkan saat ini hanya ketenangan batin. Tidak lebih."Tau dari mana?""Keliatan jelas banget dari matanya. Gelagatnya juga kelihatan tidak suka dengan kehadiranku." Aku tidak cukup paham kenapa Farhan terkekeh saat mengucapkan itu. Tetapi ia kembali meneruskan, "dia itu kaya bocil. Pikirannya belum dewasa.""Tauu, kamu saja juga gitu.""Lah, kalau aku kan kaya gini biar ngimbangin kamu."Saat itu aku hanya bisa tersenyum kecil. Tidak tau harus seperti apa menanggapi. Tapi satu hal yang pasti, terkadang aku membenci semesta. Ia mampu melambatkan atau mempercepat waktu. Dan yang mengesalkan ia tidak berkoordinasi denganku. Dia lancang mempercepat waktu sampai larut malam. Bahkan sebelum aku bisa merasakan arti dari perjalanan ini.
Seringkali aku berusaha menebak. Kata apa saja yang telah diucapkan Desi tentangku pada Farhan. Sanjungankah? Atau bahkan keburukan?Entah mengapa aku menjadi sepeduli ini mengenai pendapat Farhan tentang diriku. Terlepas dari iya atau tidak Desi mengumpat dibelakangku. Yang paling penting untuk saat ini hanya satu. Farhan masih menghubungiku walau sekedar butuh.Tepat pukul 8 malam nanti Farhan berjanji akan datang. Mengajakku keliling Jogja, terutama Malioboro. Meski aku sudah sering ketempat itu, pasti akan lain lagi rasanya jika Farhan yang menemani.Dengan diiringi rasa nano-nano aku membereskan resto untuk tutup. Hal itu tidak lepas dari kebahagiaan yang menular pada Bu Ikhlas. Beliau sesekali mengarahkan aku untuk bersiap-siap. Baju apa yang sekiranya pantas dipakai?Rasanya jantung seolah ingin lepas dari asalnya begitu paham Farhan datang lebih awal. N
Aku mengangguk tanpa ragu, meletakkan android milikku ke atas meja. "pakai saja, nggak disandi," ujarku ringan. Dulu pernah bersama dengan Farhan selama dua bulan lebih membuatku dan ia layaknya kakak adik. Kupikir tidak ada yang salah dengan terbuka padanya.Dengan wajah pucat tanpa ekspresi tersebut aku tak acuh menatap Farhan melakukan sesuatu pada androidku. Sekilas aku mendengar dari belakang Desi masih setia mendongeng merdu bersama Bu Ikhlas dan Nurul. Dan Angga masih setia bercinta dengan game yang aku tidak tau apa namanya dibangku pojok, terpisah menyendiri.Selama aku bekerja dua bulan ini, Angga terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Berselancar jauh meninggalkan posisinya. Tentu saja aku tidak peduli dengan siapapun. Bagaimanapun."Hai, Mik!"Secara mendadak aku tersadar. "Kamu ngapain, Han?"Sekilas senyum licik menjelma jail. Farhan menurunkan posisi android ku yang semula b
Seperti biasa, dalam acara makan malam bersama sebagai karyawan aku duduk tersisih. Satu meja dengan Angga dan saling berhadapan. Sungguh aneh jika Bu Ikhlas dan Nurul yang baru keluar dari rumah lebih memilih meja lain. Sedangkan setiap meja mampu menampung empat orang. Terdapat banyak celah di mejaku untuk mereka bergabung. Tatkala begitu, aku sungguh tidak peduli. Mereka punya hak atas apa yang ingin mereka lakukan.Dalam keheningan yang menyapu temaram selepas menuntaskan makanan, aku lebih memilih sibuk dengan android. Membuat cerita fantasi berjudul "Wolf Fair Eyes" di Wattpad. Mengabaikan Nurul dan Bu Ikhlas yang sibuk bercanda gurau. Sedangkan Angga? Aku yakin bahwa pemuda tersebut sibuk bermain game.Berbeda dari malam biasanya, saat ini mereka tengah menanti seseorang. Aku tidak tahu siapa itu, dan tentunya aku tidak peduli. Bu Ikhlas bilang namanya Desi. Menurut ceritanya Desi dulu hanyalah anak berandal yang suka mengumpat sana-sini. Namun lambat laun segal
'Alam pernah berkata...Ada kalanya dua pasang manusia yang saling mencinta itu kadang ditakdirkan tidak untuk bersama. Mereka hanya akan melengkapi separuh rasanya untuk orang lain yang dirasa lebih pantas mendapatkanya. Dan itu terjadi antar aku denganmu. Ada rasa sesal yang tidak pernah bisa membalikkan waktu ketika aku tidak bisa menyangkal perasaanku sendiri.'Catatan kecil tersebut seakan menjelma bebatuan terjal yang menimpaku secara bersamaan. Kesakitannya seolah becek tanpa pengering.Jika resiko mencintai adalah terluka. Maka aku adalah pemegang rekor murni, tanpa terbalas telah meninggalkan bekas. Lelah akan harap yangku bangun sendiri.
"Ish, kamu mah ngga tau. Bahasa cinta itu indah. Nanti kamu sakit hati loh ngga pernah mau berjuang selagi bisa.""Cinta itu relatif, In. Dia bakal datang dan pergi kapan saja dan kepada hati siapa saja kamu mau, asalkan kita ilhlas dan sungguh-sungguh. Ngga bakal sakit hati, deh." Kala itu aku masih berpegang teguh.Semilir angin menjeda perdepatan. Meluangkan otak untuk berpikir jernih. Kata yang barusan terucap. Apakah iya? Aku bahkan ragu dengan diriku sendiri. Aku hanya berusaha menipu untuk sejumput ketenangan."Aku bingung banget sama perasaanku sendiri." Ina memusatkan perhatiannya ke arahku yang menunduk, memainkan rerumputan yang tampak hijau."Kamu cuman terlalu sering me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments