Semenjak berita mengenai kedekatan Jenggala dan Jessica muncul di beranda utama platform, Lara semakinsadar diri akan posisi dirinya di dalam hidup Mas Gala. Bukan masalah perasaannya yang masih abu-abu pada Mas Gala, sejak dia merasakan hatinya tersenngat besi panas saat mengetahui kedekatan antara Mas Gala dan Jessica, Lara tahu ia telah jatuh cinta kepada pria itu. Persoalan ini adalah tentang perempuan itu, Jessica Audrey. Jessi, begitu sapaan akrab member platform untuk dirinya. Meskipun kehadirannya di platform itu tidak lebih lama dibandingkan Lara dan Gala, Jessi sudah meraup atensi besar dari pengguna platform itu. Karya tulisnya cerdas, kritis, akurat dan sangat nyaman dibaca meskipun saat membahas hal-hal berat sekalipun, semua tulisannya “berdaging”. Selain berprestasi, hal lain yang memang pantas untuk disukai daridiri Jessi adalah kebaikan hatinya, wanita itu ramah dan sangat humoris. Segala yang ada dalam diri Jessi adalah sebuah kesatuan yang lebih dari pantas untuk me
Sebanyak apapun aktivitas dan sesibuk apapun Lara di siang hari, gadis itu tetap saja menunggu momen-momen yang terjadi saat malam tiba. Tepatnya pada pukul 21.00 di mana itu adalah waktu biasanya Lara dan Mas Gala saling berbincang, kebanyakan membincangkan project mereka tetapi selalu diselengi dengan obrolan yang secara tersirat saling menunjukkan ketertarikan diantara keduanya. “Mas, kalau misalmya Mas Gala dan Kak Jessi benar-benar bersatu suatu hari nanti, siapa yang paling beruntung?” Tanya Lara pada Mas Gala di suatu malam. “Mungkin tidak ada yang beruntung.” Jawab Mas Gala. “Kok tidak ada?” Tanya Lara lagi. “Ya, menurut kamu apakah orang yang bersatu tanpa ada rasa itu terasa beruntung?” Jawab Mas Gala. Jawaban Mas Gala itu meskipun tidak gamblang, namun cukup jelas menegaskan bahwa antara dirinya dan Jessi tidak ada hubungan spesial. Tidak ada rasa suka di hati Gala untuk Jessi, mungkin Jessi pun begitu. Tentu saja pernyataan Gala itu melegakan hati Lara.
Mata Lara terus memandangi layar ponselnya meski telepon antara dirinya dan Mas Gala sudah terputus. Gadis itu saat ini takdapat menerjemahkan apa yang saat ini dirasakannya. Perasaannya campur aduk, entah harus bahagia atau sedih setelah mengetahui semua fakta yang gamblang. Percakapan itu juga secara tidak langsung menjadi jawaban mengapa selama ini Mas Gala tidak terlalu menggubris rumor tentang hubungan dirinya dan Jessi. Ternyata semua itu karena Mas Gala telah memilki kekasih yang sngat dicintai dan sudah menjalin hubungan selama enam tahun lamanya. Meskipun pada akhirnya wanita itu meninggalkan Mas Gala, tetapi cinta Mas Gala untuknya masih utuh, hal ini dibuktikan dengan betapa terlukanya Mas Gala saat menceritakan cintanya yang kandas. Cemburu? Lara tahu itu tidak pantas untuk ada di dalam hatinya, tetapi faktanya Lara memang cemburu karena ternyata Mas Gala mencintai wanita lain dan perasaan malu mulai membuat hatinya penuh, mengingat beberapa perlakuan baik dari Mas Gala pa
“Puisi ini untuk siapa?” sebuah pesan dari Mas Gala akhirnya masuk saat Lara sibuk mengoceh dengan dirinya sendiri.“Hah?!” Gadis itu membelalakkan mata saat membaca pesan dari Mas Gala, “Sepertinya dia menyadari sesuatu.” Lanjutnya.“Untuk seseorang.” Balasan Lara dikirimkan sesegera mungkin.“Eh, aku kira kamu sudah tidur. Ra.” Balas Mas Gala. Lara berpikir sejenak setelah membacanya, sibuk mencari-cari alasan.“Aku sedang mengerjakan tugas.” Balasnya dan tentu saja ia berbohong.“Apa kamu bisa fokus seperti itu? Mengerjakan tugas sambil kerja, aku kira setelah semua tugasmu rampung baru kita memulai kerja. Aku jadi tidak enak, Ra.”“Ah, tidak Mas, aku kira tadi kamu sudah tidak akan membalas pesanku, jadi aku melanjutkan tugas.” Lara membaca ulang ketikannya di layar ponsel, lalu menghapus kalimat “aku kira kamu sudah tidak akan membalas pesanku” dengan kalimat “aku kira Mas Gala sudah tidur, jadi aku melanjutkan tugas”.“Tidak, Ra. Aku agak speechless saja saat mendengarkan puisim
“Baik, Mas.” Jawab Lara, saat ia hendak menutup telepon itu Mas Gala tiba-tiba saja segera berbicara seakan mencegah. “Oh, ya , Ra.” Ujarnya, “Sepertinya ini jadi projek terakhir kita.” Lanjutnya dengan suara pelan. “Maksudnya?” “Setelah Percakapan di Ujung Malam rilis, podcast-nya akan hiatus dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.” Jelas Mas Gala. “Kenapa, Mas?” Tanya Lara dengan nada yang lebih terdengar seperti protes. “Aku tidak bisa bekerja dengan keadaan seperti ini, Ra.” Jawab Mas Gala. Lara terdiam, ternya cinta Mas Gala untuk wanita itu lebih besar dari yang Lara kira. “Terus Mas Gala mau ngapain?” Tanya Lara. “Entahlah, Ra.” Jawab Mas Gala. “Yasudah, Mas. Tenangkan dirimu dulu. Get well soon.” Gumam Lara lirih. “Tidurlah, Ra. Maafkan aku telah merepotkan.” “Tidak merepotkan sama sekali, Mas.” “Goodnight, Ra.” “Goodnight, Mas Gala.
“Apakah dia manusia?” Tanya Lara dengan wajah datar.“Bukan, dia badak.” Sahut Aria, “Ya jelas manusialah.” Lanjutnya dengan nada sewot.“Nama yang aneh,” Gumam Lara. “Tetapi tidak asing.” Lanjutnya.“Bagaimana bisa asing kalau setiap kita bertemu aku selalu menyampaikan salamnya untukmu, karena setiap hari dia titip salam padamu. Kamu saja yang tidak perduli.” Jelas Aria.“Dia siapa, sih, Ar?” Tanya Lara.“Nah! Nah!” Aria girang mendengar pertanyaan Lara, itu adalah pertanyaan yang sudah lama dinanti rupanya. “Dari dulu kek, kamu menanyakan itu. Dia adalah anak geologi teman sekelas Anggira, sepupuku. Sudah sejak semester empat dia menyukaimu. ” Lanjutnya.“Kok bisa?” Tanya Lara.“Pada saat kamu main ke kosku dan dia bersama gerombolan teman kelas Anggi juga main ke sana.” Jawab Lara.“Hmm, bukan itu maksudku, Ar. Maksudku kok bisa dia menyukaiku tanpa mengenal dulu.” Ujar Lara.“Entah. Mungkin itu yang dinamakan cinta pada pandangan pertama.” Ucap Aria.“Aku jadi ngeri se
“Yuk cabut!” Ajak Aria lalu bangun dari tempat tidurnya.Sementara itu, Anggi terlihat langsung menutup laptopnya.“Cabut? Aku baru datang loh.” Ujar Lara.“Kita nongkrong di luar aja, di kos sempit.” Jawab Aria.Sebenarnya Lara ingin protes saat itu juga pada Aria, karena di pembahasan sebelumnya tidak ada acara nongkrong di luar. Tetapi akhirnya mau tidak mau dia menurut saja. Mereka pergi dengan menaiki mobil milik Bentara. Aria dan Anggi buru-buru masuk di bangku penumpang dan dengan polosnya Lara ikut masuk ke sana. Aria segera mendorong Lara sebelum pantatnya menempel di bangku, mata Aria melotot dan mengintruksikan melalui kode agar Lara duduk di depan dengan Bentara. Tentu saja Lara menolak, dia menarik tangan Aria dan berganti mengintruksi agar Aria saja yang duduk di depan. Meskipun Lara memiliki usia lebih tua dari Aria, tetapi dia berperawakan kecil dan gerakannya lembut, tentu saja akan kalah dengan Aria yang seakan-akan memilki kekuatan seorang pria. Lara menyerah dan ak
Tiba-tiba, ponsel Lara berbunyi dan itu pesan dari Jenggala, pembicaraan antara Lara dan Bentara akhirnya terputus sampai di sana, setelahnya tidak ada aktivitas lain yang dilakukan Lara selain memainkan ponselnya. Tidak peduli dengan Bentara ataupun Lara dan Anggi, bahkan dia tidak peduli dengan makanan yang sudah dipesannya.“Ngilang …” Isi Pesan dari Jenggala.Lara membacanya kembali dan kembali pula mengecek apakah pengirim pesan benar-benar Jenggala. Faktanya, pengirim pesan itu memanglah Jenggala. Bibir Lara nampak menyunggingkan senyum . bagaimana hatinya tidak berbunga jika ternyata orang yang disukainya itu mencari-cari dirinya. Tidak ada hal lain yang menjadi penyebabnya kecuali Mas Gala memang sedang rindu pada Lara, toh dia sendiri yang mengetakan bahwa project podcast itu tidak lagi dilanjutkan, jadi alasannya mencari Lara bukan karena masalah pekerjaan.Lara memikirkan sejenak kalimat apa yang hendak dia kirimkan ke whatsapp Mas Gala sebagai balasan. Setelah beberapa de