Share

Chapter 09

Author: Rose Dreamers
last update Last Updated: 2022-03-30 00:52:03

Hati Rania sangat sakit bagaikan kertas yang diremas-remas hingga tak berbentuk kemudian dilempar begitu saja. Dia mengangkat pandangannya lalu menatap Farhan yang sedang menemani Nara mewarnai gambar tanpa berkedip dan dengan sorot berkaca-kaca karena syok. Senyum dan tawa yang terukir di bibir suaminya itu mendadak terlihat bagaikan sebuah ejekan untuknya.

Rania kembali tertunduk melihat layar ponsel yang masih menyala dan menampakkan foto Farhan bersama wanita lain. Tanpa sadar dia menggenggam erat benda pipih itu, seolah melampiaskan rasa sakit sekaligus kecewanya terhadap sang suami.

"Sayang, kau kenapa?" tanya Farhan. Entah sejak kapan pria itu memerhatikannya.

Rania terdiam selama beberapa detik. Mulutnya terasa kelu, enggan untuk mengeluarkan suara. Ditatapnya dalam-dalam wajah tampan Farhan tanpa berkedip dan sorot berkaca-kaca.

Ingin rasanya Rania berteriak, memarahi Farhan dan bertanya tentang foto-foto yang dia miliki sekarang. Dengan siapa dan sudah berapa lama Farhan membohonginya?

Namun, semua itu hanya tertahan dalam hati. Jika dia bertanya pun rasanya akan percuma, Farhan pasti akan mengelak.

Rania berdehem lantas menghela napas panjang untuk menetralkan perasaannya. Setelah itu, dia menggelengkan kepala sambil mengukir senyum di bibirnya.

"Tidak apa-apa," jawab Rania.

Farhan merasakan ada hal yang aneh pada istrinya, tetapi dia tidak tahu lebih jelasnya. Kedua alisnya saling bertautan seraya menatap Rania dengan sorot yang sulit diartikan. Sedetik kemudian, pandangan pria itu tertunduk melihat ke arah ponsel Rania.

"Siapa yang mengirimkan pesan padamu?" tanya Farhan.

Refleks, Rania langsung mencengkeram ponselnya.

"Ada apa Kak?" tanya Elis yang melihat Rania nampak gugup.

"Ah, tidak ada apa-apa," jawab Rania tenang sambil tersenyum tipis. "Lalita mengirimiku pesan, katanya ingin bertemu, mungkin dia mau mau curhat."

"Bukannya tadi kau bilang sudah bertemu dengan Lalita?" Farhan merasa aneh akan sikap istrinya.

"Ya memang tadi kami sudah bertemu," jawab Rania.

"Memangnya kak Lalita kenapa?" tanya Elis penasaran.

"Biasalah, Lis, masalah calon pengantin di detik-detik menuju pelaminan. Selalu saja ada hal yang menjadi bahan untuk ribut dengan pasangan," ujar Rania.

"Ah, ya benar. Eh, Simbok sudah menyiapkan makan siangnya, ayok kita makan dulu," tutur Elis, mengajak semuanya untuk makan siang bersama-sama.

Di meja makan, di saat semua orang sedang fokus dengan makanannya. Rania masih melamun memikirkan Farhan yang sudah berselingkuh darinya. Dalam diam, Rania memerhatikan wajah Farhan dari samping dengan pikiran melayang ke mana-mana. 'Benarkah suaminya itu telah mencuranginya? Jika ya, dia bersumpah tidak akan memaafkannya,' pikir Rania.

"Kenapa Bibi tidak memakan makanan Bibi?" Suara dari gadis kecil menggemaskan itu berhasil menarik Rania dari lamunannya. Pertanyaan gadis kecil itu juga berhasil menarik perhatian semua orang hingga saat ingin mereka melihat ke arahnya.

Rania langsung menoleh ke arah sumber suara lantas mengulas senyum manis.

"Bibi sedang tidak berselera makan, Sayang," ucap Rania lembut.

"Kenapa? Apa makanannya tidak enak?" tanya Nara lagi. Gadis kecil itu memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar pada apa pun yang dilihatnya.

"Makanannya enak, bibi saja yang sedang tidak napsu makan," jawab Rania jujur.

Ya, selera makannya mendadak hilang begitu saja setelah mendapatkan pesan misterius dari nomor tak dikenal. Rania penasaran siapa yang telah mengirimnya dan apa maksud dari semua hingga dia begitu percaya diri memberi tahu perselingkuhan Farhan.

"Kak Rara kenapa?" tanya Elis.

"Kau kenapa, Sayang? Kenapa tidak makan makananmu?" tanya Farhan yang nampak penasaran.

"Aku tidak tahu, tapi rasanya selera makanku mendadak hilang," jawab Rania jujur.

"Kau harus makan walau hanya sedikit, jangan membiarkan perutmu itu kosong," ucap Farhan. "Apa kau mau aku menyuapimu?" tanyanya perhatian.

Rania terdiam sambil menatap wajah tampan Farhan selama beberapa detik. Mencoba menyelami isi pikiran suaminya itu lewat sorot matanya. Namun, Rania tidak bisa menemukan apa pun.

Mungkinkah suami yang begitu perhatian itu tega mengkhianatinya?

Pikiran Rania melayang ke mana-mana hingga dia teringat pada kejadian kemarin malam saat Farhan sedang bersama Dinar. Tiba-tiba saja dia merasa yakin wanita dalam foto itu adalah sang sekretaris suaminya.

"Rania?" panggil Farhan.

"Eh, ya?"

Farhan terus menatap Rania dengan sorot ya g sulit diartikan.

"Aku akan makan sendiri," ucap Rania.

Meski enggan, dia terpaksa memakan makanan miliknya karena untuk menghargai perasaan Elis yang sudah menyiapkan semuanya.

Setelah makan siang, Rania kembali menemani Nara yang sedari tadi betah bermain dengannya. Sedangkan Farhan masih berbincang-nincang dengan adik iparnya mengenai pekerjaan.

Semua terlihat normal-normal saja pada awalnya, meski pikiran Rania masih dipenuhi kegelisahan, tetapi dia berusaha tetap tenang hingga tiba-tiba saja Farhan berpamitan kepada Rania untuk kembali ke kantor karena mendadak ada meeting penting dengan klien. Kegundahan itu kembali mencuat meskipun masih bisa dikendalikan.

"Sayang, aku harus kembali ke kantor sekarang. Klien ku mendadak menghubungi, meminta bertemu saat ini juga. Aku tidak bisa menolak karena dia klien penting," ucap Farhan yang baru saja menghampiri Rania.

Wanita itu mendongak, langsung beranjak berdiri sejajar dengan suaminya.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Rania curiga.

"Iya, ini diluar dugaanku. Kau tidak keberatankan nanti pulang sendiri?" Farhan berbicara sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya tanpa melihat perubahan ekspresi wajah Rania.

"Aku harus pergi sekarang. Kabari aku kalau kau sudah pulang nanti," ucap Farhan sambil mengecup singkat kening Rania.

Dia sama sekali tidak memedulikan Rania yang nampak tidak senang dengan kepergiannya ke kantor. Jika saja tak ada pesan misterius itu, mungkin saat ini Rania akan percaya kepada Farhan. Namun, saat ini di pikirannya Farhan pergi untuk menemui wanita simpanannya.

"Paman ke kantor dulu ya, Nara. Kamu main sama Bibi saja," pamit Farhan kepada Nara, tidak lupa juga meninggalkan kecupan hangat di puncak kepala gadis kecil itu.

Setelah itu, Farhan bergegas pergi bahkan tanpa berpamitan terlebih dulu kepada Elisa. Rania bergeming menatap kepergian suaminya dengan suasana hati yang sulit dijelaskan.

Tak lama setelah Farhan pergi, Rania pun berpamitan kepada Elis dan juga Ikbal serta Nara untuk pulang. Ikbal sempat menawarkan diri untuk mengantarkan Rania pulang, tetapi Rania menolaknya karena merasa tidak enak hati. Selain itu, dia juga berniat ingin mengikuti ke mana Farhan akan pergi.

Di sepanjang perjalanan, Rania mencari mobil Farhan. Setelah menemukannya, dia langsung meminta sopir taksi untuk mengikuti ke mana pun mobil itu pergi. Rania ingin memastikan dengan matanya sendiri bahwa pesan misterius itu benar atau hanya fitnah semata untuk menghancurkan rumah tangganya dengan Farhan.

"Stop, Pak!" titah Rania.

Dia meminta sopir taksi yang ditumpanginya itu untuk berhenti tak jauh dari tempat mobil Farhan parkir yang tepatnya di salah satu restoran ternama. Melalui jendela taksi, Rania mengintai gerak-gerik suaminya. Ingin melihat dengan siapa Farhan bertemu.

Farhan keluar dari mobilnya lalu berjalan ingin memasuki restoran. Namun, niatnya tertahan saat klien bisnis yang ingin ditemuinya kebetulan juga baru sampai di sana.

Dari kejauhan Rania melihat suaminya bersalaman dengan seorang pria paruh baya berpenampilan rapi sebelum kemudian mereka menghilang di balik pintu restoran.

"Rupanya Farhan tidak berbohong. Dia benar-benar ingin menemui klien-nya," ucap Rania kepada dirinya sendiri.

Rasa khawatirnya sedikit berkurang, sesak yang sedari tadi menyelimuti dada pun perlahan terasa longgar. Dia bisa bernapas lega karena Farhan tidak terbukti sedang berbohong.

"Jalan, Pak!" titahnya kepada sopir taksi.

"Mau diantar ke mana, Mbak?"

Rania langsung menyebutkan alamat rumahnya. Sekarang dia bisa pulang dengan tenang dan menganggap bahwa pengirim pesan misterius itu hanyalah orang iseng yang sedang mencoba menghasutnya.

Beberapa saat setelah Rania sampai di rumah, dia menerima pesan masuk dari Farhan yang memberi tahu bahwa dirinya akan pulang malam.

[Kau sudah pulang?]

[Sudah, ini belum lama sampai.]

[Syukurlah. Oh ya, aku akan pulang agak malam, kau tidak perlu menungguku.]

Rania mengernyitkan alisnya sejenak setelah membaca pesan yang dikirim Farhan. Dia menghela napas panjang, mencoba menghalau pikiran buruknya sejauh mungkin.

[Oke. I love you.]

Rania menggenggam ponselnya, menunggu pesan balasan dari suaminya. Lima menit kemudian ponselnya pun bergetar, Rania langsung melihatnya.

[I love you too, Rania.]

Bibir tipis itu melengkung membentuk senyum setelah membaca pesan tersebut. Setelah itu, dia menyimpan ponselnya di atas nakas, sedangkan dia akan berendam untuk menenangkan pikirannya yang masih sedikit tidak tenang.

tanpa dia sadari, ponselnya menyala menampakkan notifikasi pesan masuk dari nomor misterius.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 92

    Setiap sudut dari ruangan di dekor dengan sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri di saat mata menatap. Untaian bunga serta ornamen yang menyatu memperindah ruangan yang besar nan megah ini. Beberapa orang berpakaian rapi dan bagus mondar-mandir ataupun bercengkerama di kursi yang telah di sediakan. Tidak ada aura kesedihan ataupun aura buruk lainnya. Semuanya bergembira, tertawa, serta bersenda gurau. Mereka ikut bahagia atas acara bahagia yang sedang berlangsung. Muti yang menjadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas pernikahan besar ini terlihat kewalahan melayani tamu serta beberapa masalah kecil yang timbul."Bu, ada masalah." Seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan rompi hitam datang menghampiri Muti dengan wajah yang berkeringat dan napas ngos-ngosan. Muti mengerutkan kening dan menatap ke arahnya. "Ada masalah apa?" tanya Muti. Pria tersebut terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya. Muti membiarkannya untuk me

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 91

    Farhan sudah mendekam di balik jeruji besi setelah apa yang sudah dilakukannya. Setelah kehebohan mengenai Farhan yang masuk ke dalam jeruji besi, kini Rania mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak didapatkannya.Rasa takut akan kehilangan Noah setelah ancaman yang diberikan Farhan padanya sudah lenyap. Pengadilan telah memutuskan bahwa Rania memilki hak sepenuhnya atas Noah. Kendrick tidak pernah membiarkan Rania sendirian melewati hari-harinya yang rumit. Dirinya selalu berada di sebelah Rania hingga saat ini. Rania dan Kendrick mendatangi tempat di mana Dinar ditahan. Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Rania pada Dinar."Kamu yakin bicara berdua saja dengan Dinar?" tanya Kendrick memegang bahu Rania sambil menatap matanya cemas.Rania tersenyum hangat sambil mengelus lengan Kendrick. "Tidak perlu khawatir, aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dinar harus tahu kebenarannya jika tidak ia akan terus menyalahkan orang yang salah."Kendrick menganggukan kepala sambil

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 90

    Rania membaca setiap kata yang tertulis di berkas yang dia cari selama ini. Data manipulasi yang dilakukan Farhan hingga bernilai milyaran rupiah masuk ke dalam rekeningnya pribadi yang terletak di Swiss. Selama beberapa waktu ini, mereka menguras habis dana perusahaan juga membuat project gaib guna mengambil keuntungan dari itu. “Wah, aku enggak menyangka, pria bajingan ini bisa melakukan hal mengejikan seperti ini,” gumam Rania emosi. Lantas, dia beralih kepada layar komputer yang menampilkan tabel-tabel pendapatan dan pengeluaran setahun terakhir yang sangat berbeda. Angka pengeluaran 40% lebih besar daripada jumlah keuntungan yang masuk. Walaupun begitu, perusahaan masih stabil berkat dukungan dari investor juga pemegang saham yang memberikan dukungan penuh terhadap Farhan dan Dinar. Hingga tak ada angin yang bisa menggoyangkan tempat mereka. Tok ... tok ... tok! Rania menormalkan ekspresi wajahnya lalu menutup berkas-berkas tersebut. “Masuk,” teriaknya kemudian. Sang sekreta

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 89

    Kendrick bertukar posisi dengan Rania dan Muti lalu menyuruh mereka untuk kembali pulang. Kendrick mempunyai kesempatan untuk menyusul Rania dan juga Muti saat Farhan berhenti di rest area. Saat ini mobil Kendrick masih berada di belakang mobil Farhan. Dirinya tidak melewatkan kesempatan sedikit pun untuk mengejar mobil Farhan yang melaju cukup kencang. "Ken, hati-hati. Kamu belum ada istirahat tapi langsung ke luar kota."Ya, sepanjang jalan Rania tidak mematikan panggilan teleponnya sekedar memastikan Kendrick sampai dengan selamat. Dirinya juga tidak berhenti berbicara mengajak Kendrick mengobrol."Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja dan masih punya kekuatan untuk menyetir ke luar kota.""Tetap aja kamu harus hati-hati kalau capek istirahat sebentar. Kamu masih di tol atau udah keluar tol?" Kendrik melihat ke kanan dan kirinya yang dipenuhi oleh hutan. Bila dirinya mengatakan saat ini Kendrick melewati jalanan yang cukup sepi dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 88

    Muti masih menemani Rania hingga wanita itu mulai berdamai dengan apa yang terjadi. Dirinya pun ikut membantu menjaga Noah dengan mengajaknya bermain atau sesekali menyuapinya walaupun Rania kerap kali menolak tawaran Muti yang ingin menjaga Noah karena tidak mau merepotkan wanita tersebut.Noah saat ini sudah tidur dan inilah saatnya Rania duduk santai bersama Muti di teras rumah sambil memandangi pepohonan kecil yang berada di taman depan rumah Rania. "Ran, Dinar sudah tertangkap apakah kamu akan mencari bukti untuk Farhan juga?" tanya Muti mengawali pembicaraan setelah beberapa saat lalu mereka hanya saling diam. Rania menoleh sekilas ke arah mutih lalu fokus kembali ke depan sambil tersenyum getir. "Dinar dan Farhan adalah sepaket, mereka selalu melakukan sesuatu bersama tidak mungkin hanya Dinar yang akan mendapatkan hukuman sementara Farhan berada di luar sana bebas berkeliaran. Bukankah jika aku biarkan ini terjadi akan termasuk ketidakadilan?"Muti mengangguk-anggukkan kepal

  • Topeng Si Suami Idaman   Chapter 87

    Kabar mengenai Dinar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sudah tersebar ke mana-mana, termasuk di perusahaan semua karyawan sudah mengetahuinya dan sedang membicarakan mengenai Dinar. Farhan yang merasa dirinya tidak aman, memutuskan untuk tidak tampil di depan publik karena ia tahu akan mendapatkan ribuan pertanyaan dan juga tuduhan yang mengarah kepadanya. Sebenarnya Farhan juga terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini tidak hanya memanfaatkannya saja. Ia tidak tahu bahwa yang dilakukan oleh dinas selama ini memiliki motif tersendiri bukan hanya ingin mengejar harta. Farhan yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti apa yang rencanakan oleh Dinar sehingga dirinya mempunyai kemungkinan untuk terseret bersama wanita itu. "Selama ini ternyata Dinar memiliki dendam tersendiri kepada papa Rania dan aku tidak tahu sama sekali. Aku seperti boneka yang sedang dimainkan oleh Dinar untuk melancarkan rencana yang sudah disusunnya." Farhan mengerang kesal sambil menendang barang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status