Share

Part 4, Tawaran Menggoda

Pria bertubuh tinggi besar itu berjalan dengan cepat, dan tangannya mencengkram tangan Jane dengan kuat. Dalam hitungan detik dia berhasil membawa Jane menjauh dari kerumunan itu. Jane ingin berontak, tapi entah mengapa hati kecilnya memutuskan untuk menuruti pria itu tanpa membantah ataupun bertanya. Langkah mereka baru berhenti ketika berada di lantai atap gedung.

"Kau pikir kekerasan bisa menyelesaikan masalah?" Pria itu memutar tubuhnya, dan langsung mencecar Jane dengan pertanyaan.

"Aku tidak berniat begitu. Tapi kata-kata mereka keterlaluan. Aku tidak pernah melakukan hal senista itu," jelas Jane. Matanya berkaca-kaca menahan emosi. 

Pria itu bergeming, mengeluarkan ponsel dari sakunya, kemudian menyerahkannya kepada Jane. Jane meraih ponsel itu dengan perasaan penuh tanda tanya. Jane langsung shock ketika melihat dress yang sama persis dengan desain yang ia kirimkan pada kompetisi.

"Bagaimana mungkin ini terjadi?" tanya Jane bingung. "Aku benar-benar tidak melakukannya. Desain itu murni hasil pikiranku sendiri. Bahkan mencari referensi dari buku pun tidak?" teriak Jane putus asa.

"Aku percaya kau tidak melakukannya. Tapi saat ini kau berada dalam posisi yang tidak beruntung. Perlawananmu tidak akan bisa membuktikan apapun." tandas pria itu.

"Kau tidak mengenalku, bagaimana kau yakin aku tidak bisa? Aku tidak bersalah! Aku bisa membuktikannya kepada siapa saja, bahkan secara hukum sekalipun!" kata Jane tidak mau menyerah.

Pria itu tersenyum, namun sinis.

"Membuktikan secara hukum? Bagaimana caranya, Nona keras kepala? Sementara secara dokumentasi, dress ini sudah diluncurkan 2 minggu sebelum sketsamu terdaftar di kompetisi. Kau pikir JC Company akan diam saja jika kau melawan? Berapa banyak uang yang kau miliki untuk melawan mereka di pengadilan? Hadapilah kenyataan,  mengadu kemana pun kau tidak akan pernah bisa menang," papar pria itu kemudian.

Jane terdiam mendengar semua penjelasan pria itu. Tubuhnya langsung lemas setelah menyadari betapa dirinya tidak berdaya saat itu.

Pria itu benar dia berada pada posisi yang lemah. Apapun bukti yang ia sodorkan, pasti bisa mereka patahkan, karena Jane hanya mahasiswa biasa.

Air mata mengalir di pipi Jane yang mulus. Jane menangis meratapi kegagalannya. Kegagalan yang  bukan disebabkan oleh kebodohannya, tapi karena ketidakberdayaannya.

Pria itu membiarkan Jane menangis hingga puas. Ia tidak menenangkan, dan tidak juga melarang. Dia hanya berdiri sedikit menjauh, seolah memberi ruang untuk Jane melepaskan kesedihannya.

Setengah jam berlalu, isak tangis Jane pun mulai reda. Tapi Jane masih terduduk lemas dengan tatapan kosong. 

Pria itu mendekat, kemudian berjongkok di sisi Jane. Dia mengulurkan selembar kartu nama kepada Jane.

"Ikutlah denganku ke New York. Kau bisa berkerja di perusahaanku. Bersihkan namamu dengan menghilang dari negeri ini. Dengan talenta yang kau miliki, aku yakin kau bisa bersinar melebihi yang kau bayangkan."

Jane menerima kartu nama itu. Di atasnya tertera nama Aaron Caldwell, CEO Caldwell Company.

Seandainya saja saat ini dalam kondisi normal, Jane pasti melonjak kegirangan mendapatkan tawaran itu. Berkerja di perusahaan besar sekelas Caldwell Company? Siapa yang akan menolak? Tapi, saat ini hati Jane sedang kecewa berat. Nama baiknya tercemar. Impiannya sudah hancur.

Terlebih lagi ibunya sedang sakit, tidak mungkin ditinggal begitu saja. Jika ia pergi mengikuti saran Aaron, siapa yang akan merawat ibunya? Jane adalah satu-satunya keluarga yang ibunya miliki setelah ayahnya meninggal. Jane tidak mau egois,  mengorbankan ibunya demi kebahagiaannya sendiri.

"Terimakasih atas tawaran Anda, Mr. Aaron. Tapi saya tidak akan menyerah begitu saja. Meski sulit, saya akan terus berjuang untuk membersihkan nama saya," tolak Jane sambil berdiri. "Sekali lagi terimakasih. Saya sangat menghargai tawaran Anda. Saya permisi," ujar Jane. Ia membungkukkan badannya, kemudian melangkah pergi.

Aaron terdiam melihat Jane yang mulai menjauh. Hati kecilnya menyayangkan sikap Jane yang menolak tawarannya. Kare ia tahu, gadis itu bukan perempuan biasa. Jika saja Jane mau menguatkan hatinya untuk mengambil kesempatan ini, Aaron berani bertaruh Jane akan merajai industri fashion dunia. 

Aaron tidak mau menyerah begitu saja. Ia putuskan untuk kembali mencoba meyakinkan Jane. 

Setengah berlari, ia menyusul Jane. Setelah cukup dekat, dia meraih tangan Jane, memposisikan gadis itu tepat di depannya.

"Aku mengerti kalau saat ini kamu tidak bisa berpikir jernih. Namun tidak ada salahnya jika kamu coba pertimbangkan," katanya sambil menyelipkan kartu nama itu ke tangan Jane. "Hubungi aku, jika kamu berubah pikiran. Kapan saja kamu siap. Aku akan mengingatmu dalam waktu yang lama." tambahnya kemudian.

Jane menerima kartu nama itu tanpa berbicara. Dia memutar tubuhnya dan kembali melangkah pergi.

***

Upacara kelulusan sudah 1 bulan berlalu, namun Jane masih saja belum mendapatkan perkerjaan. Ia telah mengirimkan lamarannya ke semua butik dan perusahaan mode yang ada di kotanya, namun jawaban mereka semua sama. Ia ditolak karena status plagiator masih melekat di namanya.

Namun Jane tidak mau menyerah. Dia tetap mengirimkan lamarannya setiap kali menemukan lowongan designer terbuka.

Ditengah-tengah perjuangannya mencari perkerjaan, Jane kembali harus berduka dan menyerah pada takdir. Ibunya tercinta meninggal dunia. Sekarang Jane benar-benar sebatang kara. Tanpa rumah, tanpa pekerjaan tetap, dan masih harus menghadapi orang-orang yang mencibir kegagalannya.

Beruntung Jane masih memiliki sahabat sebaik Glen. Dari Glen-lah Jane mendapatkan kesempatan menjadi ghost designer. Bukan profesi yang Jane impikan pastinya. Tapi setidaknya dengan menjalani profesi ini, Jane masih bisa melakukan perkerjaan sesuai passionnya. Meskipun di dunia nyata, nama Jane tetap tidak dikenali sebagai designer.

[flashback berakhir]

***

Jane masih termangu merasa tidak percaya jika saat ini dirinya tengah berhadapan dengan Aaron Caldwell.

Meski hanya sesaat, Jane tidak pernah bisa melupakan momen saat Aaron memberinya kekuatan saat itu. Namun Jane tidak memiliki cukup nyali untuk menghubungi Aaron terlebih dahulu. Jane takut kecewa jika Aaron tidak mengenalinya lagi. Dalam pikiran Jane, pria dengan kesibukan tinggi seperti Aaron tidak mungkin akan mengingat dirinya dalam waktu yang lama.

"Yes, it's me," jawab Aaron dengan suara khasnya. 

Jane kembai turun dari taxi. Untuk sejenak ia lupa akan janjinya dengan Mrs. Diodra. Dengan antusias Jane menyalami Aaron.

"Oh, apa kabar, Sir?" sapa Jane ceria disertai senyum indahnya.

"Wow, ternyata kamu cantik sekali ya kalau tersenyum. " sahut Aaron sambil menyambut tangan Jane. Ia menggenggam tangan Jane dengan erat. Kata-kata Aaron tidak ayal membuat Jane bersemu merah.

"Anda terlalu memuji, Sir. Saya begini-begini saja sejak dulu," kata Jane dengan jantung berdebar. 

Sudah bertahun-tahun Jane hidup tanpa mendengar pujian yang tulus dari seseorang. Jadi begitu pujian itu ia dengar dari sosok yang ia kagumi, tidak ayal itu membuat Jane merasa bahagia sekali.

"Saya bicara fakta, Jane. Karena dalam memori saya yang tersimpan selama ini adalah tatapan Jane yang penuh kecewa, amarah, dan kesedihan. Jadi saya benar-benar bahagia bisa meihat senyummu yang indah ini."

"Yah, karena hidup memang tidak harus selalu ditangisi, Sir. Saya sudah mengalami cukup banyak hal pahit. Jadi sepertinya kantung air mata sudah menipis, sehingga sudah lupa bagaimana rasanya sedih,' jawab Jane disertai tawa renyah.

"Good. Itu pemikiran yang bagus, Jane. Kamu tidak akan pernah bisa maju jika selalu melihat ke belakang. Oh, ya. Kamu mau kemana, kalau saya tidak salah menilai, sepertinya tadi kamu buru-buru. Apakah ada janji dengan seseorang?" Tebak Aaron.

Jane langsung terkesiap kaget. Dia reflek menepuk kening dengan tangannya.

"Ya Tuhaan. Saya lupa. Maafkan saya, Sir. Tidak bisa berbincang lebih lama. Ada klien yang menunggu kedatangan saya. Saya permisi dulu. Sampai jumpa," ujar Jane seraya melangkah mundur.

Aaron ingin bertanya lebih banyak, tapi Jane sudah terlanjur menjauh. Aaron mengeluarkan ponsel dari kantungnya kemudian segera menelepon seseorang.

"Carikan aku informasi tentang Jane Ariesta. Lengkap dan detail tanpa satu pun terlewat!" Perintahnya tegas.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status