Share

7. Kecelakaan

Hari ini, semua urusan kantor telah selesai. Lidia menghembuskan napas leganya setelah sampai di apartemen dan membersihkan diri. Kini, ia duduk di meja kerjanya dan membaca kembali berkas-berkas lama milik perusahaannya saat ini.

Setelah sekitar tiga jam lebih ia mempelajari semuanya, Lidia pun mengeluarkan kotak kecil berharga miliknya yang telah lama sekali ia simpan. Ia membuka kotak tersebut, dan mengeluarkan isinya. Ia mengeluarkan sapu tangan hitam tersebut dari kotak khusus yang dibelinya saat di Amerika tiga tahun lalu di acara bazar kampus. Hari ini, setelah sekian lama, akhirnya ia melihat wajah hangat itu lagi. Sang pemilik sapu tangan yang selama bertahun-tahun ini ia rawat. Entah mengapa, Lidia melakukan hal seperti ini. Sebelumnya, ia sama sekali tidak pernah melakukan hal isa-sia semacam itu. Namun, kali ini rasanya sangat berbeda.

Lidia menaruh sapu tangan itu ke atas mejanya dengan hati-hati. Diusapnya perlahan, sapu tangan itu tetap lembut meski telah bertahun-tahun. Lidia sangat berharap bisa bertemu dengannya lagi, setidaknya untuk membalas salam perpisahan Ken terakhir itu dengan cara yang benar.

“Aku akan menunggu di kesempatan yang selanjutnya,” ucapnya pada sapu tangan hitam milik Ken tersebut.

Lidia pun bingung dengan perasaannya sendiri. Rasanya berbeda sekali jika ia bertemu dengan Ken. Ia sempat berpikir, apakah ia menyukainya? Namun, apakah itu mungkin?  Karena mereka hanya bertemu berbeberapa kali saja.

Lidia yang pandai dan cerdas dalam segala hal ini, sangat bodoh jika telah menyangkut dengan cinta. Tidak ada yang tidak bisa ia lakukan, kecuali mengenai cinta. Memecahkan teka-teki cinta ini lebih rumit dibandingkan memecahkan rumus persamaan helmholtz, rumus tersulit di dunia.

Setelah puas memandangi sapu tangan “keramat” tersebut, Lidia merapihkannya lagi dan menyimpannya ke dalam laci meja kerjanya. Karena waktu juga telah menunjukkan jam dua dini hari, dan besok ia harus mulai memperbaiki seluruh sistem perusahaannya. Lidia pun segera menuju ke kasurnya untuk mengistirahatkan diri. Ada waktu sekita lima jam untuk dia bisa tidur, itupun sudah lebih dari cukup bagi Lidia.

```````````````````````````````

Pagi hari tiba, Lidia kini telah rapi dengan baju kerjanya. Ia memakai rok hitam span selutut yang tidak terlalu ketat, dan juga kemeja blouse yang sedikit lebih besar dari tubuhnya, karena Lidia sama sekali tidak menyukai baju-baju ketat seperti yang biasa di pakai oleh para pekerja perusahaan wanita. Tak lupa sebuah tali hitam tipis panjang yang melingkar pada kerahnya, terpasang indah membentuk simpul pita. Meskipun tampak sedikit santai, pakaiannya tersebut tetap terbilang formal dan pantas dipakai untuk pergi ke kantor. Tak lupa sepatu tali bewarna putih bersih andalannya, karena tidak nyaman dan terbiasa memakai sepatu hak atau pun pantofel yang terasa sangat menyesakkan itu.

Lidia duduk di kursi balkon apartemennya, untuk sekedar menikmati kopi dan pemandangan kota di pagi hari yang sejuk ini. Tiba-tiba saja notifikasi dari ponsel Lidia yang berada di atas meja itu berbunyi. Dilihatnya pesan dari Kira yang mengatakan bahwa mobil perusahaan untuknya akan datang sebentar lagi. Lidia melihat pesan tersebut lalu membuang napasnya jengah. Ia benar-benar tidak menginginkan mobil dari perusahaan. Jikalaupun ingin, ia pasti telah membelinya dengan uangnya sendiri sejak lama.

Sekretarisnya itu pun mengatakan jika Lidia ingin seorang supir, maka ia akan mencarikannya sekarang juga. Tapi hal itu segara di tolak saat itu juga, Lidia lebih suka menyetir mobilnya sendiri.

Sebenarnya, setiap seminggu sekali saat di Amerika, Lidia selalu menyisihkan waktu sedikit untuk belajar mengendarai mobil. Dan saat ini, ia pun bisa mengendarai mobil dengan sangat baik. Surat Izin Mengemudi pun telah ia dapatkan kemarin dari Tuan Utusan, entah bagaimana caranya. Ia bahkan belum menjalani tes apapun, ia hanya memberikan Surat Izin Mengemudi yang ia dapatkan saat di Amerika, dan setelah itu langsung bisa dapat izin mengemudi di sini.

Setelah menunggu beberapa saat, notifikasi dari ponsel Lidia berbunyi lagi yang menandakan bahwa mobil perusahaan yang akan dipakainya telah sampai. Karena jam juga sudah semakin siang, ia bergegas turun agar bisa segera berangkat ke kantor.

Setelah sampai di depan gedung apartemen, Lidia melihat sebuah mobil mini cooper bewarna hitam polos telah terparkir manis di dekat pintu masuk basement gedung. Ada seseorang yang berdiri di sampingnya seperti sedang menunggu seseorang. Lidia pun langsung menghampirinya, karena tidak ada mobil lain yang ada di sekitaran sana, dan Kira juga mengatakan bahwa mobilnya telah sampai.

“Permisi, apakah ini mobil yang dikirim oleh Kira?” tanya Lidia pada seorang pria yang berdiri di dekat mobil tersebut, setelah ia sampai di dekatnya.

“Benar. Ini kuncinya, Kak,” jawab Pria tersebut sambil mengulurkan kunci mobil yang ia bawa sebelumnya pada Lidia.

“Terima kasih,” ucap Lidia sebelum pria tersebut benar-benar pergi meninggalkannya dan mobil barunya tersebut.

Lidia pun memasuki mobil tersebut dan langsung melajukannya menuju ke kantor. Ia mengendarai kendaraan barunya tersebut dengan tenang dan fokus. Beberapa kali ia menghembuskan napas untuk meyakinkan diri sedniri, bahwa hari ini semuanya pasti akan berjalan dengan lancar.

Saat jarak beberapa meter lagi sampai di kantornya, ia melihat food truck penjual sandwich yang sedari kemarin sangat ingin ia beli. Baru saat ini lah ia bisa mengabulkan keinginannya tersebut. Dan lagi, Lidia memang pagi ini belum sarapan. Sepertinya keputusan yang sangat tepat ia membeli sandwich tersebut.

Ia memarkirkan mobilnya ke basement kantor terlebih dahulu. Karena jarak food truck penjual sandwich tersebut sangat dekat dengan kantor perusahaannya. Hanya tinggal berjalan sedikit lalu menyeberang saja, tepat berada di samping taman.

Dengan tenang dan santai, Lidia mulai berjalan menuju ke tempat tujuannya itu untuk membeli makanan yang diinginkannya. Menikmati cuaca cerah dan lingkungan sekitar kantornya dengan berjalan kaki, membuat hatinya lebih terasa menghangat. Sehangat sinar matahari yang kini tengah menyelimuti tubuh Lidia yang sedang berjalan dengan senyum yang bertengger manis di wajahnya.

Setelah sampai di sana, Lidia segera memesan sandwich pilihannya. Tak lama menunggu, pesanannya pun jadi. Ia memesan sebanyak dua buah, yang satu lagi akan ia berikan pada Kira. Karena Lidia tahu, sejak dini hari tadi Kira telah mulai bekerja dan mempersiapkan banyak hal untuk pekerjaannya hari ini. Juga mengurus mobil peusahaan baru yang tadi pagi mendadak tiba di depan apartemennya. Ia sangat yakin bahwa Kira juga belum sempat sarapan.

Saat Lidia akan menyeberang untuk kembali ke kantonya, ia melihat bahwa tali sepatunya lepas dan berantakan. Ditaruhnya makanan yang ia bawa ke atas sebuah pot tanaman besar di pinggir jalan, lalu berjongkok untuk segera membenahi tali sepatunya agar tidak menjerat kedua kakinya.

Baru saja Lidia berdiri kembali dan akan mengambil makanan yang sebelumnya ia beli di atas pot tadi, tiba-tiba ada sepeda motor yang melaju sangat kencang di atas trotoar di mana ia sedang berdiri sekarang, dan menyerempetnya hingga terjatuh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status