Share

6. Terlalu Muda

Setelah keluar dari kamar tersebut, Lidia langsung berusaha mencari keberadaan sekretarisnya, Kira. Ia khawatir, karena Kira tadi telah masuk lebih dulu ke dalam ruang meeting itu sendirian. Setelah memeriksa ruang rapat yang tadinya akan mereka gunakan untuk meeting bersama, Lidia tidak menemukan apapun kecuali barang-barang di sana yang kini telah berantakan.

Sepertinya memang benar tentang apa yang Ken jelaskan padanya tadi. Polisi meringkus CEO yang terlibat dalam penjualan narkoba tersebut, dan mungkin saja semua orang yang tadinya ada di ruangan itu diamankan ke suatu tempat. Atau bisa jadi diarahkan untuk membubarkan diri.

Lidia berjalan menuju ke arah luar dari hotel tersebut dengan perasaan gusar. Ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Kira. Di mana sebenarnya dia sekarang?

“Permisi, orang-orang yang tadi berada di ruang rapat nomor 180 ke mana, ya?” tanya Lidia pada seorang officer penunggu lobi tersebut.

“Semua yang ada di ruangan tersebut di bawa ke kantor polisi, Kak. Polisi mengatakan bahwa mereka akan dimintai keterangan di sana,” jelas officer tersebut.

Lidia yang mendengarnya pun kaget, Kira sama sekali tidak mengenal dan mengetahui apapun tentang CEO tukang narkoba itu. Sama dengan dirinya, Kira hanyalah seseorang yang sedang mengalami tragedi di hari pertama bekerja.

Namun, tiba-tiba saja dari belakang, ada yang menepuk pundak Lidia diiringi dengan napasnya yang cepat seperti orang yang habis berlari marathon dua kilometer.

“Bu Lidia, dari mana saja? Dari tadi aku mencarimu ke mana-mana,” tanya Kira dengan nada yang sangat khawatir.

“Kira! Kau dari mana? Apakah kau baik-baik saja?” tanya Lidia balik tak kalah khawatirnya.

“Aku baik-baik saja. Setelah kau meninggalkanku tadi dan tidak segera kembali, aku segera mencarimu. Tapi, aku sama sekali tidak bisa menemukanmu. Dan saat kembali ke ruang rapat, di sana aku malah menemukan banyak polisi. Mereka membawa CEO perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita. Jadi, aku bersembunyi dahulu ke kamar mandi terdekat,” jelas Kira dengan raut penuh kebingungan.

Lidia mendengarkan penjelasan Kira dengan saksama. Ia memegang tangan Kira untuk menenangkan dirinya. Setelah keadaan mulai membaik, mereka berdua memutuskan untuk segera kembali ke kantor dan membicarakan hal ini pada semua anggota direksi perusahaan.

``````````````````````````````

Mereka berdua pun baru bisa bernapas lega setelah masuk ke dalam mobil yang melaju di jalanan kota membelah angin malam yang terasa lebih dingin dari sebelumnya ini. Benar-benar hal yang sangat tidak terduga, baru saja mereka mengawali karir hari ini, namun malah di sambut dengan kejadian tidak mengenakkan.

Sebenarnya, sejak Lidia keluar dari hotel tadi, terbesit dalam hatinya sebuah kecemasan. Ia takut, kejadian ini mungkin akan menjadi pertanda yang buruk untuk dia dan perusahannya kedepannya. Ia tidak ingin mengecewakan orang-orang yang telah membantunya sampai titik saat ini. Entah bagaimanapun caranya, Lidia harus bisa mengatasi semua            masalah yang akan menimpanya nanti dengan baik.

Setelah sampai di kantor, Kira pun mengumpulkan semua direktur dari seluruh departemen di perusahaan ini ke ruang rapat. Sebenarnya, semua orang yang ada di sana telah mengetahui, bahwa meeting kali ini tidak berjalan dengan lancar. Bahkan bisa dikatakan gagal.

Semua orang yang telah dipanggil menempati tempat duduk yang telah tersedia di sana. Lidia yang telah menunggu semua orang berkumpul sejak beberapa saat lalu, mulai menata urutan-urutan pembahasan yang akan mereka bahas pada rapat kali ini. Sambil memeriksa semua dokumen yang sebelumnya akan dijadikan patokan dalam perjanjian perusahaannya dengan perusahaan milik CEO bandar narkoba itu.

Ini juga merupakan rapat pertama yang akan Lidia pimpin. Rasanya sedikit mendebarkan, namun bagaimanapun caranya, Lidia harus bisa melakukannya dengan baik. Ia tak ingin melakukan kesalahan sedikitpun.

“Selamat malam! Maaf karena saya mengumpulkan kalian dengan mendadak pada malam hari ini,” ujar Lidia membuka rapat kali ini.

“Malam..” jawab semua anggota rapat itu bersahutan.

Suasananya terasa sedikit canggung, mungkin karena ini baru awal bagi meeka semua. Dan juga, mungkin karena kalangan dari seluruh wakil direksi yang umurnya terpaut jauh diatas Lidia.

Sebenarnya ia merasa, bahwa mereka semua seperti tidak menginginkan kedudukan CEO perusahaan ini di pegang oleh wanita muda sepertinya. Namun, Lidia memakluminya karena memang ia belum bisa membuktikan apa-apa pada mereka. Ia hanya perlu lebih berusaha saja kedepannya, untuk memperoleh kepercayaan dari seluruh anggota direksi.

“Perjanjian ataupun kesepakatan dengan perusahaan kaca yang seharusnya terjadi hari ini, kita cancel. Setelah saya melihat kembali dokumen-dokumen perusahaan tersebut, perkiraan saya, perusahaan kita bahkan tidak akan mendapatkan keuntungan dalam kurun waktu dua tahun kedepan. Ditambah lagi, CEO perusahaan tersebut yang tersandung masalah dengan kepolisian. Di perkirakan, sebentar lagi saham di perusahaan tersebut akan terjun bebas, sehingga......”

Lidia menjelaskan semua analisis-analisis nya dengan sangat baik. Peserta rapat itupun sebagian besar mulai mengakui kemampuan Lidia, dengan analisis serta strategi-strategi baru yang ia rancang secara mendadak malam ini. Adanya Lidia di perusahaan ini bisa dibilang mungkin sekali akan sangat menjanjikan.

Meskipun begitu, ada beberapa orang yang masih saja tidak bisa menerima keberadaan Lidia tanpa sebab yang jelas. Mereka mulai mempertanyakan semua perkataan Lidia, apakah benar bisa terwujudkan. Bahkan ada yang menanyakan hal yang menurut Lidia sama sekali tidak perlu. Namun, ia hanya membalasnya dengan kata-kata singkat dan juga sangat bijaksana.

“Tapi, apakah anda yakin dengan keputusan yang anda ambil tersebut? Anda bahkan belum memiliki satupun pengalaman, dan juga emosi jiwa mudamu ini yang mungkin saja belum stabil dapat mempengaruhi semuanya,” tanya seorang perwakilan dari direktur keuangan yang menurut Lidia pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang paling aneh yang ia dengar hari ini.

“Saya yakin, karena analisis dan strategi baru yang saya buat tersebut memiliki sumber yang sangat kuat. Dan tentang emosi jiwa muda yang anda katakan tersebut, sebenarnya saya masih kurang paham dengan maksud anda. Tapi, apa salahnya kalau kita mencoba metode-metode baru yang telah saya pelajari selama beberapa tahun dan telah banyak terbukti membuahkan hasil?” tanya Lidia diakhiri dengan senyum tipis miliknya itu.

Setelah kalimat terakhirnya tersebut, semua isi ruangan tersebut pun bertepuk tangan. Kecakapan Lidia, dan juga kemampuannya yang baru permulaan ini membuat beberapa orang di sana terkagum-kagum.

Lidia menanggapinya dengan anggukan kepala dan senyuman lebar. Awal seperti ini, sangat membuat hatinya senang dan bahagia. Bahkan Kira, yang sedari awal berdiri di samping pintu masuk ruang rapat ikut tersenyum senang dan bertepuk tangan. Ia manganggukkan kepalanya berkali-kali dan mengacungkan kedua jempal tangannya pada Lidia.

“Baik, sampai di sini saja rapat hari ini. Mulai besok, kita akan mulai merealisasikan hasil rapat hari ini satu persatu. Saya akan terjun langsung ke semua departemen dan memeriksa serta langsung menevaluasi. Diharapkan semuanya bisa menyiapkan bagian masing-msing dengan baik, sehingga semua dapat berjalan dengan baik dan tidak membuang banyak waktu. Silahkan pulang dan beristirahat di rumah. Terima kasih, Selamat Malam!” tutup Lidia lalu merapihkan semua dokumen dan alat yang ia bawa tadi, lalu pergi ke ruangannya dan bersiap untuk pulang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status