Sementara itu, di tempat lain…Randy duduk di ruang kerjanya dengan wajah tegang. Kopi di cangkirnya sudah dingin, namun tangannya tak kunjung menyentuhnya. Sejak semalam ia menunggu laporan dari detektif yang ia sewa. Dan pagi ini, akhirnya pria berjas rapi itu datang dengan sebuah map tebal berisi dokumen serta foto-foto.“Ini semua tentang wanita yang sedang Anda selidiki, Amora Ikari,” ucap sang detektif dengan suara datar namun mantap. Ia meletakkan map itu di atas meja, lalu duduk tenang.Randy membuka map tersebut dengan rasa penasaran. Namun seiring matanya bergerak dari lembar ke lembar, napasnya mulai terasa berat.Detektif itu menjelaskan dengan detail, bagaimana kehidupan Amora tidak mudah, bagaimana ia berjuang sendirian sebagai seorang ibu. Puncaknya, sang detektif menuturkan sesuatu yang membuat Randy terdiam membeku.“Dia bahkan harus menjual hatinya sendiri, demi biaya pengobatan serta biaya operasi anaknya yang menderita jantung bocor. Jantung bocor anak, nyonya Amor
Alvaro langsung memeluk Amora. Ia bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Amora. Semua jejak masalalu Amora, sudah diketahuinya secara detail."Apa sekarang masih suka dengan hello Kitty?"Amora tersenyum dan kemudian menggelengkan kepalanya. Alvaro menatapnya dengan penuh sayang. Begini rasanya… punya seseorang yang benar-benar sangat perduli dengannya.Alvaro yang sadar sedang diperhatikan langsung mencubit pelan hidung Amora. “Apa aku begitu tampan sehingga kamu menatapku tanpa berkedip?" Amora tertawa dengan pipi yang memerah. Lalu dengan lembut mengusap wajah Alvaro. Jika dilihat, Alvaro jauh lebih tampan dari pada Randy. Ah Amora seperti sedang bermimpi jika pria setampan dan sekaya Alvaro, bisa menyukai Amora yang hanya anak yatim-piatu.Back to back Amora menunduk dalam diam, jari-jarinya menggenggam erat cangkir teh yang mulai kehilangan hangatnya. Tatapannya kosong, seolah ada beban berat yang terus menahannya untuk melangkah maju. Hubungan dengan Alvaro sudah sangat dekat
Mereka berjalan perlahan menuju taman belakang restoran. Udara malam terasa sejuk, harum bunga-bunga yang mekar di sekitar mereka menambah suasana romantis. Dan benar saja, begitu sampai di area taman, cahaya kecil-kecil mulai berkelip di antara pepohonan.“Kunang-kunang…” Amora menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya berbinar penuh takjub. “Mas… indah sekali.”Alvaro tersenyum. “Ya, sangat indah. Tapi… bagiku, keindahan itu tidak sebanding dengan kamu.” Alvaro berkata sambil terus memandang Amora.Amora menoleh, tatapannya bertemu dengan tatapan penuh cinta dari Alvaro. Dadanya serasa sesak oleh perasaan yang tak bisa ia bendung lagi.Dalam hening yang dipenuhi cahaya kunang-kunang, Alvaro perlahan mendekat. Tangannya terangkat, membelai lembut pipi Amora. Ia bisa merasakan bagaimana tubuh wanita itu sedikit bergetar. Apakah Amora terlalu kedinginan? Alvaro menyadari hal itu,. karena udara di puncak ini sangat dingin. Namun sepertinya pria itu tidak ingin memberikan Amora jake
Tangan Alvaro hangat di genggaman Amora. Jemari pria itu menutup jemari rapuhnya dengan lembut, seolah ingin memberi rasa aman.Amora menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang semakin merona. Namun genggaman Alvaro membuatnya tak bisa berpaling sepenuhnya. Ia bisa merasakan betapa tulusnya perasaan pria itu.“Amora…” suara Alvaro terdengar parau, nyaris seperti bisikan, “sejak pertama kali aku mengenalmu, aku tahu ada sesuatu yang berbeda. Kamu bukan hanya wanita yang membuatku terpesona… tapi juga wanita yang membuatku ingin menjadi lebih baik.”Amora mengangkat wajahnya perlahan. Matanya yang bening mulai berkaca-kaca.“Aku tahu perjalananmu tidak mudah,” lanjut Alvaro dengan penuh kesungguhan. “Aku tahu kamu pernah terluka, pernah merasa sendirian. Tapi aku ingin sekali, mulai dari malam ini, aku akan menjadi orang yang menjaga hatimu. Aku ingin menjadi tempat ternyaman untukmu. Aku ingin kamu selalu tersenyum tanpa rasa takut. Bukan hanya untuk kamu, tapi juga Emran.”Air mat
Mobil berhenti di depan sebuah restoran mewah yang berdiri di sebuah puncak. Dari luar saja, bangunan itu tampak elegan, dengan cahaya lampu kuning temaram yang memantul indah. Suasana tenang dan romantis langsung terasa.Alvaro segera turun lebih dulu, lalu berjalan memutar untuk membukakan pintu bagi Amora. Tangannya kembali terulur, menuntunnya keluar. Amora menerima uluran itu, hatinya kembali bergetar.“Mas… tempatnya indah sekali,” ucap Amora pelan, matanya berbinar menatap pemandangan malam.“Aku ingin malam ini jadi berkesan untukmu,” jawab Alvaro dengan senyum hangat.Amora tersenyum malu-malu ketika menatap wajah tampan pria tersebut."Disini kamu bisa melihat kunang-kunang." Alvaro berkata sambil menunjuk ke bagian belakang restoran. Mata Amora langsung terbuka lebar. "Kunang-kunang, akhirnya aku bisa melihat kunang-kunang.""Kita makan dulu, setelah kamu kenyang, kita akan melihat kunang-kunang." Dengan cepat Amora menganggukkan kepalanya.Mereka memasuki restoran, dan p
Alvaro terdiam sesaat setelah mendengar bisikan putrinya. Wajahnya semakin memerah, seolah hatinya sedang disorot cahaya terang. Ia menoleh pada Zolin yang tengah menatapnya dengan ekspresi serius, namun ada senyum kecil yang menggemaskan.“Daddy, apakah ini artinya Daddy melamar Mommy?” ulang Zolin dengan suara berbisik, tapi penuh keyakinan.Alvaro tak sanggup berkata-kata, hanya menganggukkan kepala pelan.Senyum Zolin melebar. “Kalau begitu, Daddy jangan buang waktu lagi. Ajak Mommy makan malam berdua, lalu lamar Mommy dengan cincin. Mommy pasti tidak akan bisa menolak. Jangan lupa, Daddy harus buat makan malam yang romantis. Buat mommy tidak pernah melupakan momen ini.” ucapnya penuh percaya diri.Zolin tahu bahwa sang ayah sangat polos. Sehingga tidak memikirkan hal seserius ini.Alvaro sangat malu mendengar ucapan putrinya itu. Namun ia tahu, Zolin benar. Mengapa ia tidak memikirkan hal seperti ini?Sementara itu, Amora yang masih duduk di sebelahnya tengah sibuk menenangkan pe