Balryu langsung bertanya kepokok permasalahan, sebelum berangkat pagi ini Yukine sudah memberi tahu kepada ibunya jika akan pergi keluar kota dan akan kembali malam, wanita itu awalnya tidak memperbolehkannya jika Yukine bepergian sendirian akan tetapi terlambat putrinya sudah berada di dalam kereta, Yukine memberitahu wanita itu bukan untuk meminta ijin melainkan sebuah pemberitahuan agar tidak mengkhawatirkannya.
"Aku akan sampai sekitar jam 7 malam jika tidak ada keterlambatan keberangkatan," jawab Yukine. "Aku akan menjemputmu di stasiun. Hati-hati." "Em," Segera panggilan itu berakhir, suara laki-laki itu masih nampak dingin namun terlihat jelas jika sedang mengkhawatirkannya. "Siapa?" "Kakakku," Yukine menjelaskan situasinya dan mereka memutuskan untuk kembali bersama meskipun mereka naik kereta yang sama dan satu gerbong tapi mereka tidak duduk berdekatan. Setelah kereta itu sampai Damar menghampiri Yukine dan keluar stasiun bersama-sama. Ketika akan berpisah Damar sekalian mengundang Yukine ke acara ulang tahunnya kebetulan adegan itu disaksikan langsung oleh Balryu. Yukine sedikit terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba sudah berada tidak jauh dan sedang memperhatikan interaksinya dengan Damar. "Kekasihmu?" tanya Balryu langsung ketika Yukine datang menghampirinya. "Bukan." "Lalu?" "Hanya teman tidak sengaja bertemu dan kembali bersama." "Laki-laki itu menaruh hati padamu." Yukine melihat ke arah pemuda itu, Damar sudah berjalan agak jauh hanya menunjukkan punggungnya. "Bagaimana kamu tahu?" "Hanya insting lagipula aku juga seorang laki-laki," jawab Balryu sambil pergi menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh Yukine mengikuti langkah panjang saudaranya itu tapi langkah Balryu tiba-tiba berhenti tidak memberikan kesempatan kepada Yukine untuk bersiap hingga wajah gadis itu menabrak punggung kokoh sang pemuda, perbedaan tinggi mereka terlihat sangat jelas Yukine memegangi hidungnya yang sedikit terasa sakit. "Lain kali jika ingin berpergian jauh jangan mendadak katakan sebelumnya padaku gege akan mengantarmu," ucap Balryu sambil mengusap kepala Yukine lebih ke mengacak-acak rambut gadis itu. "Uh," Hanya itu tanggapan dari Yukine tapi dilanjutkan di dalam hatinya, "Pantas saja Fe Fei sangat tidak rela menyerahkan pemuda ini untuk wanita lain." Mobil itu melaju di jalanan yang ramai tidak ada percakapan di dalamnya Balryu fokus pada jalanan sedangkan Yukine menatap keluar jendela mengingat kembali tempat yang baru saja dikunjunginya juga mencari cara bagaimana mencari tahu tentang jasadnya yang kemungkinan masih berada di dasar sungai. "Tidak mungkin aku menyelam sendiri selain dalam dan berarus deras aku juga tidak terlalu pandai berenang," ujar Yukine di dalam hati. "Jika ingin minta tolong pada siapa aku akan minta tolong dan bagaimana menjelaskannya jika ada jasad di sana?" "Mungkinkah Damar? Tapi alasan bagaimana yang harus dibuat?" Yukine terasa pusing kemudian menoleh kepada pengemudi di sampingnya. "Apakah dia, seharusnya dia mau melakukan apa saja. Tapi bagaimana aku mengatakannya? Lupakan meskipun dia bersedia pasti akan banyak pertanyaan dan aku tidak sanggup lagi berbohong. Lupakan! Lupakan." Nampaknya Balryu menyadari jika Yukine sedang berbicara sendiri dengan segala mimik wajahnya terlihat setelah melihat ke arahnya dilanjutkan dengan beberapa gelengan kecil setelah itu membuang muka. "Jika ingin mengatakan sesuatu, katakan saja," ujar Balryu tanpa melihat ke arah Yukine peryataan itu membuat gadis itu merasa tertangkap basah. "Apa?" Yukine memasang wajah bodoh. "Kamu ingin mengatakan sesuatu?" "Tidak," kilah Yukine dengan cepat dan Balryu hanya mengangkat kedua alisnya sambil menatap secara singkat. Yukine juga tidak ingin memperpanjang hal itu jadi mengalihkan perhatiannya pada ponsel tapi baru saja menggulir layarnya secara perlahan kecepatan mobil itu menurun dan berhenti di sebuah rumah makan. Yukine hanya menatap saudaranya itu. "Lapar," ujar Balryu sambil turun dari mobil. "Tapi aku tidak," sahut Yukine dan dapat dipastikan jika kakak laki-lakinya itu tidak dapat mendengarnya. Mau bagaimanapun Yukine tetap turun dan mengikuti langkah panjang pemuda tinggi itu memasuki tempat makan, dilihat bagaimana Balryu mencari tempat dan memesan hidangan hanya dengan mengangkat satu tangannya sudah dapat dipastikan jika Balryu sudah menjadi pelanggan tempat ini. Keadaan pengunjung tidak begitu ramai hanya ada satu juru masak dan satu pelayan nampaknya mereka sepasang suami istri. Tidak membutuhkan waktu lama dua hidangan diantar, dua mangkuk bubur yang mengepul dengan toping yang berbeda. "Aku kira kamu tidak akan datang lagi karena sudah lama sekali setelah kunjungan terakhir kali," ujar wanita itu sambil menyajikan makanan. "Sibuk," jawab Balryu cukup ramah dengan suara rendah. "Awalnya aku kira kamu datang bersama dengan kekasihmu tapi setelah diperhatikan ternyata ini masih adikmu seperti biasa." Yukine menyadari jika dirinya menjadi topik pembicaraan hingga tersenyum kecil pada bibi itu. "Mungkin karena penampilannya berbeda jadi aku kesulitan untuk mengenalinya secara langsung. Maafkan aku," Wanita itu tersenyum sangat tulus. "Adikku habis sakit jadi tidak lagi mengingatmu." Balryu menceritakan secara singkat situasinya dan Yukine hanya terus memperhatikan interaksi keduanya bahkan hampir mengira jika hubungan mereka bukan hanya penjual dan pelanggan, setelah mengucapkan beberapa kata wanita itu akhirnya pergi dan membiarkan dua saudara itu menikmati hidangannya. Balryu langsung menyantap bubur itu tanpa mengaduknya setelah mendapatkan dua suapan barulah menyadari jika orang dihadapan sama sekali tidak menyentuh makanannya dan hanya terus memandangi hidangan itu. "Kenapa?" tanya Balryu. "Ha?" Barulah Yukine mendongak melihat ke arah Balryu yang masih menatapnya. "Kenapa tidak makan." "Oh, aku tidak lapar," jawab Yukine. Balryu menoleh ke luar nampak awan hitam menyelimuti malam dengan sedikit gerimis lembut tidak ada satupun bintang yang terlihat juga angin cukup dingin malam ini. "Sangat cocok makan bubur di situasi saat ini." "Tapi tidak ada lagi tempat di perutku." Nampaknya Balryu juga kehilangan selera makannya dan menaruh sendoknya membuat Yukine malah merasa bersalah. "Apakah kita sebelumnya sering datang kesini?" "Em." "Aku suka bubur?" "Ya." "Tapi sekarang aku tidak ingin makan." "Dulu kamu akan memakannya meskipun kenyang dan akan membuat keributan jika ingin makan di sini ketika ingin." "Maaf," ujar Yukine pelan sambil menunduk menatap hidangan di depannya lagi. "Aku berpikir jika dengan membawamu ke sini akan sedikit membantumu mengingat sesuatu tapi ternyata tidak." Yukine tidak menjawab tatapannya masih pada semangkok bubur yang mengepul itu setelah menimbang-nimbang Yukine mengambil sendok itu dan akan mengambil suapan pertama tapi dihentikan oleh tangan besar pemuda itu. "Tidak perlu memaksakan," ujar Balryu. "Mungkin dengan aku mengetahui rasanya usahamu tidak akan sia-sia." "Masih ada banyak waktu." Balryu meninggalkan uang di meja sebelum bangkit menarik pergelangan tangan Yukine untuk meninggalkan tempat itu. Tapi langkah mereka terhenti di depan karena awan hitam sudah tidak lagi dapat membendung air dan kini telah jatuh, gerimis lembut telah menjadi hujan dalam hitungan detik. Balryu sudah akan berbalik masuk kembali tapi Yukine malah mengambil langkah berlari menuju mobil mereka hanya dengan kedua telapak tangannya menutupi kepalanya yang tidak akan mempengaruhi apapun dan tentunya Balryu mengikutinya jika tidak bagaimana gadis itu akan membuka pintu sedangkan kunci ada di tangannya. "Kenapa langsung berlari, aku berpikir untuk mengambil payung," protes Balryu ketika mereka sudah berada di dalam mobil. "Aku tidak memiliki muka untuk bertemu dengan bibi itu lagi, kita menghabiskan makanannya," Itulah yang dipikirkan olehnya mengingat bagaimana baiknya hubungan Balryu dan tempat ini mereka mungkin akan kecewa jika makanannya tidak habis bahkan tidak disentuh.Game online buatan Balryu itu bernama ASMARALOKA mengajak para pemain berkultivasi sekaligus bertualang dalam permainan, memperkuat karakter mereka dalam game juga dapat bertemu banyak orang dalam game, mencari harta karun, berburu monster maupun mencari hewan peliharaan berupa hewan spiritual."Apakah ada artinya nama ASMARALOKA ini?""Dunia cinta kasih."Yukine tersenyum membayangkan bagaimana para gamers mencari pasangan di dalam dunia game yang indah ini."Apakah ada yang lucu?""Oh, tidak."Setiap naik level akan mendapatkan hadiah dan jika ingin naik level tentunya berburu mangsa bisa berupa apa saja begitu banyak rahasia yang perlu dipecahkan di dalam game. Jika seseorang ingin mengelilingi dunia dalam game nampaknya butuh seharian penuh karena selain dunia itu begitu luas dan banyak tempat yang berbahaya. Ada juga tempat yang terbatas yang hanya dapat dimasuki oleh karakter di level tinggi.Yukine menguap lebar sudah satu jam penuh dirinya menjelajahi dunia dalam game itu dan
Yukine terbangun dari tidurnya yang panjang meskipun tidur pagi bukanlah kebiasaannya namun mungkin karena merasa tubuhnya kurang nyaman dan insiden bubur pagi ini membuatnya malas untuk bergerak terlebih bertemu dengan orang-orang rumah namun sekarang sudah siang hari, perutnya benar-benar kosong karena terkuras habis pagi tadi."Kamu sudah bangun?" Yukine menoleh dan mendapati Balryu baru saja masuk tanpa suara dengan membawa nampan ditangannya."Emm," sahutnya sambil bangkit dan menyibakkan selimutnya.Balryu kembali mengecek suhu tubuh gadis itu namun mimik wajahnya tidak berubah, Yukine pun menyentuh keningnya sendiri untuk mengukur suhu tubuhnya. "Ini benar-benar panas," ucap Yukine dalam hati. Dia tidak pernah menyangka jika akan mendapati suatu hari jika akan jatuh sakit hanya karena sedikit menerjang hujan."Perlu disuapin gege?""Tidak," jawab Yukine dengan cepat dan mengambil peralatan makan itu dari tangan pemuda itu.Balryu tidak berkomentar hanya tetap di tempatnya mem
Di pagi hari ketika bangun Yukine merasakan tenggorokan terasa tidak nyaman dan bersin terus menerus juga merasakan jika suhu tubuhnya sedikit lebih hangat daripada biasanya tapi Yukine memiliki kelas pagi apalagi dirinya harus datang ke klub hari ini karena tidak ingin menunda menjadi kuat Yukine memaksakan tubuhnya untuk bangun dan mandi air hangat. "Ini bukan apa-apa, aku pernah demam parah tapi masih bisa melakukan banyak hal," ujar Yukine meyakinkan dirinya sendiri.Akan tetapi tekatnya runtuh ketika sang permaisuri rumah ini mendengar dan melihat langsung jika sang putri bersin sampai dua kali ketika menuruni tangga."Kamu sakit?" ujar Xiyun yang sedang ada di meja makan sendirian."Tidak, ini hanya flu ringan," jawab Yukine sambil mendudukkan tubuhnya di samping wanita itu."Sudah minum obat?""Setelan sarapan.""Kamu kehujanan kemarin?""Emm ... tidak." Yukine kembali mengingat semalam memang dirinya tidak kehujanan tapi hanya menerjang hujan sebentar ketika keluar dari rumah
Balryu langsung bertanya kepokok permasalahan, sebelum berangkat pagi ini Yukine sudah memberi tahu kepada ibunya jika akan pergi keluar kota dan akan kembali malam, wanita itu awalnya tidak memperbolehkannya jika Yukine bepergian sendirian akan tetapi terlambat putrinya sudah berada di dalam kereta, Yukine memberitahu wanita itu bukan untuk meminta ijin melainkan sebuah pemberitahuan agar tidak mengkhawatirkannya."Aku akan sampai sekitar jam 7 malam jika tidak ada keterlambatan keberangkatan," jawab Yukine."Aku akan menjemputmu di stasiun. Hati-hati.""Em," Segera panggilan itu berakhir, suara laki-laki itu masih nampak dingin namun terlihat jelas jika sedang mengkhawatirkannya."Siapa?""Kakakku," Yukine menjelaskan situasinya dan mereka memutuskan untuk kembali bersama meskipun mereka naik kereta yang sama dan satu gerbong tapi mereka tidak duduk berdekatan. Setelah kereta itu sampai Damar menghampiri Yukine dan keluar stasiun bersama-sama.Ketika akan berpisah Damar sekalian men
Dengan tergesa-gesa dan tanpa arah Yukine segera meninggalkan tempat itu mereka belum bertemu tapi Yukine sudah melihat Alga dari kejauhan padahal meskipun mereka bertatap muka laki-laki itu tidak akan mungkin mengenali dirinya yang sekarang hanya saja Yukine tidak yakin dengan dirinya sendiri dapat menahan diri untuk tidak memukul wajah itu dengan kayu. Langkah itu masih tergesa-gesa tanpa tujuan pasti tapi gerimis menyadarkannya."Meskipun sudah berlalu cukup lama aku masih belum dapat menenangkan diriku," gumam Yukine pada dirinya senyuman mengejek tercipta karena kekonyolannya sendiri. Kemudian mengabaikan keberadaan laki-laki itu melanjutkan urusannya.Yukine menepi ke sebuah toko serba ada dan membeli sebuah payung tiba-tiba bibir itu tertawa kecil, Yukine menertawakan dirinya sendiri betapa konyol dan cerobohnya dirinya yang datang jauh-jauh hanya demi mengikuti perasannya dan hasilnya kini dirinya terjebak hujan dan tidak tahu akan kemana, jembatan itu masih menjadi tujuan uta
"Apakah gegeku tahu jika aku menyukainya?" Itu adalah pertanyaan pertama Yukine pada Khia Na ketika keesokan harinya ketika mereka bertemu kembali di universitas."Aku tidak tahu," jawab Khia Na sambil menggeleng pelan. Yukine mengerenyit sambil menggigit bibir bawahnya hal ini sangat menyita perhatian dan pikirannya."Kamu nampak frustasi? Kenapa aku merasa jika perasaanmu pada gegemu seperti sebuah aib.""Aku merasa malu saat memikirkannya," jawab Yukine jujur dan mengimbuhkan di dalam hatinya, "Terlebih setelah membaca diary itu." Yukine merasa merinding sampai saat ini sampai tidak berani membuka diary itu lagi."Menurutmu bagaimana reaksinya jika gege tahu tentang perasaanku?""Emm aku tidak yakin tapi di matanya kamu tetap adik kecilnya aku rasa dia memperlakukan dirimu layaknya saudara bukan sebagai seorang wanita.""Semoga saja seperti itu. Lalu apa pendapatmu tentang perasaanku ini?""Maksudnya?""Sebaiknya aku tetap jadi adiknya atau ... bagaimana jika aku jatuh cinta lagi p