Home / Romansa / Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah! / 11. Aku tidak sakit, aku hanya tidak ingin makan bubur.

Share

11. Aku tidak sakit, aku hanya tidak ingin makan bubur.

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-05-30 21:05:37

Di pagi hari ketika bangun Yukine merasakan tenggorokan terasa tidak nyaman dan bersin terus menerus juga merasakan jika suhu tubuhnya sedikit lebih hangat daripada biasanya tapi Yukine memiliki kelas pagi apalagi dirinya harus datang ke klub hari ini karena tidak ingin menunda menjadi kuat Yukine memaksakan tubuhnya untuk bangun dan mandi air hangat.

"Ini bukan apa-apa, aku pernah demam parah tapi masih bisa melakukan banyak hal," ujar Yukine meyakinkan dirinya sendiri.

Akan tetapi tekatnya runtuh ketika sang permaisuri rumah ini mendengar dan melihat langsung jika sang putri bersin sampai dua kali ketika menuruni tangga.

"Kamu sakit?" ujar Xiyun yang sedang ada di meja makan sendirian.

"Tidak, ini hanya flu ringan," jawab Yukine sambil mendudukkan tubuhnya di samping wanita itu.

"Sudah minum obat?"

"Setelan sarapan."

"Kamu kehujanan kemarin?"

"Emm ... tidak." Yukine kembali mengingat semalam memang dirinya tidak kehujanan tapi hanya menerjang hujan sebentar ketika keluar dari rumah makan dan sesampainya di rumah Yukine juga melakukan hal sama padahal di dalam mobil Balryu sudah menegang payung.

"Dia kehujanan." Bumantara yang mendengar percakapan keduanya menyahut dan ikut bergabung di meja makan. "Semalam dia berlari dari mobil ketika pulang padahal sedang hujan," imbuhnya.

"Hanya sebentar lagipula jaraknya tidak jauh," Yukine masih berusaha membela diri. Yukine yakin jika bukan itu penyebabnya karena hal itu sering dilakukannya dulu.

"Mungkin kamu akan demam ibu akan mengambilkan obat demam juga membuat bubur yang mudah untuk dicerna."

"Tidak perlu ibu, aku tidak sakit."

Akan tetapi wanita itu tidak mengindahkan seruan putrinya.

"Ayah aku baik-baik saja." Yukine protes pada ayahnya. "Lihatlah apa aku nampak seperti orang sakit?"

"Terlambat ibumu susah mendiagnosa jika kamu demam bahkan jika ada dokter di sini dia tidak akan sanggup melakukan apapun."

Yukine masih ingin berdebat lagi tapi terhalang oleh bersinnya lagi dan lagi. Alis laki-laki itu naik seolah di matanya tertulis kata. "Kan?"

Setelan beberapa saat sang dokter rumah ini datang dengan semangkuk bubur yang baru saja dibuat dan obat demam di tangannya, seperti semalam Yukine menatap semangkuk bubur itu tampilannya memang berbeda dengan ciri khas masing-masing tapi masih nampak lezat di mata orang yang melihatnya akan tetapi tidak di mata Yukine. Yukine sama sekali tidak tertarik dengan hidangan di depannya ini.

"Bisakah aku tidak makan bubur?" suaranya nampak lesu tapi serius.

Xiyun tidak menyadari keseriusan Yukine dan masih berharap Yukine untuk memakan makanan buatannya. "Bubur mudah dicerna baik untuk kondisimu saat ini."

Yukine tidak menyahut pandangnya juga tidak teralihkan dari bubur yang ada didepannya.

"Makanlah perlahan masih sangat panas," imbuh Xiyun yang telah duduk dan mengambil sarapannya sendiri.

Yukine tahu jika ibunya yang sekarang membuatkannya penuh dengan kasih sayang tapi bayangan bubur buatan ibunya dulu masih sangat teringat jelas di benaknya meskipun sudah bertahun-tahun berlalu. Yukine mendongak melihat wanita dengan balutan outfit kerjanya sedang mengambil makanannya sendiri, Xiyun menyadari jika Yukine menatapnya.

"Ada apa? Apakah buburnya tidak enak?"

Yukine hanya tersenyum kecil kemudian mengambil sendok untuk mulai memakannya perlahan, tangan Yukine nampak ragu-ragu ketika akan melahap suapan kecil bubur itu. Mata itu terpejam ketika seluruh rongga mulutnya dipenuhi bubur yang lembut namun sangat kesulitan untuk menelannya. Mata itu kembali terbuka menatap wajah wanita yang penuh kasih sayang yang membuatkan makanan ini untuknya dengan penuh perjuangan bubur itu akhirnya tertelan. Yukine berusaha mengenyampingkan hal-hal buruk di otaknya dan kembali mengambil suapan itu tidak terlalu berat seperti suapan pertama hanya saja hanya bertahan sampai tiga suapan.

"Ada apa?" tanya Bumantara ketika melihat Yukine langsung berdiri sambil menutupi mulutnya berlari ke kamar mandi.

Yukine tidak perlu menjawabnya suara nyaring dari kamar mandi menjawab semuanya, hanya tiga suap yang masuk ke dalam perutnya tapi Yukine memuntahkan semua isi perutnya sampai bersih total. Kejadian yang begitu cepat itu membuat pasangan suami istri itu panik bahkan Balryu yang sejak tadi berada di lantai atas mendengarkan percakapan mereka juga ikut terkejut dan lari ke bawah.

"Ada apa ini? Apakah ada masalah dengan buburnya?" Xiyun bingung karena dirinya sendiri yang membuat buburnya dan hanya membuat bubur biasa tanpa banyak tambahan bahan lainnya.

Yukine masih terus memuntahkan isi perutnya meskipun sudah tidak ada apapun yang dapat dikeluarkan dari lambungnya. Yukine berhenti ketika kepalanya terasa berat mungkin karena terlalu menggunakan banyak tenaga ketika memuntahkan isi perutnya membuat kepalanya menegang. Kini selain pusing Yukine juga merasa tubuhnya sedikit lemas.

"Fe Fei kamu tidak kenapa-kenapa kan?"

"Tidak apa-apa ...," ucapan lemah Yukine belum selesai tapi tubuhnya terasa sudah melayang dan kini bertumpu pada tangan kekar Balryu. Laki-laki itu membawa tubuh itu kembali ke kamar.

"Gege aku tidak sakit, aku hanya tidak ingin makan bubur," ujar Yukine yang ada di dalam pelukan Balryu.

"Tidak ada orang yang akan menyuruhmu makan bubur mulai sekarang," jawab Balryu sambil menaiki tangga.

Membaringkan tubuh lemah itu dan menyelimutinya sedangkan Balryu duduk di sampingnya. "Istirahatlah tubuhmu perlu banyak istirahat," ujar Balryu setelah menempelkan punggung tangannya ke kening Yukine.

Yukine menyahut hanya dengan gumaman kecil kemudian menutup matanya tapi cairan bening lolos dari sudut matanya tangan Balryu sudah terulur akan menghapus air mata itu tapi Yukine merubah posisinya hingga memunggungi kakak laki-lakinya itu. Kedua orang tuanya hanya memperhatikan mereka di pintu tanpa ada yang berani menganggu, Balryu menggeleng pada mereka. Mereka semua sepakat dalam diam jika hanya akan membiarkan Yukine sendirian dan beristirahat.

Terdengar pintu tertutup perlahan kini hanya terdengar hembusan napasnya sendiri Yukine membuka matanya dan bercucuran air mata. Saat besar sangat jarang Yukine menangis karena merasa sakit tapi pagi ini perasaanya campur aduk.

"Maafkan aku," ujarnya sangat lirih.

Bukan karena tidak ingin memakan bubur itu tapi Yukine tidak bisa memakannya, Yukine sudah berusaha untuk makan tapi tubuh dan otaknya berkompromi jika dirinya sudah tidak lagi dapat memakan makanan lunak itu. Yukine masih ingat dengan betul kala itu Yukine berumur 10 tahun sedang mengalami demam tinggi.

Yang diketahui gadis kecil itu banyak teman-temannya akan makan bubur ketika mereka sakit begitu juga Yukine meminta pada ibunya untuk membuatkan bubur, wanita itu menolak karena tidak ingin membuatnya tapi gadis kecil itu terus merengek dan tidak ingin makan apapun selain bubur bahkan membuang obat demamnya.

"Aku ingin makan bubur polos dengan sedikit gula," ujar Yukine kecil dengan berlinang air mata.

Dengan perasaan tidak senang ibunya membuatkannya karena terbawa emosi wanita itu menuangkan terlalu banyak gula, Yukine sudah sangat senang mendapatkan makanan seperti teman-temannya meskipun itu hanya sebuah bubur polos hanya saja terlalu banyak gula senyuman lebar itu langsung hilang ketika merasakan bubur yang begitu sangat manis.

"Makan!" Suara itu menggelegar.

"Ini tidak enak," ujar Yukine.

"Apa?"

Wanita itu tersulut emosi, kejadian itu begitu cepat tangan seorang ibu itu langsung memukul semangkok bubur panas ke arah putrinya, makanan lunak itu menempel pada leher dan tangan kanan mungil gadis kecil itu.

Kejadian itu sudah bertahun-tahun lamanya tapi rasa terbakarnya sampai saat ini Yukine seperti masih dapat merasakannya sejak saat itu Yukine mengatakan jika dirinya tidak akan pernah lagi makan makanan yang bernama bubur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   13. Game online ASMARALOKA

    Game online buatan Balryu itu bernama ASMARALOKA mengajak para pemain berkultivasi sekaligus bertualang dalam permainan, memperkuat karakter mereka dalam game juga dapat bertemu banyak orang dalam game, mencari harta karun, berburu monster maupun mencari hewan peliharaan berupa hewan spiritual."Apakah ada artinya nama ASMARALOKA ini?""Dunia cinta kasih."Yukine tersenyum membayangkan bagaimana para gamers mencari pasangan di dalam dunia game yang indah ini."Apakah ada yang lucu?""Oh, tidak."Setiap naik level akan mendapatkan hadiah dan jika ingin naik level tentunya berburu mangsa bisa berupa apa saja begitu banyak rahasia yang perlu dipecahkan di dalam game. Jika seseorang ingin mengelilingi dunia dalam game nampaknya butuh seharian penuh karena selain dunia itu begitu luas dan banyak tempat yang berbahaya. Ada juga tempat yang terbatas yang hanya dapat dimasuki oleh karakter di level tinggi.Yukine menguap lebar sudah satu jam penuh dirinya menjelajahi dunia dalam game itu dan

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   12. Ruy Forest

    Yukine terbangun dari tidurnya yang panjang meskipun tidur pagi bukanlah kebiasaannya namun mungkin karena merasa tubuhnya kurang nyaman dan insiden bubur pagi ini membuatnya malas untuk bergerak terlebih bertemu dengan orang-orang rumah namun sekarang sudah siang hari, perutnya benar-benar kosong karena terkuras habis pagi tadi."Kamu sudah bangun?" Yukine menoleh dan mendapati Balryu baru saja masuk tanpa suara dengan membawa nampan ditangannya."Emm," sahutnya sambil bangkit dan menyibakkan selimutnya.Balryu kembali mengecek suhu tubuh gadis itu namun mimik wajahnya tidak berubah, Yukine pun menyentuh keningnya sendiri untuk mengukur suhu tubuhnya. "Ini benar-benar panas," ucap Yukine dalam hati. Dia tidak pernah menyangka jika akan mendapati suatu hari jika akan jatuh sakit hanya karena sedikit menerjang hujan."Perlu disuapin gege?""Tidak," jawab Yukine dengan cepat dan mengambil peralatan makan itu dari tangan pemuda itu.Balryu tidak berkomentar hanya tetap di tempatnya mem

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   11. Aku tidak sakit, aku hanya tidak ingin makan bubur.

    Di pagi hari ketika bangun Yukine merasakan tenggorokan terasa tidak nyaman dan bersin terus menerus juga merasakan jika suhu tubuhnya sedikit lebih hangat daripada biasanya tapi Yukine memiliki kelas pagi apalagi dirinya harus datang ke klub hari ini karena tidak ingin menunda menjadi kuat Yukine memaksakan tubuhnya untuk bangun dan mandi air hangat. "Ini bukan apa-apa, aku pernah demam parah tapi masih bisa melakukan banyak hal," ujar Yukine meyakinkan dirinya sendiri.Akan tetapi tekatnya runtuh ketika sang permaisuri rumah ini mendengar dan melihat langsung jika sang putri bersin sampai dua kali ketika menuruni tangga."Kamu sakit?" ujar Xiyun yang sedang ada di meja makan sendirian."Tidak, ini hanya flu ringan," jawab Yukine sambil mendudukkan tubuhnya di samping wanita itu."Sudah minum obat?""Setelan sarapan.""Kamu kehujanan kemarin?""Emm ... tidak." Yukine kembali mengingat semalam memang dirinya tidak kehujanan tapi hanya menerjang hujan sebentar ketika keluar dari rumah

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   10. Semangkuk bubur panas

    Balryu langsung bertanya kepokok permasalahan, sebelum berangkat pagi ini Yukine sudah memberi tahu kepada ibunya jika akan pergi keluar kota dan akan kembali malam, wanita itu awalnya tidak memperbolehkannya jika Yukine bepergian sendirian akan tetapi terlambat putrinya sudah berada di dalam kereta, Yukine memberitahu wanita itu bukan untuk meminta ijin melainkan sebuah pemberitahuan agar tidak mengkhawatirkannya."Aku akan sampai sekitar jam 7 malam jika tidak ada keterlambatan keberangkatan," jawab Yukine."Aku akan menjemputmu di stasiun. Hati-hati.""Em," Segera panggilan itu berakhir, suara laki-laki itu masih nampak dingin namun terlihat jelas jika sedang mengkhawatirkannya."Siapa?""Kakakku," Yukine menjelaskan situasinya dan mereka memutuskan untuk kembali bersama meskipun mereka naik kereta yang sama dan satu gerbong tapi mereka tidak duduk berdekatan. Setelah kereta itu sampai Damar menghampiri Yukine dan keluar stasiun bersama-sama.Ketika akan berpisah Damar sekalian men

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   9. Dasar sungai yang dingin

    Dengan tergesa-gesa dan tanpa arah Yukine segera meninggalkan tempat itu mereka belum bertemu tapi Yukine sudah melihat Alga dari kejauhan padahal meskipun mereka bertatap muka laki-laki itu tidak akan mungkin mengenali dirinya yang sekarang hanya saja Yukine tidak yakin dengan dirinya sendiri dapat menahan diri untuk tidak memukul wajah itu dengan kayu. Langkah itu masih tergesa-gesa tanpa tujuan pasti tapi gerimis menyadarkannya."Meskipun sudah berlalu cukup lama aku masih belum dapat menenangkan diriku," gumam Yukine pada dirinya senyuman mengejek tercipta karena kekonyolannya sendiri. Kemudian mengabaikan keberadaan laki-laki itu melanjutkan urusannya.Yukine menepi ke sebuah toko serba ada dan membeli sebuah payung tiba-tiba bibir itu tertawa kecil, Yukine menertawakan dirinya sendiri betapa konyol dan cerobohnya dirinya yang datang jauh-jauh hanya demi mengikuti perasannya dan hasilnya kini dirinya terjebak hujan dan tidak tahu akan kemana, jembatan itu masih menjadi tujuan uta

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   8. Kota itu

    "Apakah gegeku tahu jika aku menyukainya?" Itu adalah pertanyaan pertama Yukine pada Khia Na ketika keesokan harinya ketika mereka bertemu kembali di universitas."Aku tidak tahu," jawab Khia Na sambil menggeleng pelan. Yukine mengerenyit sambil menggigit bibir bawahnya hal ini sangat menyita perhatian dan pikirannya."Kamu nampak frustasi? Kenapa aku merasa jika perasaanmu pada gegemu seperti sebuah aib.""Aku merasa malu saat memikirkannya," jawab Yukine jujur dan mengimbuhkan di dalam hatinya, "Terlebih setelah membaca diary itu." Yukine merasa merinding sampai saat ini sampai tidak berani membuka diary itu lagi."Menurutmu bagaimana reaksinya jika gege tahu tentang perasaanku?""Emm aku tidak yakin tapi di matanya kamu tetap adik kecilnya aku rasa dia memperlakukan dirimu layaknya saudara bukan sebagai seorang wanita.""Semoga saja seperti itu. Lalu apa pendapatmu tentang perasaanku ini?""Maksudnya?""Sebaiknya aku tetap jadi adiknya atau ... bagaimana jika aku jatuh cinta lagi p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status