Jika tidak kehabisan tenaga mungkin Yukine akan lupa dengan rutinitas orang normal jika tubuh manusia fananya masih membutuhkan asupan energi bernama makanan, rutinitas makan Yukine sangat berantakan. Sekarang sudah pukul 14:21 sedangkan perempuan itu baru masuk kafetaria yang ada di area rumah sakit, bukan lagi makan siang tapi sarapan dan makan siang dijadikan satu dalam waktu bersamaan.Kali ini Yukine punya waktu satu jam untuk mengistirahatkan tubuhnya juga memberikan asupan pada tubuhnya yang sudah hampir remuk karena sejak kemarin perempuan itu sudah tidak punya waktu untuk memikirkan pernikahan Balryu yang gagal karena yang ada di otaknya sekarang terus dikejar para senior yang terus menghubunginya mengerjakan begitu banyak tugas. Apalagi terjadi kebakaran kemarin yang menimbulkan banyak korban jiwa juga korban luka-luka yang jumlahnya membuat para tenaga medis ingin menangis darah.Tidak ada waktu untuk Yukine memikirkan perasaan orang tuanya ataupun saudaranya, perhatiannya
Ruangan itu begitu sunyi meskipun ada banyak napas di sana, 4 orang sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Suasana tenang yang canggung begitu damai meskipun otak mereka begitu berisik, mereka pernah dekat sangat dekat namun karena kejadian hari ini membuat mereka saling diam. Bumantara dan Xiyun saling bertatapan kemudian melihat ke arah Balryu yang duduk dengan tenang seolah tidak pernah terjadi apapun.Pasangan itu merasa tidak enak hati pada putra mereka karena keinginan mereka berdua yang meminta Balryu untuk menikah dengan Anila jika bukan karena keegoisan mereka Balryu tidak akan berinisiatif menerima niat baik Batanta untuk menjadikan putra mereka sebagai menantu. Bumantara dan Xiyun merasa bersalah pada Balryu namun mereka lebih merasa canggung pada putri mereka sendiri, hubungan mereka masih memiliki renggang dan sekarang karena hal itu jarak itu semakin melebar.Sejauh ini Yukine tidak mengatakan apapun walaupun sebenarnya jika perempuan itu mau ini adalah kesemp
Anila duduk dengan manis menggunakan gaun pengantin yang sangat indah, wanita itu tidak bisa berhenti tersenyum karena setelah penantian panjang akhirnya dalam hitungan menit lagi Anila bisa memiliki, mendapatkan, meraih, laki-laki yang didambakan olehnya untuk waktu yang lama.Acara akan segera dimulai setelahnya mereka berdua akan resmi di mata negara menjadi suami istri, Anila sungguh tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, bibirnya kesulitan berhenti tersenyum kebahagiaan terbesarnya akan segera terwujud. Akan tetapi senyuman itu perlahan pudar ketika melihat pamannya yang telah bertahun-tahun tidak ditemuinya datang, bukan untuk menemuinya ataupun keluarganya laki-laki itu malah bicara pada Bumantara dan Xiyun.Jarak Anila dan mereka cukup jauh membuatnya tidak dapat mendengar percakapan mereka namun Anila punya sedikit firasat buruk ketika wajah ceria Bumantara dan Xiyun hilang seketika tetkala berbicara dengan laki-laki itu, Anila semakin merasa tidak tenang ketika Bumantara
Hubungan Yukine dan orang tuanya masih sedikit canggung terlebih mereka sangat jarang berkumpul bersama. Yukine sibuk dengan rutinitasnya sendiri sedangkan orang tuanya memang sudah sibuk sejak awal apalagi mempersiapkan banyak hal untuk pernikahan Balryu. Sampai hari pernikahan Balryu hubungannya dengan ibunya masih seperti itu. Dipernikahan Balryu Yukine menjadi seorang yang sangat kesepian, kelurganya sibuk dengan tamu-tamu undangan sedangkan Yukine tidak memiliki kepentingan dengan orang-orang itu mungkin saja jika hubungannya dengan ibunya tidak canggung wanita itu pasti akan memanggil putrinya untuk dikenalkan pada para tamu itu akan tetapi tidak untuk sekarang. Yukine sama sekali tidak menyangka jika suatu hari orang yang ada di sampingnya ketika merasa kesepian di tengah keramaian ini adalah orang yang sering membutuhkan kesal. Yukine duduk dengan tenang di sudut dan Imran datang menghampirinya tidak mengatakan apapun hanya menikmati minumannya. Keduanya hanya memperhatikan
Kursi stainless itu sudah mengembun juga terasa dingin akan tetapi tidak dapat membuat Geum pindah dari kursi panjang itu, tubuhnya menolak pergi sedangkan pandangannya hanya tertuju pada perempuan yang sedang melakukan pelayanan pada korban-korban yang memenuhi ruangan itu, sudah berjam-jam Geum duduk mengawasi Yukine tidak ada rasa bosan sedikitpun laki-laki itu menatapnya malah begitu menikmati juga kagum dalam bersamaan melihat mantan nona besarnya yang terus bergerak kesana kemari.Rambutnya yang panjang di kepang namun karena sudah terlalu lama terus bergerak membuat anak rambutnya lolos hingga menutupi wajahnya yang nampak lelah apalagi wajar cantik itu berkeringat ingin rasanya Geum menghampiri Yukine dan memberinya sebuah tisu namun itu hanyalah sebuah angan. Yukine sedikit merenggangkan punggungnya yang kaku setelah membantu seseorang senior membalut luka pasien terakhir. Yukine memindai sekeliling seperti sedang mencari keberadaan seseorang dan pandangannya berhenti ketik
Rumah sakit dimana Yukine memulai karirnya sebagai tenaga medis terletak di pusat kota, sangat besar dengan fasilitas internasional tidak hanya gedungnya saja yang megah juga fasilitas yang mempuni, sistem dan cara kerja rumah sakit MO LING berbeda dari kebanyakan rumah sakit dalam negeri. Rumah sakit ini di bangun oleh sebuah keluarga militer awalnya hanya diperuntukkan untuk para militer akan tetapi semakin lama berkembang kini juga untuk masyarakat luas.Sistem yang dianut sangat mensejahterakan tenaga medis, bahkan calon dokter seperti Yukine memiliki gaji juga tunjangan, diharapkan sebagai calon dokter melakukan bimbingan dengan setulus hati dan lebih sungguh-sungguh. Rumah sakit ini memang terkenal mahal akan tetapi sebanding dengan pelayanan juga profesionalitasnya.Yukine sangat bersyukur bisa menjadi salah satu bagian dari rumah sakit ini jika di rumah sakit lain tidak tahu kapan dirinya bisa segera mandiri tidak lagi bergantung pada keluarganya. Yukine mengambil napas panjan