Share

43. Pertunjukan bagus

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 21:58:54

Ketiga orang itu sekarang semuanya panik karena ketukan di pintu semakin tidak sabar. Namun setelah berpikir lagi Yukine akhirnya menyerah jika Balryu benar-benar datang maka dirinya akan berkata sejujurnya karena tidak mungkin lagi menutupi semua ini dari laki-laki itu. Jika berbohong sekali maka akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan lainnya.

"Bukalah," ucap Yukine pada Khia Na.

"Kamu yakin?" Khia Na memastikan dengan keputusan sahabatnya itu.

"Memang ada lagi cari lain?" Yukine malah balik bertanya.

"Tidak ada," jawab Khia Na dengan lesu.

Akhirnya Khia pergi untuk membuka pintu, Khia Na mengumpulkan niat untuk membuka pintu dan bertemu dengan laki-laki itu namun ketika membuka pintu bukan wajah tampan Balryu yang dilihatnya melainkan wajah familiar yang hampir dilupakan oleh Khia Na.

"Kenapa lama sekali membuka pintu, memangnya kamu sedang melakukan apa?" tanya Iwan yang nampak kesal karena Khia Na tidak kunjung membuka pintu untuknya.

Wajah cemas juga takut itu sudah tergantikan oleh wajah masam dan dingin. Meskipun dalam hatinya terbesit rasa syukur karena yang datang bukanlah laki-laki yang di takuti semua orang datang kemari.

"Ada perlu apa datang mencariku?" tanya Khia Na.

"Apa yang kamu katakan, aku sudah sering datang kemari. Apa salahnya aku datang mencari kekasihku sendiri?" ucap Iwan tanpa perasaan bersalah sedikitpun.

Dua orang sedang berdebat di pintu sedangkan dua orang lainnya di belakang merasa lega karena yang datang bukanlah Balryu.

"Duduklah," ucap Yukine pelan pada Kun sambil menepuk sofa tepat di sampingnya.

Kun tidak berkomentar langsung duduk di samping Yukine.

"Pertunjukan akan segera di mulai lihat dengan baik-baik jangan melewatkan sedikitpun." Yukine yang merasa dirinya jauh lebih baik dan tenaganya perlahan pulih sudah dapat bergosip dengan Kun.

Kun hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari pasangan yang ada di pintu itu. Tanpa sadar Kun membuka bungkus masker itu dan mengenakan itu pada dirinya sendiri bahkan memberikan sedikit pijatan pada wajahnya seperti yang dilakukan oleh Yukine disampingnya.

"Aku ingin mengatakan satu hal kamu dengarkan ini dengan baik-baik," ucap Khia Na dengan sangat serius.

"Biarkan aku masuk dulu, kita bicara ini di dalam," jawab Iwan. Baru saat itulah Iwan melihat dua orang yang sedang mengenakan masker menonton mereka.

"Siapa mereka?" tanya Iwan langsung ketika melihat Yukine dan Kun yang ada di belakang mereka.

Tentunya Iwan tidak mengenali Yukine yang mengenakan masker tapi sebenarnya yang ditanyakan adalah keberadaan Kun di rumah Khia Na.

"Siapa laki-laki itu?" Iwan kembali mengajukan pertanyaan kepada Khia Na karena perempuan itu tidak menanggapi.

"Bisakah aku bicara dulu dan kamu mendengarkan?" ucap Khia Na yang nampak sudah lelah akan keberadaan Iwan.

"Sebenarnya kamu ingin bicara apa, kalau ingin bicara, bicara saja kenapa berbelit-belit?"

"Kita putus!" Dengan cepat Khia Na mengatakan itu karena sudah muak dengan laki-laki di depannya ini.

"Apa?" Iwan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Khia Na.

"Apa telingamu tidak berfungsi dengan baik?" Khia Na malah bertanya. "Kita putus!"

"Kenapa, apa salahku?"

Khia Na mengambil napas panjang, hanya bicara dengan Iwan sebentar namun tenaganya seperti sudah habis.

"Apa karena kamu sudah punya yang lain? Sejak kapan kamu memiliki hubungan dengannya? Kamu selingkuh dariku. Benar begitu?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan orang lain aku hanya lelah denganmu," jawab Khia Na tidak berdaya.

"Beri aku jawaban yang benar? Apa sebenarnya salahku hingga kamu ingin putus denganku?"

"Kamu tidak salah aku yang salah. Sudah puas? sekarang pergilah, kita sudah berakhir." Khia Na menutup pintu memaksa Iwan untuk pergi namun laki-laki itu begitu keras kepala tidak mau menyerah begitu saja.

Tentu saja kekuatan keduanya tidak seimbang hingga Khia Na jatuh terpental karena dorongan dari Iwan yang menolak Khia Na menutup pintu dengan paksa.

"Kita belum selesai bicara kenapa menyuruhku pergi?" Alih-alih minta maaf Iwan malah marah pada Khia Na yang masih berada di lantai.

Namun di detik selanjutnya laki-laki itu terhuyung karena sebuah botol minuman melayang tepat di kepalanya dan itu lemparan Yukine yang tepat sasaran, andai saja di depan Yukine ada gelas maka yang akan mengenai laki-laki itu barang keras itu. Sayangnya hanya botol minuman yang berisi separuh saja.

Kun bangkit dan menolong Khia Na yang masih ada di lantai yang membuat Iwan semakin murka.

"Jika kamu tidak pergi dari sini maka akan aku patahkan kakimu!" ujar Yukine sambil beranjak membuang masker yang menutupi wajahnya yang penuh dengan luka.

"Fe Fei," gumam Iwan yang melihat jika Yukine lah yang sudah melempar botol itu padanya.

"Biarkan aku saja," ucap Kun menghentikan Yukine yang nampaknya tidak main-main dengan ucapannya. Bagaimanapun Kun adalah laki-laki satu-satunya diantara mereka dan Kun juga satu klub taekwondo dengan Yukine tentu tidak akan mengecewakan mereka.

"Sudahlah. Jangan buat keributan lagi." Khia Na mencoba menghentikan dua orang ini yang nampaknya sangat serius.

"Ini urusanku dengannya tidak perlu kalian turun tangan. Kalian duduklah."

Khia Na sangat serius kali ini dan dua orang itu menghormati keputusannya namun jika Iwan berani bertindak kasar maka sudah jelas mereka sudah tidak dapat dihentikan lagi.

"Pulanglah sekarang, kita putus. Aku sudah memutuskan itu sejak kamu tidak datang saat ulang tahunmu."

"Kamu marah dan ingin putus hanya karena aku tidak datang saat itu. Bukankah aku sudah mengatakan jika aku sibuk. Sejak kapan kamu begitu kekanak-kanakan dan konyol seperti ini."

"Benar aku kekanak-kanakan dan konyol tapi ulang tahunmu sudah tiga Minggu yang lalu, aku sudah memblokir mu sejak saat itu dan kamu baru sadar dan mencariku hari ini? Kamu masih mengatakan jika aku konyol, lalu sebut apa dirimu sendiri."

Nampaknya Iwan menemukan titik masalahnya.

"Aku minta maaf untuk itu."

"Aku akan memaafkan mu semuanya aku sudah memaafkan jadi pergilah."

"Tapi kita?"

"Kita putus!" jawab Khia Na tegas.

"Tidak, aku tidak ingin putus."

"Aku lelah. Benar-benar lelah. Bisakah kamu pergi aku sudah tidak ingin melihat dirimu lagi," ucap Khia Na dengan penuh permohonan pada Iwan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   51. Rayi dan Keke

    Yukine tidak bisa menahan air matanya sendiri ketika melihat seorang gadis menangis di depannya, Rayi menceritakan semuanya yang telah dialaminya di masa itu dengan sedetail-detailnya. Awalnya Rayi ragu, takut namun mendengar ucapan Yukine yang bersungguh-sungguh membuatnya tidak lagi menutupinya padahal dengan ibunya saja Rayi tidak pernah terbuka seperti ini."Awalnya aku bisa mengenal laki-laki bernama Alga itu karena aku mempunyai seorang teman bernama Keke, temanku itu menjalin hubungan dengan Alga dan itu sudah cukup lama. Sebenarnya Keke ingin mengakhiri hubungan mereka namun tidak bisa karena tiap kali ingin putus Alga terus mengancamnya." Dengan perlahan Rayi menceritakan kisahnya."Mengancam bagaimana?""Keke bodoh saat itu karena mau berhubungan dengan Alga dan mereka merekamnya dengan suka rela. Alga menggunakan itu untuk mengancam Keke, jika ingin putus maka rekaman itu akan disebar luaskan."Rayi tidak tahu jika temannya itu memiliki hubungan dengan seorang laki-laki tox

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   50. Korban yang lain

    Ponsel Yukine bergetar dan itu pesan dari Balryu, menanyakan keberadaannya dan akan menjemputnya."Sepertinya aku harus pulang," ucap Yukine pada Rayi yang ada di sampingnya, masih menutup mulutnya rapat-rapat.Yukine yakin Rayi masih menyembunyikan sesuatu namun dirinya tidak dapat memaksa perempuan itu untuk bicara semua padanya."Kamu akan pergi?" tanya Rayi sambil mendongak melihat ke arah Yukine."Kakakku akan segera datang menjemput. Selamat tinggal," ujar Yukine sambil beranjak.Yukine sudah berjalan beberapa langkah namun berhenti dan melihat ke arah Rayi yang masih di tempatnya."Terima kasih untuk semuanya, sedikit apapun informasinya itu sangat berguna untukku. Cepat atau lambat aku pasti akan berurusan dengan laki-laki itu. Aku juga harus menemukan kebenaran temanku," ucap Yukine sambil tersenyum tipis dan kembali melanjutkan perjalanannya.Yukine berjalan ke jalan utama dan berhenti di sebuah halte, sengaja Yukine menunggu Balryu di halte agar laki-laki itu mudah menemuka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   49. Rayi

    Senyuman kecil terlihat di sudut bibir Yukine ketika dari sudut matanya melihat jika Geum masuk ke dalam bathtub yang suhunya menusuk kulit dan tulangnya. Meskipun mulutnya terus mengumpat karena tidak terbiasa akan suhu ekstrem ini."Aku tidak kuat lagi," ujar Geum setelah berendam selama dua menit di dalam bathtub itu."Cukup untuk hari ini namun setiap hari harus ada kemajuan walaupun itu satu detik," ujar Yukine sambil membereskan semua tugas-tugasnya. Yukine melirik pada kantong belanjaannya yang belum tersentuh kemudian mengambil satu botol minuman dan juga almond itu."Sebisa mungkin aku akan datang lebih sering untuk melihat kemajuannya."Saat Yukine sudah akan mencapai pintu Geum tidak tahan akhirnya bertanya juga."Sebenarnya untuk apa aku melakukan semua ini, ini sangat menyiksa."Yukine berhenti dan hanya setengah menoleh pada Geum. "Anggap saja sebagai latihan kamu akan tahu setelah waktunya tiba pada akhirnya kamu yang akan diuntungkan."Yukine segera pergi tidak memped

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   48. Es kristal

    Ruangan itu redup hanya ada cahaya dari lampu kecil di samping ranjang, namun Yukine merasa jika tempat tidur itu tidak senyaman tempat tidur miliknya di rumah dan saat Yukine mengangkat tangannya terdapat sebuah selang yang terhubung ke infus yang menggantung di atasnya."Rumah sakit? Lagi? Kenapa?"Yukine bertanya-tanya mengapa dirinya bisa kembali lagi di tempat ini dan mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi sebelum dirinya tidak sadarkan diri. Namun bagaimanapun Yukine memikirkannya dirinya tetap tidak bisa menemukan apa yang salah karena seingatnya diri sendiri hanya merasa sesak napas setelah itu tidak ingat apapun."Kamu sudah bangun?"Suara berat Balryu memecahkan kesunyian. Karena suasana yang redup juga keadaan Yukine yang baru saja sadar sampai dirinya tidak menyadari jika ada orang lain di ruangan itu padahal tangan kanannya masih di genggem erat oleh laki-laki itu."Jam berapa sekarang?" tanya Yukine dengan suara rendah."Hampir pagi," jawab Balryu dengan cepat."S

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   47. Ide gila Balryu

    Yukine merasa jika lehernya terasa gatal, berpikir jika itu karena sudah beraktivitas seharian tubuhnya kotor dan perlu mandi namun permainan Bege sungguh apik hingga Yukine mengabaikan rasa gatalnya dan malah semakin bersemangat menonton pertunjukan yang disuguhkan oleh Balryu."Bagus, pukul kepalanya," ucap Yukine begitu bersemangat.Merasa belum cukup hanya dengan satu coklat Yukine mengambil snack lainnya dan itu sebuah almond, suapan demi suapan Yukine lakukan dengan cepat terlebih tontonan yang dilihatnya begitu seru setiap pukulan yang dilayangkan Bege Yukine akan memasukkan beberapa butir almond pada mulutnya.Yukine melihat tendangan apik dari Bege yang mengenai dada Beru namun anehnya Yukine juga merasakan sakit pada dadanya. Yukine memukul-mukul dadanya sendiri karena seperti ada sesuatu yang besar di sana. Almond itu di kunyah dengan cukup baik dan sudah menelannya namun Yukine merasa itu menyesakkan dadanya dan sekarang seperti tersedak padahal tidak ada apapun di tenggor

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   46. Xiao Gui

    "Lalu aku anak siapa?"Bagaikan di sambar petir di siang bolong Xiyun mendapatkan pertanyaan semacam ini dari seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh tangannya sendiri sejak bayi.Awalnya Balryu tidak pernah memikirkan hal ini karena di rumah ini begitu banyak dokumentasi tentang dirinya bahkan ketika Balryu berusia dua hari dan tidak menemukan keganjalan apapun, Bumantara dan Xiyun mengetahui semua kebiasaan dan apapun tentang dirinya karena memang mereka mengasuhnya sejak bayi."Tentu saja kamu putra ibu." Xiyun masih berusaha menyembunyikannya hal besar itu dari Balryu.Bumantara dan Xiyun sudah hampir lupa jika Balryu bukanlah darah daging mereka sendiri namun sekarang dihadapkan dengan pertanyaan dari anak itu membuat Xiyun tidak bisa berkata-kata. Anak ini terlalu pintar hingga Xiyun tidak bisa membodohinya sedikit pun.Dengan amat terpaksa Bumantara dan Xiyun menceritakan semuanya pada anak berusia 10 tahun itu padahal mereka berencana akan jujur padanya setelah Balryu suda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status