Yukine bermain dengan ponselnya di balkon, jam di pojok kiri layar ponselnya menunjukkan pukul 02:11 mata Yukine sangat cerah dan sudah tidak bisa tertidur lagi setelah mimpi buruk. Ini bukan pertama kalinya Yukine terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk namun lebih sering terjadi ketika dirinya tidur dengan orang lain.
Melihat ke dalam kamarnya sendiri ada gundukan yang tertutupi oleh selimut tebal. Itu adalah Khia Na yang tidur di tempat tidurnya, kenapa Yukine masih bertahan sampai detik ini mau tidur dengan perempuan itu hanya untuk memiliki alasan tidur di luar dan tidak pulang jika waktunya sudah tiba. Meskipun sudah berkali-kali tidur dengan Khia Na nyatanya Yukine masih belum terbiasa dengan keberadaan orang lain di sampingnya saat tidur. "Belum tidur?" Sebuah pesan dalam game online muncul ketika Yukine baru saja bermain-main dengan karakternya. "Sudah bangun," jawab Ruy Forest. "Jam segini? Sudah bangun?" balas Big Gui. "Terbangun tidak bisa tidur lagi." "Mimpi buruk?" "Kurang lebih. Kamu sendiri?" "Aku belum tidur." "Apa kamu seorang pengangguran, jam segini belum tidur?" "Aku bisa main sepuasnya besok tanggal merah aku tidak perlu bekerja?" "Benarkah? Aku malah tidak tahu jika besok tanggal merah." "Berarti kamu tidak punya rencana apapun untuk besok?" "Aku hanya akan rebahan, tidak bergerak sedikitpun." Big Gui dan Ruy Forest saling mengirim pesan sambil menaikkan tingkat, sebenarnya lebih nyaman menggunakan voice namun nyatanya mereka lebih suka ribet mengetik daripada membuka mic mereka. Dua karakter itu teleportasi ke dunia jamur, ukuran jamur itu sangat besar tubuh karakter mereka yang sebenarnya cukup tinggi bisa menggunakan satu jamur untuk bermain basket bahkan dapat digunakan sebagai tempat tinggal seperti di dunia para peri. "Jamur ini sangat besar," ucap Ruy Forest yang kesulitan ingin melihat ujung jamur berwarna putih transparan itu. "Bukan jamurnya yang besar namun tubuh karakter kita yang mengecil," sahut Big Gui. Ruy Forest baru memperhatikan itu setelah Big Gui mengatakannya, benar saja semua hal yang ada di sini nampak besar. Jamur itu besar namun tumbuhan lainnya jauh lebih besar lagi kayaknya sedang menjadi tiang untuk langit yang luas, Ruy Forest mendongak namun tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di ujung sana. "Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Ruy Forest. "Perhatikanlah jamur ini nampak asing, aku belum pernah melihatnya mungkin ini jamur yang berukuran kecil di buat versi menjadi lebih besar hingga nampak begitu detail. Tapi aku juga hanya menduganya, nampaknya pembuat game ini seorang genius." "Tentu saja, gegeku memang sangat genius," ucap Yukine menggunakan lisannya namun tidak menulisnya. Big Gui dan Ruy Forest menjelajahi dunia jamur itu sampai matahari terbit meskipun sudah berjam-jam menjelajahi dunia jamur itu dan melihat berbagai macam jenis jamur mereka masih belum puas akan tetapi mereka masih harus menyudahi itu. "Aku mengantuk," ujar Big Gui. "Aku lelah," sahut Ruy Forest. Akhirnya mereka memutuskan untuk offline secara bersamaan dan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. Yukine baru menguap setelah lelah bermain dirinya merasa mengantuk sekarang. "Aku akan tidur sebentar," gumam Yukine sambil menyusul Khia Na yang masih terlelap tidur di ranjangnya. Meskipun Yukine mengatakan jika dirinya akan tidur sebentar namun masih bangun jam 8 tapi orang yang tidur di sampingnya masih belum bergerak tidak ada tanda-tanda akan bangun. "Dia tidur atau pingsan?" celoteh Yukine di pagi hari. Melihat perempuan disampingnya tidur begitu pulas. Yukine tidak punya agenda apapun hari ini jadi tidak dibutuhkan mandi yang dilakukan hanya mencuci wajah dan membersihkan mulutnya kemudian turun. "Dimana ayah dan ibu?" tanya Yukine pada Balryu yang sudah duduk di ruang tengah dengan kopi mengepul dan juga laptopnya yang menyala. "Baru saja berangkat," jawab Balryu sambil melepaskan kaca matanya. "Bukankah hari ini tanggal merah?" Yukine ingat jika Big Gui mengatakan jika hari ini tanggal merah tapi Yukine tidak memeriksanya sendiri. "Mereka pergi belanja bukan bekerja." "Oh." Yukine duduk di samping Balryu yang masih berkutat dengan data-data di laptopnya. "Lapar?" "Tunggu Khia Na bangun dulu." Yukine menguap lebar tadi malam tidak tidur dengan nyenyak dan hanya tidur kurang lebih dua jam pagi ini tapi masih saja menguap. Balryu melihat rambut adik perempuannya yang berantakan hanya tersenyum tipis kemudian menyerahkan roti yang dilapisi coklat miliknya. Baru saja Yukine mengatakan jika menunggu Khia Na bangun terlebih dahulu baru akan sarapan namun ketika di sodorkan makanan nyatanya tidak dapat menolaknya. Sambil mengigit roti itu Yukine kembali online namun tidak menemukan Big Gui online padahal Yukine masih ingin bermain-main di dunia jamur itu. "Mungkin dia masih tidur," ucap Yukine dalam hati kemudian menjelajahi dunia jamur itu sendirian. "Aku suka dunia jamur ini," ucap Yukine bicara pada Balryu sambil terus menjalankan karakternya. "Ingin lihat versi asli dari jamur-jamur itu?" "Ada?" ucap Yukine bersemangat mendengar itu. "Tentu saja." Balryu mencari file itu di laptopnya dan sedikit menggeser posisi laptopnya agar Yukine dapat melihatnya dengan nyaman. "Ini jamur apa? Nampak lucu," tanya Yukine saat layar itu menunjukkan sebuah jamur berwarna hitam kecoklatan dengan batang kecil tapi panjang dan kepalanya bulat. "Itu Physarum atau Physarales, jenis jamur berlendir sering ditemukan di tempat yang lembab dan teduh seperti kayu mati atau daun busuk. Kamu mungkin pernah melihatnya namun tidak memperhatikan itu dengan detail." "Sepertinya aku perlu membeli sebuah kamera ketika nanti mengunjungi nenek pasti akan menemukan banyak jenis jamur di sana." "Kamu tidak salah. Aku juga tahu banyak jamur saat berada di sana." Mata Yukine berbinar tiap kali melihat jamur yang begitu indah, awalnya jamur itu hanya sebesar kutu namun bisa terlihat sangat jelas karena di perbesar berkali-kali lipat hingga karakter Yukine di dalam game bahkan bisa berteduh di bawahnya. Ada banyak jenis, ukuran dan bentuk yang belum pernah dilihatnya langsung di dunia nyata. "Itu tidak bisa dimakan, ada beberapa dari mereka yang beracun," ucap Balryu seakan tahu isi otak adik perempuannya.Geum berbaring beralaskan rerumputan matanya terpejam bukan karena mengantuk namun rasa lelah karena sejak siang sampai sore menyelam di sungai yang dalam hingga kulitnya memucat dan keriput."Ayo pulang," ujar Yukine. Perempuan itu tidak tega melihat Geum yang nampak kelelahan."Kita butuh waktu untuk sampai stasiun, kita bisa ketinggalan kereta terakhir." Geum tidak menyahut tapi bangkit dari bumi dan menatap nona besarnya itu."Kita jauh-jauh datang kemari dan akan pulang dengan tangan kosong?""Masih ada banyak waktu di masa depan. Aku masih ada mata kuliah yang tidak bisa aku tinggal besok.""Maka pulanglah sendiri, aku akan tetap disini.""Geum ...?!"Ini adalah pertama kalinya Yukine memanggil nama laki-laki itu secara langsung."Aku tidak punya hal yang harus aku lakukan, anggap saja aku sedang latihan," ucap Geum sambil menyunggingkan senyum."Aku tidak sedang becanda!" ucap Yukine tidak senang dengan tanggapan Geum."Aku juga tidak sedang bercanda," jawab Geum sedangkan se
Geum menatap hamparan perkebunan yang luas dan hijaunya pegunungan, matanya sangat dimanjakan melihat pemandangan indah di pagi hari, sebenarnya matanya masih mengantuk namun ketika melihat pemandangan yang indah dari gerbong dan hangatnya sinar matahari yang baru saja muncul hatinya merasa jauh lebih baik.Melihat jika perempuan di sampingnya begitu serius dengan buku tebalnya Geum sedikit menarik tirai agar pandangan perempuan itu jauh lebih baik saat membaca. Geum melirik isi buku itu namun segera tidak berminat selain itu tertulis dengan bahasa inggris ada juga gambar yang menunjukkan sebuah sel-sel yang tidak dimengerti olehnya."Aku lapar," ujar Geum lirih pada Yukine yang masih fokus dengan bukunya.Yukine tidak menjawab namun mengeluarkan uang tunai menyerahkannya pada Geum tanpa sedikitpun menggeser pandangannya. Geum pergi sebentar kemudian kembali dengan membawa tiga makanan berat yang hangat dan beberapa makanan ringan. Yukine dan Geum duduk berhadapan tentu saja makanan i
Yukine malah tersenyum mendengar Khia Na menjadi pahlawan untuk Kun karena ketidaksengajaan."Jika tidak ada kamu mungkin Kun akan rugi banyak," ucap Yukine."Itu hanya kebetulan." Kemudian Khia Na teringat satu hal lagi. "Kun menghubungiku bertanya apakah kamu akan hadir di ulang tahun Salsa?" ucap Khia Na setengah berbisik."Siapa Salsa?" Yukine malah bertanya."Bagaimana aku tahu? Kalian punya teman bernama Salsa?""Ingatanku buruk tentang mengingat nama orang baru.""Hubungi Kun sendiri tanyakan itu padanya, sejak semalam dia sudah menghubungimu namun kamu abaikan.""Benarkah? Bahkan aku lupa dimana aku menaruh ponselku." Yukine meraba dirinya sendiri untuk mencari ponselnya kemudian ingat jika baru saja menggunakan itu untuk bermain game bersama Balryu."Ponselku ada di ruang tengah," ucap Yukine sambil menunjukkan gigi depannya. "Kalian sering berhubungan?" tanya Yukine."Berhubungan apa?" suara Khia Na meninggi sampai dua laki-laki ada di dapur menoleh pada mereka."Maksudnya K
"Itu tidak bisa dimakan, ada beberapa dari mereka yang beracun," ucap Balryu seakan tahu isi otak adik perempuannya.Yukine melihat kearah Balryu dengan kening berkerut namun tidak mengatakan apapun kemudian kembali melihat semua foto-foto itu. Namun Balryu masih menjelaskan beberapa jenis jamur yang beracun karena tahu jika adik perempuannya ini suka penasaran dengan hal-hal seperti ini. "Saat di alam hindari jamur yang memiliki warna yang mencolok dan yang memiliki cincin. Ada juga yang mengeluarkan cairan kemungkinan besar mereka mengandung racun yang berbahaya." Yukine hanya mengangguk-angguk mendengar edukasi dari Balryu."Aku membutuhkan anggaran cukup besar untuk membuat dunia jamur," ucap Balryu nampak tidak berdaya namun cukup puas dengan hasil akhirnya."Tapi itu sebanding dengan hasilnya, ini sangat indah.""Kamu menyukainya?""Sepertinya dunia jamur menjadi tempat favoritku di ASMARALOKA.""Baguslah jika kamu menyukainya. ASMARALOKA masih akan terus diperbarui menjadi le
Yukine bermain dengan ponselnya di balkon, jam di pojok kiri layar ponselnya menunjukkan pukul 02:11 mata Yukine sangat cerah dan sudah tidak bisa tertidur lagi setelah mimpi buruk. Ini bukan pertama kalinya Yukine terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk namun lebih sering terjadi ketika dirinya tidur dengan orang lain. Melihat ke dalam kamarnya sendiri ada gundukan yang tertutupi oleh selimut tebal. Itu adalah Khia Na yang tidur di tempat tidurnya, kenapa Yukine masih bertahan sampai detik ini mau tidur dengan perempuan itu hanya untuk memiliki alasan tidur di luar dan tidak pulang jika waktunya sudah tiba. Meskipun sudah berkali-kali tidur dengan Khia Na nyatanya Yukine masih belum terbiasa dengan keberadaan orang lain di sampingnya saat tidur. "Belum tidur?" Sebuah pesan dalam game online muncul ketika Yukine baru saja bermain-main dengan karakternya. "Sudah bangun," jawab Ruy Forest. "Jam segini? Sudah bangun?" balas Big Gui. "Terbangun tidak bisa tidur lagi." "Mi
Lima laki-laki itu sama sekali tidak mau mendengarkan ucapan Kun dan hanya berpihak pada wanita itu yang terus menangis. Bahkan dari mereka akan memukuli Kun untuk saja security segera melerai. Mungkin jika tidak ada dua security itu keadaan semakin kacau dan runyam. Meskipun Kun dapat melawan mereka akan tetapi keadaan itu akan berbuntut panjang."Pak tolong cek cctv, sungguh aku tidak melakukan apapun," ujar Kun pada security. Setiap basement pasti ada kamera pengawas."Tapi maaf, cctv di area ini masih dalam perbaikan," jawab security dengan amat menyesal.Kun tidak perna putus asa seperti ini, dirinya bisa memberikan saksi jika dirinya tidak melakukan apapun namun dia kalah jumlah juga tidak memiliki bukti untuk menguatkan ucapannya. Kun lupa mimpi apa semalam hingga hari ini menjadi orang yang tertuduh seperti ini.Orang-orang itu masih terus banyak bicara bahkan ada yang menuntut Kun ganti rugi dengan membayar sejumlah uang untuk wanita itu tentu saja Kun menolaknya karena meras