"Itu tidak bisa dimakan, ada beberapa dari mereka yang beracun," ucap Balryu seakan tahu isi otak adik perempuannya.
Yukine melihat kearah Balryu dengan kening berkerut namun tidak mengatakan apapun kemudian kembali melihat semua foto-foto itu. Namun Balryu masih menjelaskan beberapa jenis jamur yang beracun karena tahu jika adik perempuannya ini suka penasaran dengan hal-hal seperti ini. "Saat di alam hindari jamur yang memiliki warna yang mencolok dan yang memiliki cincin. Ada juga yang mengeluarkan cairan kemungkinan besar mereka mengandung racun yang berbahaya." Yukine hanya mengangguk-angguk mendengar edukasi dari Balryu. "Aku membutuhkan anggaran cukup besar untuk membuat dunia jamur," ucap Balryu nampak tidak berdaya namun cukup puas dengan hasil akhirnya. "Tapi itu sebanding dengan hasilnya, ini sangat indah." "Kamu menyukainya?" "Sepertinya dunia jamur menjadi tempat favoritku di ASMARALOKA." "Baguslah jika kamu menyukainya. ASMARALOKA masih akan terus diperbarui menjadi lebih baik lagi dan lebih baik lagi agar pemain tidak bosan, kedepannya masih akan banyak wilayah baru." "Aku akan menantikannya." Sedangkan di dalam kamar Yukine, perempuan itu menguap lebar, saat Khia Na melihat sekelilingnya setelah membuka matanya mendapati jika itu bukanlah kamarnya sendiri namun nampaknya Khia Na sudah terbiasa ketika bangun tidur tidak berada di kamarnya sendiri melainkan di kamar orang lain. Melihat sekeliling tidak ada tanda-tanda jika kawannya itu ada. Dengan masih menguap lagi Khia Na keluar kamar dan melihat di lantai bawah terdengar orang sedang berbincang. Khia Na tidak bersuara hanya melihat lantai bawah dari atas mendapati Yukine sedang bermain game dengan bersandar pada Balryu sedangkan laki-laki itu sibuk dengan laptopnya. "Aku sudah selesai, aku akan login juga," ucap Balryu sambil menutup laptopnya dan mengambil ponselnya sendiri untuk login. "Kesenjangan kita terlalu jauh, kapan aku bisa menyusul milikmu," keluh Yukine tanpa melihat ke arah Balryu. "Pelan-pelan saja," jawab Balryu sambil mengelus kepala Balryu. "Rasanya iri sekali melihat kedekatan mereka," ucap Khia Na melihat mereka dengan cemberut kemudian kembali ke kamar lagi, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara karena takut akan menganggu mereka berdua. Terdengar suara klakson di depan rumah membuat Yukine menoleh dan akan bangkit namun Balryu menariknya lagi sambil berseru, "Itu bukan ayah dan ibu." "Lalu siapa?" tanya Yukine bingung karena dia pikir itu ayah dan ibunya baru pulang dari berbelanja. "Beru," jawab Balryu dengan enteng karena susah hafal betul dengan suara mobil laki-laki itu. "Apa yang dilakukannya pagi-pagi sekali seperti kerumah orang lain?" "Dia sudah bilang padaku sejak semalam jika kami akan main game di rumah." Terdengar suara Imran menggerutu di depan rumah karena tidak ada orang yang membukakan gerbang untuk dirinya. "Bege ...," suara Imran menggelegar terdengar saat dia di dekat pintu. "Apa?" jawab Balryu dengan santai tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. "Kenapa tidak membukakan pintu untukku?" protes Imran padahal tubuhnya masih di pintu dan belum melihat lawan bicaranya berada dimana. "Kamu punya kaki dan tangan." "Tapi aku tamu." "Aku sibuk." Balryu masih menanggapi dengan santai dan tidak banyak menggunakan tenaga. "Bukankah adik gadismu juga sudah bangun?" "Dia juga sedang sibuk." Laki-laki itu terus bicara dari depan rumah melewati ruang tamu baru melihat lawan bicaranya saat tiba di ruang tengah. Melihat Balryu sedang duduk di sofa panjang sedangkan tangan kanannya melingkari leher Yukine yang duduk setengah berbaring di sampingnya bertumpu pada dada Balryu, keduanya sedang bermain game begitu serius dan antusias. Tidak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel mereka. Keduanya tidak memperhatikan keberadaan Imran yang tidak jauh dari mereka demi raut wajah jeleknya memperhatikan kedekatan mereka yang terlalu intim di mata Imran. "Yes ...." Yukine bersorak ketika mereka berhasil membunuh bos, barulah Yukine melihat sedikit ke arah Imran yang hanya berdiri tidak jauh dari mereka sambil menggerutu pelan. "Berisik sekali." "Duduk," ucap Balryu pada Imran. Namun Imran tidak menghiraukan ucapan Balryu malah bicara cukup serius. "Kalian tidak seperti adik kakak, malah seperti pasangan. Jika kamu begitu menempel pada gegemu bagaimana Balryu mencari pasangan di masa depan? Mereka akan menjauh sebelum datang karena berpikir jika kamu pasangannya," ucapan Imran jelas-jelas ditunjukkan untuk Yukine. Yukine mendengarnya dengan jelas ucapan pedas dari Imran namun dengan mudah perempuan itu menjawabnya. "Apa pedulimu, gege saja tidak keberatan dengan itu," jawab Yukine dengan menjulurkan sedikit lidahnya pada Imran. Imran dan Yukine saling bertatapan seakan mereka sudah menumbuhkan tanduk dan gigi taring siap bertarung satu sama lain namun Balryu mempererat tangannya hingga Yukine seperti tidak dapat bergerak dan itu semakin membuat wajah Imran jelek. "Pergilah mandi, aku akan memasak," ucap Balryu pada Yukine dan itu seperti tepat di atas kepalanya membuat Yukine tiba-tiba melunak melupakan konfliknya dengan beruang di depannya. "Suruh Khia Na juga turun," imbuhnya sambil mengelus kepala Yukine menggunakan satu tangannya yang lain. Yukine tidak berkomentar langsung pergi naik ke atas dan sayup-sayup mendengar percakapan dua beruang itu. "Kalian terlalu dekat," ujar Imran pada Balryu. "Aku hanya tidak ingin kehilangannya lagi," jawab Balryu sambil pergi ke dapur. "Kamu sudah melewati batas." Yukine masih ingin mendengar percakapan mereka lagi namun dua beruang itu sudah pergi ke dapur dan tidak lagi ada yang dapat didengar oleh Yukine di tangga. Jadi Yukine segera berlari ke kamar dan mendapati Khia Na baru saja selesai mandi. "Kenapa kamu nampak buru-buru?" tanya Khia Na bingung. "Gege menyuruhmu untuk turun, dia sedang memasak untuk kita," ucap Yukine sambil masuk ke dalam kamar mandi. "Akhirnya aku di layani juga," ucap Khia Na segera berganti pakaian dan merapikan diri meskipun gerakannya sudah cepat namun tetap saja kalah cepat dengan Yukine yang hanya mandi kemudian menyisir rambutnya. Yukine segera turun dan diikuti Khia Na, Yukine hanya ingin mendengarkan obrolan dua orang laki-laki itu namun ternyata dirinya harus kecewa karena sesampainya di dapur tidak ada adegan seperti yang diinginkannya malah wajah jelek Imran bahkan sudah hilang tanpa jejak. "Kamu mandi atau bikin teh celup, cepat sekali," timpal Imran saat Yukine dan Khia Na sampai ke dapur. "Berisik," sahut Yukine melihat sudah ada beberapa hidangan yang siap Yukine membawa itu ke meja makan, Khia Na juga mengikuti Yukine dan mereka akhirnya menunggu Balryu selesai masak di meja makan sambil mengobrol ringan. Khia Na ingat tentang Kun yang hampir di jebak di basement beberapa hari yang lalu. Khia Na menceritakannya dengan detail kejadian itu bahkan dua laki-laki yang ada di dapur juga menguping pembicaraan dua perempuan itu. "Bahkan jadi laki-laki single berpergian sendirian sekarang juga sudah tidak aman," celetuk Imran saat mendengar para kompolotan itu menggunakan trik baru untuk menjebak laki-laki yang pergi sendirian di tempat yang sepi.Geum berbaring beralaskan rerumputan matanya terpejam bukan karena mengantuk namun rasa lelah karena sejak siang sampai sore menyelam di sungai yang dalam hingga kulitnya memucat dan keriput."Ayo pulang," ujar Yukine. Perempuan itu tidak tega melihat Geum yang nampak kelelahan."Kita butuh waktu untuk sampai stasiun, kita bisa ketinggalan kereta terakhir." Geum tidak menyahut tapi bangkit dari bumi dan menatap nona besarnya itu."Kita jauh-jauh datang kemari dan akan pulang dengan tangan kosong?""Masih ada banyak waktu di masa depan. Aku masih ada mata kuliah yang tidak bisa aku tinggal besok.""Maka pulanglah sendiri, aku akan tetap disini.""Geum ...?!"Ini adalah pertama kalinya Yukine memanggil nama laki-laki itu secara langsung."Aku tidak punya hal yang harus aku lakukan, anggap saja aku sedang latihan," ucap Geum sambil menyunggingkan senyum."Aku tidak sedang becanda!" ucap Yukine tidak senang dengan tanggapan Geum."Aku juga tidak sedang bercanda," jawab Geum sedangkan se
Geum menatap hamparan perkebunan yang luas dan hijaunya pegunungan, matanya sangat dimanjakan melihat pemandangan indah di pagi hari, sebenarnya matanya masih mengantuk namun ketika melihat pemandangan yang indah dari gerbong dan hangatnya sinar matahari yang baru saja muncul hatinya merasa jauh lebih baik.Melihat jika perempuan di sampingnya begitu serius dengan buku tebalnya Geum sedikit menarik tirai agar pandangan perempuan itu jauh lebih baik saat membaca. Geum melirik isi buku itu namun segera tidak berminat selain itu tertulis dengan bahasa inggris ada juga gambar yang menunjukkan sebuah sel-sel yang tidak dimengerti olehnya."Aku lapar," ujar Geum lirih pada Yukine yang masih fokus dengan bukunya.Yukine tidak menjawab namun mengeluarkan uang tunai menyerahkannya pada Geum tanpa sedikitpun menggeser pandangannya. Geum pergi sebentar kemudian kembali dengan membawa tiga makanan berat yang hangat dan beberapa makanan ringan. Yukine dan Geum duduk berhadapan tentu saja makanan i
Yukine malah tersenyum mendengar Khia Na menjadi pahlawan untuk Kun karena ketidaksengajaan."Jika tidak ada kamu mungkin Kun akan rugi banyak," ucap Yukine."Itu hanya kebetulan." Kemudian Khia Na teringat satu hal lagi. "Kun menghubungiku bertanya apakah kamu akan hadir di ulang tahun Salsa?" ucap Khia Na setengah berbisik."Siapa Salsa?" Yukine malah bertanya."Bagaimana aku tahu? Kalian punya teman bernama Salsa?""Ingatanku buruk tentang mengingat nama orang baru.""Hubungi Kun sendiri tanyakan itu padanya, sejak semalam dia sudah menghubungimu namun kamu abaikan.""Benarkah? Bahkan aku lupa dimana aku menaruh ponselku." Yukine meraba dirinya sendiri untuk mencari ponselnya kemudian ingat jika baru saja menggunakan itu untuk bermain game bersama Balryu."Ponselku ada di ruang tengah," ucap Yukine sambil menunjukkan gigi depannya. "Kalian sering berhubungan?" tanya Yukine."Berhubungan apa?" suara Khia Na meninggi sampai dua laki-laki ada di dapur menoleh pada mereka."Maksudnya K
"Itu tidak bisa dimakan, ada beberapa dari mereka yang beracun," ucap Balryu seakan tahu isi otak adik perempuannya.Yukine melihat kearah Balryu dengan kening berkerut namun tidak mengatakan apapun kemudian kembali melihat semua foto-foto itu. Namun Balryu masih menjelaskan beberapa jenis jamur yang beracun karena tahu jika adik perempuannya ini suka penasaran dengan hal-hal seperti ini. "Saat di alam hindari jamur yang memiliki warna yang mencolok dan yang memiliki cincin. Ada juga yang mengeluarkan cairan kemungkinan besar mereka mengandung racun yang berbahaya." Yukine hanya mengangguk-angguk mendengar edukasi dari Balryu."Aku membutuhkan anggaran cukup besar untuk membuat dunia jamur," ucap Balryu nampak tidak berdaya namun cukup puas dengan hasil akhirnya."Tapi itu sebanding dengan hasilnya, ini sangat indah.""Kamu menyukainya?""Sepertinya dunia jamur menjadi tempat favoritku di ASMARALOKA.""Baguslah jika kamu menyukainya. ASMARALOKA masih akan terus diperbarui menjadi le
Yukine bermain dengan ponselnya di balkon, jam di pojok kiri layar ponselnya menunjukkan pukul 02:11 mata Yukine sangat cerah dan sudah tidak bisa tertidur lagi setelah mimpi buruk. Ini bukan pertama kalinya Yukine terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk namun lebih sering terjadi ketika dirinya tidur dengan orang lain. Melihat ke dalam kamarnya sendiri ada gundukan yang tertutupi oleh selimut tebal. Itu adalah Khia Na yang tidur di tempat tidurnya, kenapa Yukine masih bertahan sampai detik ini mau tidur dengan perempuan itu hanya untuk memiliki alasan tidur di luar dan tidak pulang jika waktunya sudah tiba. Meskipun sudah berkali-kali tidur dengan Khia Na nyatanya Yukine masih belum terbiasa dengan keberadaan orang lain di sampingnya saat tidur. "Belum tidur?" Sebuah pesan dalam game online muncul ketika Yukine baru saja bermain-main dengan karakternya. "Sudah bangun," jawab Ruy Forest. "Jam segini? Sudah bangun?" balas Big Gui. "Terbangun tidak bisa tidur lagi." "Mi
Lima laki-laki itu sama sekali tidak mau mendengarkan ucapan Kun dan hanya berpihak pada wanita itu yang terus menangis. Bahkan dari mereka akan memukuli Kun untuk saja security segera melerai. Mungkin jika tidak ada dua security itu keadaan semakin kacau dan runyam. Meskipun Kun dapat melawan mereka akan tetapi keadaan itu akan berbuntut panjang."Pak tolong cek cctv, sungguh aku tidak melakukan apapun," ujar Kun pada security. Setiap basement pasti ada kamera pengawas."Tapi maaf, cctv di area ini masih dalam perbaikan," jawab security dengan amat menyesal.Kun tidak perna putus asa seperti ini, dirinya bisa memberikan saksi jika dirinya tidak melakukan apapun namun dia kalah jumlah juga tidak memiliki bukti untuk menguatkan ucapannya. Kun lupa mimpi apa semalam hingga hari ini menjadi orang yang tertuduh seperti ini.Orang-orang itu masih terus banyak bicara bahkan ada yang menuntut Kun ganti rugi dengan membayar sejumlah uang untuk wanita itu tentu saja Kun menolaknya karena meras