Share

66. Aku tidak lapar

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-23 21:20:58

Yukine memainkan pensil ditangannya, dihadapannya banyak buku-bukunya yang terbuka namun pikirannya tidak berada di tempat melainkan berada jauh di sana. Geum sudah ada di sana selama 15 hari dan setiap hari akan mengirimkan gambar demi gambar dari potongan kecil jasadnya.

Tapi hari ini sampai malam Geum tidak ada kabar bukan karena Yukine menunggu kabar baik namun memikirkan orang yang mengirimkan kabar, Yukine tidak khawatir jika hari ini tidak ada kabar tapi menghawatirkan orangnya.

Yukine menoleh ketika mendengar pintunya diketuk padahal tidak ditutup.

"Ibu memanggilmu. Kamu tidak mendengarnya?" ucap Balryu yang ada di pintu.

"Ada apa?"

"Makan malam."

"Aku masih kenyang."

Balryu tidak terbiasa dengan adiknya yang sekarang menolak makanan. Jika itu dulu Fe Fei sering menolak makan malam karena alasan diet namun untuk Yukine yang sekarang diet tidak ada dalam kamusnya sebab itu Balryu perlu membujuk mu untuk turun.

"Punya banyak tugas?" tanya Balryu sambil menyelonong masuk untuk melihat tugas-tugas adik perempuannya namun Yukine segera bangkit agar saudara laki-lakinya itu tidak melihat tugas-tugasnya. Yukine bukan takut kelihatan rajin namun takut jika Balryu akan mengetahui jika tugas-tugas membahas organ dalam.

"Hanya soal latihan saja. Tapi aku masih kenyang jika lapar aku akan turun sendiri."

"Ibu dan ayah ingin membicarakan sesuatu," sahut Balryu.

Yukine ingin mengatakan sesuatu namun Balryu sudah berjongkok di depannya dengan posisi membelakanginya.

"Apa?" tanya Yukine bingung.

"Naiklah."

"Naik?"

"Ayolah aku pegal berjongkok."

"Tapi aku barat."

"Apa aku selemah itu?"

"Aku rasa tidak," jawab Yukine dengan ragu-ragu namun tetap naik ke punggung laki-laki itu.

Yukine mempererat pegangannya menghawatirkan dengan keselamatannya sendiri terlebih mereka akan meniru anak tangga yang tidak sedikit.

"Tidak perlu takut, aku sudah sering melakukan ini?"

"Perempuan mana yang naik di punggungmu?"

"Sejauh ini masih Xiao Gui, sejak kecil sampai sebesar ini."

"Oh," sahut Yukine tersenyum dan tidak lagi mencengkram pundak saudara laki-lakinya.

Balryu membawa tubuh adik gadisnya sampai ke meja makan hingga pasangan itu berhenti sejenak untuk melihat mereka.

"Ya tuhan tubuhmu sudah sebesar ini masih minta digendong kakakmu?" ujar Xiyun melihat Balryu dengan hati-hati menurunkan Yukine di kursi.

"Aku kira aku sudah tidak akan melihat Balryu mengendong Fe Fei lagi," sahut Bumantara sambil tertawa.

Yukine tidak tahu harus bereaksi seperti apa menjadi tontonan pasangan itu dan ini adalah pengalaman pertamanya digendong di punggung laki-laki.

Xiyun menyajikan makanan untuk Balryu dan Yukine sambil mulutnya terus bicara. "Kamu sudah besar kakakmu tidak bisa terus mengendong mu turun untuk makan ketika kamu malas makan. Kamu sudah besar dan dia sudah dewasa kalian tidak bisa seperti itu terus."

Yukine tetap diam sambil mulai memakan makanan dengan perlahan meskipun tidak berselera. Walaupun saat ini Yukine bersikap patuh namun ibunya masih enggan untuk berhenti.

"Jika hanya kami yang melihat sifatmu yang manja pada saudaramu kami tidak akan keberatan tapi jangan tunjukkan itu di muka umum orang yang tidak bertanggung jawab akan bicara yang tidak-tidak dan membicarakan itu tanpa berpikir dampaknya."

Yukine tidak marah ketika ibunya memberikannya nasehat bagaimanapun Yukine tahu jika wanita itu sangat menyayangi dirinya dan juga Balryu wanita itu hanya ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, tidak ingin putrinya terluka karena pandangan buruk dari orang luar.

Dulu, dulu sekali hampir setiap hari sepanjang tahun ini perempuan itu mendengar suara-suara yang keras memarahinya hanya karena kesalahan kecil bahkan meskipun Yukine tidak melakukan kesalahan tetap saja akan dimarahi dan mendapatkan hukuman. Itu terjadi saat perempuan itu masih kecil dan sudah bisa mengingat sampai Yukine menutup matanya. Kehidupannya yang dulu hanya damai selama tiga tahun ketika tinggal bersama dengan kakeknya sebelum itu ibunya tidak berhenti sehari pun melampiaskan amarah dan kekecewaannya pada dirinya. Setelan tinggal tiga tahun dengan bibinya malah hidupnya seperti di neraka.

Jadi ketika wanita di depannya ini bicara menegurnya dengan lembut tanpa menyakiti perasaan dan tubuhnya Yukine tidak punya alasan untuk marah apalagi setelah hidup selama dua tahun bersama ini adalah pertama kalinya wanita ini menegurnya.

"Tidak apa-apa jangan pedulikan ucapan orang luar," ucap Balryu sambil mengusap kepala Yukine yang duduk di sampingnya.

"Balryu, kamu selalu memanjakan dia. Fe Fei bukan lagi gadis berumur lima tahun lagi," sahut Xiyun.

"Di mataku dia tetap anak-anak," jawab Balryu sambil tersenyum.

Dari awal sampai akhir Yukine tidak bersuara hanya melihat interaksi mereka dan sesekali tersenyum. Yukine yang tidak memilikinya nafsu makan sebelumnya akan tetapi melihat makanan yang dihidangkan penuh kasih sayang oleh ibunya tidak ingin menyia-nyiakan makanan ini, suasana hangat di meja makan tidak mungkin akan dirusaknya. Meskipun tidak lapar dan tidak berselera Yukine tetap memaksakan untuk menghabiskan itu semua.

Akan tetapi di suapan terakhir dan mulut masih penuh dengan makanan tiba-tiba perutnya tidak mau berkompromi. Makanan yang sudah masuk seakan di tolak dan akan keluar lagi. Semua orang yang ada di meja makan langsung melihat ke arah Yukine karena mengeluarkan suara seakan ingin muntah.

Dengan cepat Yukine mengambil minum untuk mendorong makanan yang ada di mulutnya dan menghilangkan rasa mualnya. Ketika Yukine akan mengambil suapan terakhir Balryu menahannya.

"Jangan paksakan!" Ini pertanyaan kalinya Balryu bicara keras padanya.

"Aku bisa," jawab Yukine langsung memasukkan makanan itu ke mulutnya hanya dengan dua kunyahan langsung minum agar tidak merasa mual lagi.

Sambil mengunyah sisa-sisa makanan yang ada di rongga mulutnya Yukine tersenyum pada semua anggota keluarganya yang nampak menghawatirkan dirinya.

Sayup-sayup Yukine mendengar notifikasi dari kamarnya langsung matanya berbinar.

"Ponselku berbunyi," ujarnya langsung beranjak dan kembali ke kamarnya meninggikan tiga orang yang masih bengong di meja makan, melihatnya naik tangga sampai masuk ke dalam kamar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   71. Gundukan tanah

    Permainan mereka sudah selesai di kota ini dan pagi ini mereka bersiap untuk pulang, mereka berdua tidak perlu banyak berkemas Yukine maupun Geum tidak membawa banyak barang bahkan Yukine tidak membawa baju ganti laki-laki itu selama berada di sini juga hanya membeli beberapa pakaian saja.Saat keduanya keluar dari homestay itu tidak berharap untuk bertemu dengan orang dikenalnya, Yukine dan laki-laki itu saling pandang, Yukine sedikit terkejut melihat laki-laki itu begitu pula sebaliknya."Fe Fei?" ucap Damar terkejut melihat Yukine.Damar melihat perempuan itu kemudian laki-laki di sampingnya setelah itu melihat dari mana mereka keluar, Damar terus melihat ketiga arah itu secara bergantian."Apa yang kamu lakukan di sini?" Yukine lebih dulu bertanya karena nampak Damar tiba-tiba merasa canggung akibat hal-hal yang ada di otaknya."Aku sedang lewat kebetulan ada pedagang buah di pinggir jalan aku berhenti untuk membeli," ujar Damar sambil menunjuk pedagang yang tidak jauh dari mereka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   70. Membumi hanguskan

    Geum menikmati nikotin di sela-sela jarinya sambil menatap tempat surga dunia itu, disampingnya perempuan itu bicara cukup panjang kali lebar tentang apa yang harus dilakukannya terhadap tempat itu. Iki adalah kali pertamanya Geum mendengar perempuan itu bicara sangat banyak.Awalnya ketika Yukine menunjukkan tempat ini Geum sedikit bersemangat karena berpikir jika dirinya bisa sedikit beristirahat melepas penat akan tetapi dirinya salah ternyata tempat ini adalah tempat bermain mereka yang selanjutnya."Tidak perlu sampai menyakiti siapapun. Mereka yang bekerja di sini bukan semata-mata karena uang dan mengejar kesenangan banyak dari mereka melakukan itu karena tidak punya pilihan lain atau juga karena tidak bisa pergi," ujar Yukine sambil memperhatikan beberapa gadis yang sedang menarik pelanggan di tempat bergemelap penuh warna warna itu."Aku mengerti," ujar Geum sambil melemparkan putung rokoknya sebelum keluar.Geum membenahi penampilannya sambil berjalan ke tempat itu baru saja

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   69. Orangnya tidak dibakar sekalian

    Mobil itu kembali membawa Yukine dan Geum menyusuri jalan yang familiar namun kali ini Yukine nampak kurang bersemangat. Geum masih tidak bertanya hanya mengemudikan mobil itu dengan kecepatan 20 Km. Yukine menatap kosong jalanan yang semakin sepi, kepalanya terasa berat sebelah setelah mengetahui fakta jika keluarga itu telah pergi.Pindah ke luar kota tanpa seorangpun yang tahu keberadaannya. Yukine berpikir seperti sedang mencari jarum di tumpukan jerami mencari keluarga itu di bumi Nusantara yang begitu luas ini membuat Yukine sudah pusing duluan."Aku butuh sebuah petunjuk," ujar Yukine sambil memijat kepalanya sendiri. "Mereka tidak mungkin berpindah kota dengan acak bukan? Sepertinya aku akan mencari informasi tentang keluarga paman."Saat Yukine dipusingkan tentang keluarga bibinya pandangannya tanpa sengaja melihat seseorang yang pernah menjadi salah satu sebab akibat hal malang yang pernah menimpa Yukine."Laki-laki itu!" ucap Yukine dengan geram.Geum menoleh pada Yukine ka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   68. Permainan baru saja dimulai

    Yukine tidak tahu apa saja yang dikatakan oleh Geum pada penjaga makam namun saat ini mereka sudah berhasil menguburkan kerangka itu di samping makam kakeknya. Yukine tidak menuliskan apapun pada papan itu membiarkan tetap kosong ketika nanti semua balas dendamnya sudah terbalas maka dengan tangannya sendiri Yukine akan menuliskan namanya di papan itu.Geum sudah selesai bicara dengan penjaga makam namun masih tidak ingin menganggu Yukine yang nampak serius dengan dua makam di depannya. Perempuan itu tidak mengatakan apapun hanya berdiam diri untuk waktu yang lama. Geum sudah terbiasa melihat Yukine hanya diam seperti itu begitu lama yang dilakukannya hanya sabar menunggu perempuan itu bergerak. Sambil menghembuskan asap dari mulutnya Geum menikmati pemandangan pemakaman umum di sore hari menjelang malam itu."Apakah perempuan ini akan bermalam di sini?" tanya Geum dalam hati sambil melirik ke arah Yukine.Matahari perlahan tenggelam ada pergerakan dari Yukine, setelah mengatakan beb

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   67. Kerangka dalam ransel

    Bibir itu merekah ketika membuka pesan yang sejak tadi ditunggunya. Isi pesan itu membuatnya bahagia namun pikirannya menjadi tenang karena orang yang biasa mengirimkan pesan sudah ada kabar."Aku sudah menemukan tengkoraknya." Isi pesan itu di sertai dengan gambar seperti biasa.Selama lima belas hari ini Geum sudah berhasil menemukan banyak bagian tubuh itu namun tetap saja ada yang tidak lengkap seperti bagian-bagian kecil dan kaki kanannya. Geum juga hanya menemukan potongan dua jari yang tidak lengkap dari 20 jari.Ini sudah seperti keajaiban untuk Yukine dan perempuan itu tidak berani menurut lebih dari ini."Aku akan datang besok," balas Yukine.Senyuman itu segera hilang di gantikan dengan sendawa besar. Yukine merasa jika perutnya sangat penuh dan sedikit sulit untuk bernapas dengan benar. Akan tetapi Yukine tetap memaksakan dirinya untuk segera menyelesaikan tugasnya dan segera tidur agar dirinya bisa pergi pagi-pagi sekali besok namun Yukine tidak mengambil kereta paling pa

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   66. Aku tidak lapar

    Yukine memainkan pensil ditangannya, dihadapannya banyak buku-bukunya yang terbuka namun pikirannya tidak berada di tempat melainkan berada jauh di sana. Geum sudah ada di sana selama 15 hari dan setiap hari akan mengirimkan gambar demi gambar dari potongan kecil jasadnya.Tapi hari ini sampai malam Geum tidak ada kabar bukan karena Yukine menunggu kabar baik namun memikirkan orang yang mengirimkan kabar, Yukine tidak khawatir jika hari ini tidak ada kabar tapi menghawatirkan orangnya.Yukine menoleh ketika mendengar pintunya diketuk padahal tidak ditutup."Ibu memanggilmu. Kamu tidak mendengarnya?" ucap Balryu yang ada di pintu."Ada apa?""Makan malam.""Aku masih kenyang."Balryu tidak terbiasa dengan adiknya yang sekarang menolak makanan. Jika itu dulu Fe Fei sering menolak makan malam karena alasan diet namun untuk Yukine yang sekarang diet tidak ada dalam kamusnya sebab itu Balryu perlu membujuk mu untuk turun."Punya banyak tugas?" tanya Balryu sambil menyelonong masuk untuk me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status