Share

67. Kerangka dalam ransel

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-24 05:19:00

Bibir itu merekah ketika membuka pesan yang sejak tadi ditunggunya. Isi pesan itu membuatnya bahagia namun pikirannya menjadi tenang karena orang yang biasa mengirimkan pesan sudah ada kabar.

"Aku sudah menemukan tengkoraknya." Isi pesan itu di sertai dengan gambar seperti biasa.

Selama lima belas hari ini Geum sudah berhasil menemukan banyak bagian tubuh itu namun tetap saja ada yang tidak lengkap seperti bagian-bagian kecil dan kaki kanannya. Geum juga hanya menemukan potongan dua jari yang tidak lengkap dari 20 jari.

Ini sudah seperti keajaiban untuk Yukine dan perempuan itu tidak berani menurut lebih dari ini.

"Aku akan datang besok," balas Yukine.

Senyuman itu segera hilang di gantikan dengan sendawa besar. Yukine merasa jika perutnya sangat penuh dan sedikit sulit untuk bernapas dengan benar. Akan tetapi Yukine tetap memaksakan dirinya untuk segera menyelesaikan tugasnya dan segera tidur agar dirinya bisa pergi pagi-pagi sekali besok namun Yukine tidak mengambil kereta paling pagi karena tidak ingin orang lain tahu jika dirinya pergi lebih baik menghindar daripada harus berbohong pada anggota keluarganya.

Yukine merapikan meja belajarnya tidak lupa mematikan lampu sebelum bersiap untuk tidur tapi baru saja menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut ketukan di pintu terdengar lagi namun itu bukan Balryu namun ibunya.

"Ibu?" Yukine tidak menyangka jika ibunya yang akan datang. Xiyun juga tidak berharap jika Yukine susah bersiap untuk tidur.

"Kamu sudah akan tidur? Ini masih belum terlalu malam. Apakah tubuhmu merasa tidak nyaman, kamu tadi hampir muntah, apa ada masalah dengan pencernaamu?" Wanita itu terus mengajukan pertanyaan tidak memberikan kesempatan pada Yukine untuk menjawab satu pertanyaan pun.

Xiyun langsung masuk dan duduk di tepi ranjang mengejek suhu tubuh putrinya bahkan lupa untuk menyalakan lampu hanya ada lampu tidur di sampingnya.

"Tidak ibu, aku hanya lelah mengerjakan tugas dan hanya ingin beristirahat lebih awal. Itu saja." Akhirnya Yukine memiliki kesempatan untuk bicara setelah Xiyun memastikan jika tubuhnya baik-baik saja.

"Kamu membuat ibu khawatir," ujar Xiyun.

"Lalu ada apa mencariku?" Yukine langsung mengganti pembicaraan.

"Itu ... awalnya kami ingin membicarakan ini saat kita makan malam tapi kamu makan begitu cepat dan naik karena ponselmu berbunyi dan tidak turun lagi jadi ibu mencarimu."

"Sebenarnya ada apa? Kenapa begitu serius?"

"Ibu ingin minta maaf."

"Minta maaf untuk apa?" Yukine berpikir keras kesalahan apa yang telah dibuat oleh ibunya hingga wanita ini minta maaf padanya. Apakah gara-gara tadi saat Xiyun mengomelinya tidak mungkin itukan.

"Ibu pernah mengatakan jika ibu akan resign dan dapat memiliki banyak waktu untuk menemanimu namun ternyata sekarang ibu malah dipindah tugasnya ke perusahaan utama."

"Kemana?"

"Luar kota."

"Kenapa ibu harus minta maaf. Bukankah sebelumnya aku sudah mengatakan jika aku tidak apa-apa, aku akan terbang menemui ibu jika aku merindukanmu. Kemajuan teknologi sudah terlalu maju tiap hari kita masih bisa bicara dengan video call."

"Ibu belum menyetujuinya, ibu masih belum bisa mengambil keputusan."

"Kenapa?"

"Tapi bukan itu saja. Ibu juga tidak tahu bagaimana ayahmu juga tiba-tiba naik jabatan jika seperti itu maka ayahmu kna semakin sibuk dan sering perjalanan dinas kemana-mana."

"Bukankah masih ada gege."

"Gegemu sudah dewasa cepat atau lambat pasti akan memiliki keluarganya sendiri jika ...."

"Ibu." Yukine menghentikan ibunya bicara. "Sungguh aku tidak apa-apa. Sudah aku katakan sebelumnya aku tidak apa-apa kita sudah sejak lama seperti ini dengan kesibukan sendiri-sendiri jika nanti aku sudah bekerja mungkin aku juga sangat sibuk dan tidak di rumah lagi. Percayalah nikmati saja masa ini sebelum ibu pensiun."

Xiyun terdiam mendengar ucapan putrinya.

"Sungguh aku tidak apa-apa." Yukine memeluk tubuh wanita itu.

Yukine berhasil menyakinkan ibunya dan membuat wanita itu pergi hingga dirinya segera dapat tidur mengumpulkan tenaga untuk perjalanan besok, setelah semua orang pergi dengan rutinitas mereka sendiri-sendiri Yukine siap pergi ke stasiun dengan tiket yang telah dibelinya semalam meluncur kembali ke kota itu untuk ketiga kalinya.

Geum mengatakan jika semua kerangka itu di simpan di tempatnya menginap dengan hati-hati, Yukine pergi ke tempat alamat yang telah di bagikan oleh Geum. Laki-laki itu menunggu kedatangan Yukine di pintu masuk tanpa banyak bicara mereka langsung menuju kamar yang di sewa Geum.

"Aku menaruhnya ransel," ucap Geum sambil menunjuk ransel yang ada di dalam lemari. "Aku bingung harus menaruhnya di mana akan banyak pertanyaan jika ada orang lain yang melihatnya."

"Kamu sudah bekerja keras," ucap Yukine. "Terimakasih," imbuhnya.

Geum tidak tahu harus bereaksi seperti apa namun hanya tersenyum lebar sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tapi tidak mengatakan apapun.

Yukine mendekati ransel itu dan perlahan membukanya, pertama yang dilihatnya ada tengkorak itu. Yukine tidak takut dengan tengkorak manusia karena itu sudah bagian dari pendidikannya namun saat melihat tengkorak ini tiba-tiba teringat bayangan di dalam air, Yukine merasa jika seperti tersedak meminum air sungai itu lagi.

Langsung Yukine melepaskan ransel itu dan mundur beberapa langkah hampir menabrak Geum yang ada di belakangnya.

"Ada apa?" Geum bingung melihat reaksi Yukine yang tidak stabil.

"Mungkin aku kelelahan, aku akan istirahat sebentar," ujar Yukine sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba menjadi berat dan pandangannya buram.

"Berbaringlah."

Geum membantu Yukine untuk berbaring dan menyelimutinya.

"Aku akan mengambil air hangat," ujar Geum.

"Tidak perlu, jangan pergi di sini saja jangan tinggalkan aku sendiri."

Geum yang masih bingung namun mengiyakan permintaan nona besarnya.

Dengan cepat Yukine jatuh tertidur padahal semalam kualitas tidurnya baik dan cukup namun sekarang Yukine bisa tidur dengan mudahnya. Mimpi pun datang Yukine seperti melihat dirinya sendiri yang penuh luka, penampilannya berantakan dan berdarah-darah namun masih bisa tersenyum lebar padanya. Yukine tidak bisa mengatakan apapun namun tiba-tiba matanya terasa begitu panas dan buram karena air matanya sendiri.

"Maaf telah membuatmu menunggu begitu lama."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   71. Gundukan tanah

    Permainan mereka sudah selesai di kota ini dan pagi ini mereka bersiap untuk pulang, mereka berdua tidak perlu banyak berkemas Yukine maupun Geum tidak membawa banyak barang bahkan Yukine tidak membawa baju ganti laki-laki itu selama berada di sini juga hanya membeli beberapa pakaian saja.Saat keduanya keluar dari homestay itu tidak berharap untuk bertemu dengan orang dikenalnya, Yukine dan laki-laki itu saling pandang, Yukine sedikit terkejut melihat laki-laki itu begitu pula sebaliknya."Fe Fei?" ucap Damar terkejut melihat Yukine.Damar melihat perempuan itu kemudian laki-laki di sampingnya setelah itu melihat dari mana mereka keluar, Damar terus melihat ketiga arah itu secara bergantian."Apa yang kamu lakukan di sini?" Yukine lebih dulu bertanya karena nampak Damar tiba-tiba merasa canggung akibat hal-hal yang ada di otaknya."Aku sedang lewat kebetulan ada pedagang buah di pinggir jalan aku berhenti untuk membeli," ujar Damar sambil menunjuk pedagang yang tidak jauh dari mereka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   70. Membumi hanguskan

    Geum menikmati nikotin di sela-sela jarinya sambil menatap tempat surga dunia itu, disampingnya perempuan itu bicara cukup panjang kali lebar tentang apa yang harus dilakukannya terhadap tempat itu. Iki adalah kali pertamanya Geum mendengar perempuan itu bicara sangat banyak.Awalnya ketika Yukine menunjukkan tempat ini Geum sedikit bersemangat karena berpikir jika dirinya bisa sedikit beristirahat melepas penat akan tetapi dirinya salah ternyata tempat ini adalah tempat bermain mereka yang selanjutnya."Tidak perlu sampai menyakiti siapapun. Mereka yang bekerja di sini bukan semata-mata karena uang dan mengejar kesenangan banyak dari mereka melakukan itu karena tidak punya pilihan lain atau juga karena tidak bisa pergi," ujar Yukine sambil memperhatikan beberapa gadis yang sedang menarik pelanggan di tempat bergemelap penuh warna warna itu."Aku mengerti," ujar Geum sambil melemparkan putung rokoknya sebelum keluar.Geum membenahi penampilannya sambil berjalan ke tempat itu baru saja

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   69. Orangnya tidak dibakar sekalian

    Mobil itu kembali membawa Yukine dan Geum menyusuri jalan yang familiar namun kali ini Yukine nampak kurang bersemangat. Geum masih tidak bertanya hanya mengemudikan mobil itu dengan kecepatan 20 Km. Yukine menatap kosong jalanan yang semakin sepi, kepalanya terasa berat sebelah setelah mengetahui fakta jika keluarga itu telah pergi.Pindah ke luar kota tanpa seorangpun yang tahu keberadaannya. Yukine berpikir seperti sedang mencari jarum di tumpukan jerami mencari keluarga itu di bumi Nusantara yang begitu luas ini membuat Yukine sudah pusing duluan."Aku butuh sebuah petunjuk," ujar Yukine sambil memijat kepalanya sendiri. "Mereka tidak mungkin berpindah kota dengan acak bukan? Sepertinya aku akan mencari informasi tentang keluarga paman."Saat Yukine dipusingkan tentang keluarga bibinya pandangannya tanpa sengaja melihat seseorang yang pernah menjadi salah satu sebab akibat hal malang yang pernah menimpa Yukine."Laki-laki itu!" ucap Yukine dengan geram.Geum menoleh pada Yukine ka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   68. Permainan baru saja dimulai

    Yukine tidak tahu apa saja yang dikatakan oleh Geum pada penjaga makam namun saat ini mereka sudah berhasil menguburkan kerangka itu di samping makam kakeknya. Yukine tidak menuliskan apapun pada papan itu membiarkan tetap kosong ketika nanti semua balas dendamnya sudah terbalas maka dengan tangannya sendiri Yukine akan menuliskan namanya di papan itu.Geum sudah selesai bicara dengan penjaga makam namun masih tidak ingin menganggu Yukine yang nampak serius dengan dua makam di depannya. Perempuan itu tidak mengatakan apapun hanya berdiam diri untuk waktu yang lama. Geum sudah terbiasa melihat Yukine hanya diam seperti itu begitu lama yang dilakukannya hanya sabar menunggu perempuan itu bergerak. Sambil menghembuskan asap dari mulutnya Geum menikmati pemandangan pemakaman umum di sore hari menjelang malam itu."Apakah perempuan ini akan bermalam di sini?" tanya Geum dalam hati sambil melirik ke arah Yukine.Matahari perlahan tenggelam ada pergerakan dari Yukine, setelah mengatakan beb

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   67. Kerangka dalam ransel

    Bibir itu merekah ketika membuka pesan yang sejak tadi ditunggunya. Isi pesan itu membuatnya bahagia namun pikirannya menjadi tenang karena orang yang biasa mengirimkan pesan sudah ada kabar."Aku sudah menemukan tengkoraknya." Isi pesan itu di sertai dengan gambar seperti biasa.Selama lima belas hari ini Geum sudah berhasil menemukan banyak bagian tubuh itu namun tetap saja ada yang tidak lengkap seperti bagian-bagian kecil dan kaki kanannya. Geum juga hanya menemukan potongan dua jari yang tidak lengkap dari 20 jari.Ini sudah seperti keajaiban untuk Yukine dan perempuan itu tidak berani menurut lebih dari ini."Aku akan datang besok," balas Yukine.Senyuman itu segera hilang di gantikan dengan sendawa besar. Yukine merasa jika perutnya sangat penuh dan sedikit sulit untuk bernapas dengan benar. Akan tetapi Yukine tetap memaksakan dirinya untuk segera menyelesaikan tugasnya dan segera tidur agar dirinya bisa pergi pagi-pagi sekali besok namun Yukine tidak mengambil kereta paling pa

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   66. Aku tidak lapar

    Yukine memainkan pensil ditangannya, dihadapannya banyak buku-bukunya yang terbuka namun pikirannya tidak berada di tempat melainkan berada jauh di sana. Geum sudah ada di sana selama 15 hari dan setiap hari akan mengirimkan gambar demi gambar dari potongan kecil jasadnya.Tapi hari ini sampai malam Geum tidak ada kabar bukan karena Yukine menunggu kabar baik namun memikirkan orang yang mengirimkan kabar, Yukine tidak khawatir jika hari ini tidak ada kabar tapi menghawatirkan orangnya.Yukine menoleh ketika mendengar pintunya diketuk padahal tidak ditutup."Ibu memanggilmu. Kamu tidak mendengarnya?" ucap Balryu yang ada di pintu."Ada apa?""Makan malam.""Aku masih kenyang."Balryu tidak terbiasa dengan adiknya yang sekarang menolak makanan. Jika itu dulu Fe Fei sering menolak makan malam karena alasan diet namun untuk Yukine yang sekarang diet tidak ada dalam kamusnya sebab itu Balryu perlu membujuk mu untuk turun."Punya banyak tugas?" tanya Balryu sambil menyelonong masuk untuk me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status