Share

70. Membumi hanguskan

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 10:07:37

Geum menikmati nikotin di sela-sela jarinya sambil menatap tempat surga dunia itu, disampingnya perempuan itu bicara cukup panjang kali lebar tentang apa yang harus dilakukannya terhadap tempat itu. Iki adalah kali pertamanya Geum mendengar perempuan itu bicara sangat banyak.

Awalnya ketika Yukine menunjukkan tempat ini Geum sedikit bersemangat karena berpikir jika dirinya bisa sedikit beristirahat melepas penat akan tetapi dirinya salah ternyata tempat ini adalah tempat bermain mereka yang selanjutnya.

"Tidak perlu sampai menyakiti siapapun. Mereka yang bekerja di sini bukan semata-mata karena uang dan mengejar kesenangan banyak dari mereka melakukan itu karena tidak punya pilihan lain atau juga karena tidak bisa pergi," ujar Yukine sambil memperhatikan beberapa gadis yang sedang menarik pelanggan di tempat bergemelap penuh warna warna itu.

"Aku mengerti," ujar Geum sambil melemparkan putung rokoknya sebelum keluar.

Geum membenahi penampilannya sambil berjalan ke tempat itu baru saja mendekati pintu masuk Geum sudah di sambut oleh beberapa gadis. Senyuman mereka begitu menggoda laki-laki itu jika bukan karena misi yang sedang dilakukannya sangat di sayangkan kesempatan seperti ini harus dirusak. Geum membawa dua gadis sekaligus masuk ke tempat itu, menaruh kedua tangannya di pinggang merah.

"Sangat alami," ejek Yukine dari tempat duduknya.

Untuk kedua kalinya Yukine hanya menjadi pengamat ketika Geum beraksi hanya saja saat ini dirinya tidak dapat melihat bagaimana laki-laki itu melakukan aksinya. Yukine tidak terburu-buru menikmati setiap waktu yang berlalu dengan tenang, memainkan korek api di tangan kanannya dan menggenggam kalung yang sudah nampak usang di tangan kirinya.

Kalung itu bukanlah kalung yang bagus dan berharga bahkan jika itu jatuh mungkin orang akan menganggap jika itu adalah sampah namun di tangan Yukine ini salah satu barang yang pernah menjadi saksi keberadaannya. Kalung itu hanya sebuah benang hitam hanya hampir putus dengan bandul perak kecil berbentuk daun semanggi yang ditemukan oleh Geum tersangkut di tulang rusuk kerangka itu terkubur di dasar sungai oleh pasir dan lumpur.

Yukine sudah menggunakan kalung pemberian kakeknya ini bertahun-tahun dan tidak pernah melepaskannya dari lehernya. Tidak pernah berpikir akan melihat barang ini lagi di kondisi seperti ini.

Siang tadi sebelum menguburkan tulang-tulang itu Geum menyuruhnya untuk mengambil sempel untuk menguji kebenaran jika kerangka itu benar milik orang yang di cari oleh Yukine, melakukannya memerlukan dna dari kerabat dan Yukine tidak membutuhkannya dan tidak ingin melakukannya. Yukine yakin jika kerangka yang dikumpulkan oleh Geum adalah kerangka miliknya. Yukine tidak akan bersusah-susah mencari orang-orang itu yang memiliki hubungan darah dengannya dan tuhan sudah memberinya jawaban.

Kalung itu selalu dikenakannya dan barang pemberian kakeknya itu juga terkubur bersama kerangka itu bagi Yukine itu sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan dirinya jika kerangka itu memanglah dirinya. Yukine menatap kalung miliknya.

"Semuanya harus membayar, karma mereka telah tiba," ucap Yukine sambil menggenggam dengan erat kalung itu.

Setelah 50 manit berlalu tiba-tiba ada gelombang orang berhamburan keluar dari tempat hiburan itu.Yukine memperhatikan satu persatu orang-orang yang keluar dari tempat itu dengan segala bentuknya, mereka yang belum sempat bermain dapat keluar dengan pakaian lengkap, ada juga yang menggunakan pakaian lengkap namun berantakan bahkan beberapa yang hanya menggunakan sebagai pakaiannya saja yang lebih parah merasa yang sedang bermain tidak sempat mencari pakaian mereka apalagi menggunakannya maka keluar dengan tergesa-gesa hanya menggunakan selimut untuk menutupi bagian tubuh menjadi.

"Berhasil," gumam Yukine dengan senyuman kecil.

Tempat itu yang awalan begitu damai hanya terdengar sayup-sayup alunan musik kini ketika semua orang keluar dari bangunan itu dan saling bicara, berbisik bahkan berteriak ada juga yang mengumpat ketika melihat kepulan asap naik ke langit malam. Di detik selanjutnya terdengar ledakan hebat di dalam bangunan itu dan orang-orang yang awalnya masih berkumpul di depan mulai berhamburan untuk menyelamatkan diri takut jika ada ledakan lagi dan membahayakan keselamatan mereka.

Ketika semua orang berhamburan pergi untuk menyelamatkan diri mereka sendiri tapi tidak dengan Yukine yang masih santai di tempatnya, ledakan terdengar lagi hingga membumi hanguskan tempat itu. Yukine juga mendengar seseorang untuk menghubungi pemadam kebakaran.

Pintu mobil itu di buka oleh seseorang yang datang dari belakang dan itu adalah sang tokoh utama malam ini, Yukine tidak melihatnya datang dari mana Ming laki-laki itu mencari jalan alternatif lain untuk keluar dari tempat yang hampir sepenuhnya terbakar itu.

"Aku bau asap," ujar Geum sambil menutup pintu mobil.

Geum melepaskan masker, topi dan juga jaketnya yang bau asap ke kursi belakang kemudian menghirup aroma tubuhnya sendiri, sejak mengenal Yukine dirinya lebih sering mengecek aroma tubuhnya meskipun perempuan di sampingnya tidak pernah mengatakan apapun namun ketika berada di sekeliling perempuan cantik dan harum Geum sadar diri jika dirinya tidak boleh berbau seperti ikan asin.

"Kenapa hanya menyuruhku membakarnya saja?" tanya Geum dengan penasaran setelah memastikan aroma tubuhnya masih dapat diterima.

"Cukup untuk hari ini, kita masih bisa bermain di lain hari," jawab Yukine santai.

"Mereka punya begitu banyak pengawal jika aku langsung berhadapan dengan mereka mungkin cukup merepotkan," sahut Geum sambil menjalankan mobilnya.

"Tempat seperti ini memiliki orang-orang kuat dan dengan mengandalkan satu tubuhmu kamu tidak akan sanggup. Hanya perlu sedikit licik untuk berurusan dengan mereka."

"Aku bisa tinggal nama saja," kata Geum yang sudah membawa mobil itu perlahan menjauh.

"Apa yang kamu ledakkan?" tanya Yukine penasaran karena ada dua keli ledakan dari dalam.

"Gas melon."

"Masih ada orang di dalam?"

"Kemungkinan besar tidak ada. Aku mengusir semua orang dengan alarm palsu kemudian aku baru menyalakan api jika masih ada yang terjebak itu karena kesalahannya sendiri."

"Kamu yakin tidak ada orang yang melihatmu?"

"Aku sudah berhati-hati lagipula aku tidak menemukan cctv."

"Bagus," puji Yukine dan itu sudah membuat Geum merasa bangga.

"Aku ingin hadiah," ucap Geum.

"Apa?"

"Aku hanya ingin pulang dan tidur."

"Besok kamu akan mendapatkannya."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   71. Gundukan tanah

    Permainan mereka sudah selesai di kota ini dan pagi ini mereka bersiap untuk pulang, mereka berdua tidak perlu banyak berkemas Yukine maupun Geum tidak membawa banyak barang bahkan Yukine tidak membawa baju ganti laki-laki itu selama berada di sini juga hanya membeli beberapa pakaian saja.Saat keduanya keluar dari homestay itu tidak berharap untuk bertemu dengan orang dikenalnya, Yukine dan laki-laki itu saling pandang, Yukine sedikit terkejut melihat laki-laki itu begitu pula sebaliknya."Fe Fei?" ucap Damar terkejut melihat Yukine.Damar melihat perempuan itu kemudian laki-laki di sampingnya setelah itu melihat dari mana mereka keluar, Damar terus melihat ketiga arah itu secara bergantian."Apa yang kamu lakukan di sini?" Yukine lebih dulu bertanya karena nampak Damar tiba-tiba merasa canggung akibat hal-hal yang ada di otaknya."Aku sedang lewat kebetulan ada pedagang buah di pinggir jalan aku berhenti untuk membeli," ujar Damar sambil menunjuk pedagang yang tidak jauh dari mereka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   70. Membumi hanguskan

    Geum menikmati nikotin di sela-sela jarinya sambil menatap tempat surga dunia itu, disampingnya perempuan itu bicara cukup panjang kali lebar tentang apa yang harus dilakukannya terhadap tempat itu. Iki adalah kali pertamanya Geum mendengar perempuan itu bicara sangat banyak.Awalnya ketika Yukine menunjukkan tempat ini Geum sedikit bersemangat karena berpikir jika dirinya bisa sedikit beristirahat melepas penat akan tetapi dirinya salah ternyata tempat ini adalah tempat bermain mereka yang selanjutnya."Tidak perlu sampai menyakiti siapapun. Mereka yang bekerja di sini bukan semata-mata karena uang dan mengejar kesenangan banyak dari mereka melakukan itu karena tidak punya pilihan lain atau juga karena tidak bisa pergi," ujar Yukine sambil memperhatikan beberapa gadis yang sedang menarik pelanggan di tempat bergemelap penuh warna warna itu."Aku mengerti," ujar Geum sambil melemparkan putung rokoknya sebelum keluar.Geum membenahi penampilannya sambil berjalan ke tempat itu baru saja

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   69. Orangnya tidak dibakar sekalian

    Mobil itu kembali membawa Yukine dan Geum menyusuri jalan yang familiar namun kali ini Yukine nampak kurang bersemangat. Geum masih tidak bertanya hanya mengemudikan mobil itu dengan kecepatan 20 Km. Yukine menatap kosong jalanan yang semakin sepi, kepalanya terasa berat sebelah setelah mengetahui fakta jika keluarga itu telah pergi.Pindah ke luar kota tanpa seorangpun yang tahu keberadaannya. Yukine berpikir seperti sedang mencari jarum di tumpukan jerami mencari keluarga itu di bumi Nusantara yang begitu luas ini membuat Yukine sudah pusing duluan."Aku butuh sebuah petunjuk," ujar Yukine sambil memijat kepalanya sendiri. "Mereka tidak mungkin berpindah kota dengan acak bukan? Sepertinya aku akan mencari informasi tentang keluarga paman."Saat Yukine dipusingkan tentang keluarga bibinya pandangannya tanpa sengaja melihat seseorang yang pernah menjadi salah satu sebab akibat hal malang yang pernah menimpa Yukine."Laki-laki itu!" ucap Yukine dengan geram.Geum menoleh pada Yukine ka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   68. Permainan baru saja dimulai

    Yukine tidak tahu apa saja yang dikatakan oleh Geum pada penjaga makam namun saat ini mereka sudah berhasil menguburkan kerangka itu di samping makam kakeknya. Yukine tidak menuliskan apapun pada papan itu membiarkan tetap kosong ketika nanti semua balas dendamnya sudah terbalas maka dengan tangannya sendiri Yukine akan menuliskan namanya di papan itu.Geum sudah selesai bicara dengan penjaga makam namun masih tidak ingin menganggu Yukine yang nampak serius dengan dua makam di depannya. Perempuan itu tidak mengatakan apapun hanya berdiam diri untuk waktu yang lama. Geum sudah terbiasa melihat Yukine hanya diam seperti itu begitu lama yang dilakukannya hanya sabar menunggu perempuan itu bergerak. Sambil menghembuskan asap dari mulutnya Geum menikmati pemandangan pemakaman umum di sore hari menjelang malam itu."Apakah perempuan ini akan bermalam di sini?" tanya Geum dalam hati sambil melirik ke arah Yukine.Matahari perlahan tenggelam ada pergerakan dari Yukine, setelah mengatakan beb

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   67. Kerangka dalam ransel

    Bibir itu merekah ketika membuka pesan yang sejak tadi ditunggunya. Isi pesan itu membuatnya bahagia namun pikirannya menjadi tenang karena orang yang biasa mengirimkan pesan sudah ada kabar."Aku sudah menemukan tengkoraknya." Isi pesan itu di sertai dengan gambar seperti biasa.Selama lima belas hari ini Geum sudah berhasil menemukan banyak bagian tubuh itu namun tetap saja ada yang tidak lengkap seperti bagian-bagian kecil dan kaki kanannya. Geum juga hanya menemukan potongan dua jari yang tidak lengkap dari 20 jari.Ini sudah seperti keajaiban untuk Yukine dan perempuan itu tidak berani menurut lebih dari ini."Aku akan datang besok," balas Yukine.Senyuman itu segera hilang di gantikan dengan sendawa besar. Yukine merasa jika perutnya sangat penuh dan sedikit sulit untuk bernapas dengan benar. Akan tetapi Yukine tetap memaksakan dirinya untuk segera menyelesaikan tugasnya dan segera tidur agar dirinya bisa pergi pagi-pagi sekali besok namun Yukine tidak mengambil kereta paling pa

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   66. Aku tidak lapar

    Yukine memainkan pensil ditangannya, dihadapannya banyak buku-bukunya yang terbuka namun pikirannya tidak berada di tempat melainkan berada jauh di sana. Geum sudah ada di sana selama 15 hari dan setiap hari akan mengirimkan gambar demi gambar dari potongan kecil jasadnya.Tapi hari ini sampai malam Geum tidak ada kabar bukan karena Yukine menunggu kabar baik namun memikirkan orang yang mengirimkan kabar, Yukine tidak khawatir jika hari ini tidak ada kabar tapi menghawatirkan orangnya.Yukine menoleh ketika mendengar pintunya diketuk padahal tidak ditutup."Ibu memanggilmu. Kamu tidak mendengarnya?" ucap Balryu yang ada di pintu."Ada apa?""Makan malam.""Aku masih kenyang."Balryu tidak terbiasa dengan adiknya yang sekarang menolak makanan. Jika itu dulu Fe Fei sering menolak makan malam karena alasan diet namun untuk Yukine yang sekarang diet tidak ada dalam kamusnya sebab itu Balryu perlu membujuk mu untuk turun."Punya banyak tugas?" tanya Balryu sambil menyelonong masuk untuk me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status