Mobil itu kembali membawa Yukine dan Geum menyusuri jalan yang familiar namun kali ini Yukine nampak kurang bersemangat. Geum masih tidak bertanya hanya mengemudikan mobil itu dengan kecepatan 20 Km. Yukine menatap kosong jalanan yang semakin sepi, kepalanya terasa berat sebelah setelah mengetahui fakta jika keluarga itu telah pergi.
Pindah ke luar kota tanpa seorangpun yang tahu keberadaannya. Yukine berpikir seperti sedang mencari jarum di tumpukan jerami mencari keluarga itu di bumi Nusantara yang begitu luas ini membuat Yukine sudah pusing duluan. "Aku butuh sebuah petunjuk," ujar Yukine sambil memijat kepalanya sendiri. "Mereka tidak mungkin berpindah kota dengan acak bukan? Sepertinya aku akan mencari informasi tentang keluarga paman." Saat Yukine dipusingkan tentang keluarga bibinya pandangannya tanpa sengaja melihat seseorang yang pernah menjadi salah satu sebab akibat hal malang yang pernah menimpa Yukine. "Laki-laki itu!" ucap Yukine dengan geram. Geum menoleh pada Yukine karena mendengar perempuan itu mengucapkan sesuatu secara tidak jelas. Belum sempat bertanya Geum sudah mendengar instruksi dari perempuan itu. "Berhenti," ujar Yukine sambil melepaskan sabuk pengamannya. "Ikuti namun jangan terlalu dekat," imbuhnya sambil keluar setelah mobil itu berhenti. Geum perlu waktu untuk mencerna akan tindakan Yukine yang selalu tiba-tiba dan tidak dapat ditebak. "Perempuan ini," gerutu Geum sambil memperhatikan perempuan itu yang berjalan menjauh dari mobil sambil melepaskan ikatan rambutnya hingga menunjukkan rambutnya yang terurai panjang nan indah. "Kali ini apa lagi yang akan dilakukannya?" tanya Geum pada dirinya sendiri. Dari sudut pandang Geum perempuan itu menghampiri seorang laki-laki yang sedang berbicara dengan seseorang laki-laki tua lainnya namun segera menyadari keberadaan Yukine dengan mata berbinar-binar, senyumannya yang menjijikan saat bicara dengan Yukine membuat Geum yang juga seorang laki-laki begitu ingin memukulnya. Geum tidak menyangka jika Yukine mengikuti laki-laki itu naik ke mobilnya dengan suka rela. Geum ingin mengatakan sesuatu namun teringat akan pesan Yukine sebelum keluar jika dirinya harus mengikutinya dari jauh. Mobil itu berjalan dengan cepat dan Geum terus mengikutinya dari belakang, jalan yang di ambil mobil di depan bukanlah jalan yang semakin besar namun sebaliknya, pemukiman semakin sedikit bahkan penerangan jalan banyak yang sudah tidak berfungsi dengan baik. "Dasar mesum!" umpat Geum ketika mobil itu malah berbelok ke sebuah gudang terbengkalai dan hampir tidak ada penerangan hanya ada cahaya dari lampu mobil mereka, Geum mematikan mobilnya dan turun untuk memastikan jika laki-laki hidung belang itu tidak menyadari keberadaannya, Geum memarkir mobilnya sedikit lebih jauh dan berjalan kaki untuk menghampiri mereka. Tanpa banyak bicara dengan langkah besarnya langsung menuju pintu pengemudi dan membukanya dengan kasar. Sang sopir bingung karena tiba-tiba ada orang yang membuka pintu mobilnya ketika dia sedang melancarkan rayuan maut pada perempuan yang sejak tadi menampilkan raut wajah manisnya dan patuh. Tian berpikir jika dirinya sedang menemukan durian runtuh saat Yukine menanyakan alamat karena sedang tersesat. Penampilan Yukine yang cantik dan nampak sedikit gelisah karena tersesat membuat otak Tian bergejolak. Dengan iming-iming akan membantu perempuan yang sedang tersesat malah membawanya ke tempat sepi dan terbengkalai seperti ini. Fantastis liarnya pada perempuan itu langsung terpatahkan ketika seorang laki-laki datang yang tidak diketahui asalnya menarik bajunya dengan kasar. Belum sempat Tian bertanya pada Geum, sebuah pukulan melayang tepat di matanya. Pukulan yang dilayangkan oleh Geum bukanlah pukulan kosong latihannya selama ini membuat Geum tahu tehnik mengumpulkan kekuatan di genggamannya yang membuat efek menjadi berkali-kali lipat dari pada pukulan biasa. "Kamu gila! Sakit," umpat Tian sambil memegangi matanya. Tian merasa jika matanya seraya akan meledak namun sebelum dapat mencerna pukulan lain sudah datang menghantam perutnya. Tian hanya dapat merintih dan berteriak berharap jika ada seseorang yang akan menolongnya sayangnya itu tidak mungkin terjadi. Tian tahu betul tempat terbengkalai ini sebab itu dirinya membawa perempuan itu kesini, siapa yang menyangka jika mangsa dan pemburu akan berubah dengan cepat. Awalnya Tian seorang pemburu yang membawa seorang mangsa agar tidak ada seorangpun yang akan mengganggu ketika dirinya melakukan eksekusi akan tetapi keadaan berbalik dengan cepat ketika seorang algojo datang merusak rencana. Pukulan Geum mengenai mata, hidup, mulut, perut, dada, rahangnya meskipun sudah melayangkan banyak pukulan Geum masih belum puas padahal tidak ada perlawanan sedikitpun dari pihak lain. Hingga pungkasnya tendangan hebat mendarat ke area terlarang itu hingga membuat Tian jatuh terkapar, saat Geum akan menginjak laki-laki yang sudah terkapar di tanah itu terdengar ketukan di mobil. Geum menoleh dan melihat Yukine mengetuk pintu mobil sebagai tanda jika Geum sudah harus berhenti. Sejak awal Yukine tidak meninggalkan tempat duduknya dan hanya membuka jendela menikmati pertunjukan yang disuguhkan oleh Geum padanya. "Korek api," ujar Yukine pada Geum. Geum sudah melatih pernapasan namun tetap saja setelah berolahraga dadanya nampak naik turun karena napasnya yang memburu. Geum berjalan menghampiri nona besarnya dan menyerahkan korek apinya. Yukine menerimanya kemudian menyalakannya digunakan untuk membakar sebuah map dan menaruhnya di kursi pengemudi. Yukine keluar dengan santai meninggalkan mobil yang perlahan terbakar itu. "Laki-laki itu tidak dibakar sekalian?" tanya Geum sambil mengikuti Yukine meninggalkan lokasi. "Belum saatnya." "Berapa banyak orang yang perlu aku eksekusi?" "Banyak." "Baguslah sudah lama aku ingin memukul orang sampai puas."Permainan mereka sudah selesai di kota ini dan pagi ini mereka bersiap untuk pulang, mereka berdua tidak perlu banyak berkemas Yukine maupun Geum tidak membawa banyak barang bahkan Yukine tidak membawa baju ganti laki-laki itu selama berada di sini juga hanya membeli beberapa pakaian saja.Saat keduanya keluar dari homestay itu tidak berharap untuk bertemu dengan orang dikenalnya, Yukine dan laki-laki itu saling pandang, Yukine sedikit terkejut melihat laki-laki itu begitu pula sebaliknya."Fe Fei?" ucap Damar terkejut melihat Yukine.Damar melihat perempuan itu kemudian laki-laki di sampingnya setelah itu melihat dari mana mereka keluar, Damar terus melihat ketiga arah itu secara bergantian."Apa yang kamu lakukan di sini?" Yukine lebih dulu bertanya karena nampak Damar tiba-tiba merasa canggung akibat hal-hal yang ada di otaknya."Aku sedang lewat kebetulan ada pedagang buah di pinggir jalan aku berhenti untuk membeli," ujar Damar sambil menunjuk pedagang yang tidak jauh dari mereka
Geum menikmati nikotin di sela-sela jarinya sambil menatap tempat surga dunia itu, disampingnya perempuan itu bicara cukup panjang kali lebar tentang apa yang harus dilakukannya terhadap tempat itu. Iki adalah kali pertamanya Geum mendengar perempuan itu bicara sangat banyak.Awalnya ketika Yukine menunjukkan tempat ini Geum sedikit bersemangat karena berpikir jika dirinya bisa sedikit beristirahat melepas penat akan tetapi dirinya salah ternyata tempat ini adalah tempat bermain mereka yang selanjutnya."Tidak perlu sampai menyakiti siapapun. Mereka yang bekerja di sini bukan semata-mata karena uang dan mengejar kesenangan banyak dari mereka melakukan itu karena tidak punya pilihan lain atau juga karena tidak bisa pergi," ujar Yukine sambil memperhatikan beberapa gadis yang sedang menarik pelanggan di tempat bergemelap penuh warna warna itu."Aku mengerti," ujar Geum sambil melemparkan putung rokoknya sebelum keluar.Geum membenahi penampilannya sambil berjalan ke tempat itu baru saja
Mobil itu kembali membawa Yukine dan Geum menyusuri jalan yang familiar namun kali ini Yukine nampak kurang bersemangat. Geum masih tidak bertanya hanya mengemudikan mobil itu dengan kecepatan 20 Km. Yukine menatap kosong jalanan yang semakin sepi, kepalanya terasa berat sebelah setelah mengetahui fakta jika keluarga itu telah pergi.Pindah ke luar kota tanpa seorangpun yang tahu keberadaannya. Yukine berpikir seperti sedang mencari jarum di tumpukan jerami mencari keluarga itu di bumi Nusantara yang begitu luas ini membuat Yukine sudah pusing duluan."Aku butuh sebuah petunjuk," ujar Yukine sambil memijat kepalanya sendiri. "Mereka tidak mungkin berpindah kota dengan acak bukan? Sepertinya aku akan mencari informasi tentang keluarga paman."Saat Yukine dipusingkan tentang keluarga bibinya pandangannya tanpa sengaja melihat seseorang yang pernah menjadi salah satu sebab akibat hal malang yang pernah menimpa Yukine."Laki-laki itu!" ucap Yukine dengan geram.Geum menoleh pada Yukine ka
Yukine tidak tahu apa saja yang dikatakan oleh Geum pada penjaga makam namun saat ini mereka sudah berhasil menguburkan kerangka itu di samping makam kakeknya. Yukine tidak menuliskan apapun pada papan itu membiarkan tetap kosong ketika nanti semua balas dendamnya sudah terbalas maka dengan tangannya sendiri Yukine akan menuliskan namanya di papan itu.Geum sudah selesai bicara dengan penjaga makam namun masih tidak ingin menganggu Yukine yang nampak serius dengan dua makam di depannya. Perempuan itu tidak mengatakan apapun hanya berdiam diri untuk waktu yang lama. Geum sudah terbiasa melihat Yukine hanya diam seperti itu begitu lama yang dilakukannya hanya sabar menunggu perempuan itu bergerak. Sambil menghembuskan asap dari mulutnya Geum menikmati pemandangan pemakaman umum di sore hari menjelang malam itu."Apakah perempuan ini akan bermalam di sini?" tanya Geum dalam hati sambil melirik ke arah Yukine.Matahari perlahan tenggelam ada pergerakan dari Yukine, setelah mengatakan beb
Bibir itu merekah ketika membuka pesan yang sejak tadi ditunggunya. Isi pesan itu membuatnya bahagia namun pikirannya menjadi tenang karena orang yang biasa mengirimkan pesan sudah ada kabar."Aku sudah menemukan tengkoraknya." Isi pesan itu di sertai dengan gambar seperti biasa.Selama lima belas hari ini Geum sudah berhasil menemukan banyak bagian tubuh itu namun tetap saja ada yang tidak lengkap seperti bagian-bagian kecil dan kaki kanannya. Geum juga hanya menemukan potongan dua jari yang tidak lengkap dari 20 jari.Ini sudah seperti keajaiban untuk Yukine dan perempuan itu tidak berani menurut lebih dari ini."Aku akan datang besok," balas Yukine.Senyuman itu segera hilang di gantikan dengan sendawa besar. Yukine merasa jika perutnya sangat penuh dan sedikit sulit untuk bernapas dengan benar. Akan tetapi Yukine tetap memaksakan dirinya untuk segera menyelesaikan tugasnya dan segera tidur agar dirinya bisa pergi pagi-pagi sekali besok namun Yukine tidak mengambil kereta paling pa
Yukine memainkan pensil ditangannya, dihadapannya banyak buku-bukunya yang terbuka namun pikirannya tidak berada di tempat melainkan berada jauh di sana. Geum sudah ada di sana selama 15 hari dan setiap hari akan mengirimkan gambar demi gambar dari potongan kecil jasadnya.Tapi hari ini sampai malam Geum tidak ada kabar bukan karena Yukine menunggu kabar baik namun memikirkan orang yang mengirimkan kabar, Yukine tidak khawatir jika hari ini tidak ada kabar tapi menghawatirkan orangnya.Yukine menoleh ketika mendengar pintunya diketuk padahal tidak ditutup."Ibu memanggilmu. Kamu tidak mendengarnya?" ucap Balryu yang ada di pintu."Ada apa?""Makan malam.""Aku masih kenyang."Balryu tidak terbiasa dengan adiknya yang sekarang menolak makanan. Jika itu dulu Fe Fei sering menolak makan malam karena alasan diet namun untuk Yukine yang sekarang diet tidak ada dalam kamusnya sebab itu Balryu perlu membujuk mu untuk turun."Punya banyak tugas?" tanya Balryu sambil menyelonong masuk untuk me