Share

Bab 6: Rencana Besar Teo Andersen

Penulis: Geanna Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 18:25:50

“Investor klub, Jake Arthur, siapa lagi yang terlibat dalam rencana ini?”

Teo memandangi foto Jake di layar ponselnya. Ia tidak menyangka di balik wajah simetris yang tampan bak model itu, Jake Arthur adalah seorang pria yang bengis. Kini Teo kesulitan menebak langkah Jake selanjutnya.

Langkah Jake mungkin tidak tertebak. Kenyataan itu yang mendorong Teo menelusuri kamar, membuka semua laci, mengacak-acak isi lemari. Ia harus menemukan “sesuatu” yang dapat menaklukkan Jake. Entah apa barang itu, Teo tidak tahu. Namun, Teo yakin pria sekeji Jake pasti menyimpan rahasia.

Dunia hukum yang menyimpan sisi kelam mengajari Teo satu hal: kau harus menggenggam kelemahan dan rahasia lawanmu jika ingin menang.

Kini Teo mencari di sela-sela lemari pakaian yang penuh. Semua isinya berhamburan keluar dan memenuhi lantai. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada yang istimewa selain barang-barang mewah dan perhiasan. 

Saat tengah terpuruk, Teo melihat brankas kecil yang tersembunyi di bagian dalam lemari. Letak lemari itu berada di ujung ruangan dan tampak tidak berguna. Hanya ada barang kuno di dalamnya. Teo merasa agak aneh dan ia pun memeriksa brankas perak itu.

Sesuai dugaan Teo, brankas kecil itu terkunci oleh Holographic Security Panel. Beruntung sistem keamanannya tidak menggunakan kata sandi, tetapi sidik jari. Teo menempelkan ibu jari kanan di panel itu dan bunyi “klik” yang nyaring terdengar.

Brankas terbuka.

Bersamaan dengan brankas perak yang terbuka, pintu kamar pun juga terbuka. Sosok Julia yang tampak kelelahan muncul dari balik pintu. Agak panik, Teo melempar brankas kecil itu ke dalam lemari dan bangkit secepat kilat.

“Sayang, kau sudah di rumah? Biasanya kau menghabiskan malam di studio dan pulang ke rumah menjelang pagi,” kata Julia gugup.

Sebenarnya, Julia gugup karena terkejut menemukan Teo sudah berada di rumah. Teo yang ia kenal biasanya tidak peduli dengan kondisi rumah tangganya.

Teo akan pergi dan pulang sesuka hatinya tanpa peduli pada kehadiran Julia. Namun, sekarang tepat di depan mata Julia, sosok itu berada di kamar dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

“Aku sedang ingin ada di rumah lebih lama,” sapa Teo ramah. “Aku pikir kau akan kesepian jika di rumah sendirian.”

Perkataan Teo membuat Julia semakin heran. Meski ini bukan pertama kalinya Julia melihat perubahan sikap Teo, tetapi separuh hatinya masih berusaha menyangkal.

Terkadang, batinnya masih dipenuhi pertanyaan.

Mengapa Teo tiba-tiba berubah?

Apakah Teo melakukan hal ini dengan maksud tertentu?

Benarkah Teo berubah karena maksud baik?

Julia merasa kacau jika menghadapi perang di dalam batinnya.

“Sayang, mengapa kau melamun?” tanya Teo agak khawatir karena raut wajah Julia tampak begitu lelah.

Lamunan Julia buyar. Ia tersadar kembali dan seketika merasa agak takut saat Teo berjalan mendekatinya. 

“Maaf. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu,” kata Julia dan cepat-cepat mengukir senyum agar Teo tidak salah paham. “Maaf aku baru pulang. Jadwalku padat hari ini. Ada banyak sesi syuting yang harus kuikuti. Maafkan aku.”

Teo hanya menanggapi permintaan maaf itu dengan senyuman. Ia merasa tidak nyaman saat Julia berkali-kali meminta maaf.

“Aku akan segera memasak makan malam untukmu,” kata Julia yang kemudian menaruh tas ke atas meja rias. “Tidak akan lama. Tunggu di sini, ya.”

“Tidak perlu,” tolak Teo yang dalam sedetik sudah meraih lengan Julia. “Kau tampak lelah. Aku tidak ingin membebanimu. Bagiku tiada yang lebih penting selain kesehatanmu.”

Julia yang merasakan kehangatan tangan Teo di lengannya langsung tertegun. Terpaksa ia diam dan mendengarkan suaminya bicara.

“Sekarang lebih baik kau mandi, sayang. Aku tidak lapar. Aku hanya ingin menikmati malam ini bersamamu. Itu sudah cukup bagiku,” kata Teo dengan kata-kata manis yang sekejap sukses meluluhkan hati Julia.

Julia tidak bisa membohongi perasaannya. Ada ledakan asmara yang membuncah di hatinya, tetapi sangat sulit memperlihatkan seluruh isi hatinya di hadapan Teo. Akhirnya Julia hanya mengikuti keinginan Teo dan beranjak pergi dari kamar. Meski begitu, Julia masih tidak bisa melepaskan keraguannya pada Teo.

Setelah kepergian Julia, atensi Teo kembali teralihkan pada brankas peras yang misterius itu. Ia segera membukanya tanpa menimbulkan banyak suara. Sembari sesekali menoleh ke arah pintu, Teo memeriksa isi kotak itu.

Di dalamnya ada lapisan busa pelindung berwarna hitam dengan enam flashdisk yang tertanam di sana. Masing-masing flashdisk diberikan label nama dan betapa terkejutnya Teo saat menemukan flashdisk putih dengan label nama “Jake”.

“Jake? Jake Arthur?” Teo bergumam dan dengan tergesa-gesa membuka laptop.

Selama bermenit-menit kemudian, Teo sibuk di meja kerjanya. Ia memeriksa isi flashdisk putih itu. Isinya jauh lebih mengejutkan dari yang Teo kira. Ada puluhan rekaman di klub dan kamar VIP yang memperlihatkan sosok Jake bersama para wanita.

Tidak hanya satu wanita, tetapi puluhan.

Teo mengenali wajah beberapa wanita. Mereka adalah artis yang di masa depan menduduki puncak popularitas. Sisanya tidak berhasil ia kenali, tetapi Teo yakin bahwa wanita-wanita asing itu adalah tamu di klub.

Tampaknya, video-video itu diambil di luar pengetahuan pihak wanita. Pasalnya, terlihat seperti video yang diambil dari sudut tersembunyi.

Apakah Jake melakukan ini untuk tujuan tertentu?

Teo tidak ingin berpikir panjang lagi, ia langsung menyimpan flashdisk itu dengan aman. Merapikan semua barang-barang yang berantakan dan kembali duduk di atas kasur.

Meskipun terlihat tenang, kepada Teo dipenuhi dengan tanda tanya dan rencana. Yang jelas, ia akan menggunakan file-file itu untuk menekan Jake.

Tak lama, Julia kembali muncul dari balik pintu kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka.

Rambut setengah basah terurai, kulit putih bersih dengan aroma mawar dari sabun mandi, tubuh langsing tinggi yang dibalut dengan jubah mandi putih, sukses mencuri perhatian Teo.

Julia Emaline, kau benar-benar seorang dewi.

“Ada apa?” tanya Julia dengan sedikit keraguan. Tatapan Teo, baginya terasa agak aneh.

“Kau … cantik sekali,” jawab Teo, matanya tidak beralih sedikitpun dari sosok Julia.

Julia semakin merasa aneh. Ini benar-benar bukan Teo yang ia kenal.

“Teo, kau … kau benar-benar berbeda.” Pada akhirnya, Julia tidak bisa lagi menahannya. “Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?”

“Tidak ada, sayang. Aku hanya merasa, seharusnya aku tidak melakukan hal-hal buruk itu kepadamu. Aku sudah katakan sebelumnya, aku akan berubah,” jelas Teo.

Namun, baru saja Teo akan bangkit untuk mendekati Julia, ponselnya lebih dulu berbunyi.

Sebuah pesan singkat yang masuk ke ponsel Teo sukses membuat mata Teo terbelalak. Ia bahkan menggenggam erat ponselnya, seolah akan meremukkan benda persegi panjang itu menjadi serpihan.

[Jake Arthur: Teo, kalau kau benar-benar akan mengacaukan rencana awal kita, aku tidak akan segan-segan melakukan sesuatu pada Julia.]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
helpi
gila gila bngt sih
goodnovel comment avatar
ninis
omg plot twistttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 87: Teo Akhirnya Pulih

    Di ruang interogasi yang sunyi, Samuel duduk terdiam, tangan diborgol ke meja besi yang dingin. Ia merasa seluruh tubuhnya berat, seolah dunia ini sudah jatuh padanya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kacau. Tidak ada lagi Jake yang bisa diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar yang jelas.Pintu ruang interogasi terbuka, dan Aarav masuk dengan wajah serius. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di seberang Samuel, memandangnya tajam. Samuel menatapnya, mencoba membaca ekspresi di wajah pria itu. Tapi Aarav hanya diam, menyusun kata-kata."Aku tahu kau merasa terjebak, Samuel," akhirnya Aarav berkata, suara tenang namun penuh penekanan. "Tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menghindari hukuman yang lebih berat."Samuel menggigit bibir bawahnya, tak tahu harus berkata apa. Selama ini, ia selalu berusaha untuk bisa mengontrol segalanya, tapi kini ia berada dalam situasi yang benar-benar di luar kendalinya.Aarav melanjutkan, "Kau tahu bahwa Jake bukan orang yang bisa kau percayai. Ka

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 86: Penyelamatan Tak Terduga

    Samuel merasakan udara dingin yang menusuk tulang ketika mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah vila mewah di tengah hutan. Kepalanya masih pening setelah melarikan diri dari kantor polisi, dan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin ia berhasil kabur secepat ini? Siapa yang mengatur semua ini?Pintu mobil terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar menariknya keluar. "Masuk," perintah pria itu dengan suara berat.Samuel mengatur napasnya dan melangkah ke dalam vila. Interiornya mewah, dengan dinding kayu berukir dan lampu gantung kristal yang menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Namun, semua kemewahan itu tak mengalihkan perhatiannya dari sosok pria yang duduk dengan santai di kursi kulit berwarna hitam di tengah ruangan.Jake Arthur.Samuel terbelalak. "Jake?!"Jake tersenyum kecil. "Senang melihatmu lagi, Sam. Sudah lama sekali, ya?"Samuel tetap berdiri kaku, matanya tak lepas dari pria yang seharusnya masih berada di balik jeruji besi. "Bagaimana... bagaimana

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 85: Melarikan Diri

    Samuel duduk di kursi interogasi dengan tangan terborgol di depan meja baja dingin. Wajahnya tegang, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Aarav dan Nick berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Pengacara Samuel duduk di sampingnya, sesekali berbisik dan menyuruhnya diam."Samuel, kita tahu semua permainanmu," Aarav memulai, suaranya penuh tekanan. "Kami sudah melacak rekeningmu, melihat transaksi mencurigakan, dan menghubungkan semua titik. Uang yang kamu dapatkan dari eksploitasi artis itu? Kami akan mengembalikannya ke pemiliknya."Samuel menggertakkan giginya, jelas tidak senang dengan kenyataan itu. "Kamu tidak bisa begitu saja menyita uangku! Aku bekerja keras untuk itu!"Nick tertawa sinis. "Kerja keras? Maksudmu, memanfaatkan orang lain, memperlakukan mereka seperti barang dagangan, dan meraup keuntungan dari penderitaan mereka? Itu bukan kerja keras, itu kejahatan."Samuel menatap Nick dengan penuh kebencian. "Kau pikir kau lebih baik dariku, Rayson? Aku tahu siapa kau. Mant

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 84: Interogasi yang Rumit

    Aarav duduk di seberang Samuel di ruang interogasi yang remang-remang. Tangannya bertaut di atas meja, ekspresi wajahnya dingin namun penuh kewaspadaan. Di sampingnya, seorang petugas mencatat setiap kata yang diucapkan. Sementara itu, Samuel duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah-olah ia tidak merasa terancam sama sekali."Samuel," Aarav memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "Kami sudah punya cukup bukti yang mengarah kepadamu dalam kasus percobaan pembunuhan Teo. Mobil yang digunakan dalam tabrakan itu ditemukan di rumahmu. Jejak lumpur di mobilmu sama persis dengan lumpur di lokasi kecelakaan. Apa kau masih mau menyangkal?"Samuel mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mobil itu memang ada di rumahku, tapi siapa pun bisa menggunakannya. Bisa saja ada orang lain yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku."Aarav terkekeh sinis. "Itu alasan yang buruk. Kami juga menemukan rekaman CCTV di kafe tempat kau mampir sebelum ke

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 83: Bantuan dari Julia

    Julia duduk di tepi tempat tidur rumah sakit Teo, tangannya masih gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Nick berdiri di dekat jendela, matanya mengamati langit yang mulai gelap. Aarav, yang baru kembali dari penyelidikannya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.“Samuel bukan orang baik, Aarav,” kata Julia tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik.Aarav mengalihkan perhatiannya kepadanya. “Apa maksudmu?”Julia menghela napas, menatap Teo yang masih terbaring lemah di tempat tidur. “Dia terlibat dalam eksploitasi artis. Aku tahu karena aku hampir menjadi korbannya.”Nick dan Aarav saling bertukar pandang. Nick akhirnya mendekat dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Julia?”Julia menelan ludah, mengingat kembali pengalaman buruk itu. “Dulu, sebelum aku mencapai puncak karierku, ada satu masa ketika aku diajak menghadiri acara eksklusif yang diselenggarakan oleh orang-orang berpengaruh di industri hiburan. Aku diberi tahu bahwa acara itu bisa membantuku mendapatkan lebih banyak p

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 82: Tersangka Utama

    Julia bergegas memasuki rumah sakit dengan wajah panik. Napasnya tersengal-sengal setelah berlari dari tempat parkir. Ia hampir tidak bisa percaya ketika Nick menelepon dan memberitahunya bahwa Teo mengalami kecelakaan parah dan harus menjalani operasi akibat pendarahan di otak. Julia menggenggam erat ponselnya, tangannya gemetar saat mencoba mencari tahu di mana Teo dirawat.Nick yang sudah menunggunya di lobi segera menghampiri Julia."Julia... akhirnya kamu datang," kata Nick dengan suara lembut, berusaha menenangkan.Julia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Teo... bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"Nick menghela napas panjang. "Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi dia masih belum sadar. Kita hanya bisa menunggu."Julia merasa jantungnya mencelos. Ia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU di mana Teo dirawat. Melihat Teo terbaring dengan wajah pucat, selang infus menancap di lengannya, dan alat bantu m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status