Suara seruan Anggie dan Dave berlari-lari dengan bertelanjang kaki di atas pasir putih yang begitu jernih membuat keseruan dua bocah sebaya itu tampak begitu menyenangkan.
Rencana Matheus untuk mengajak liburan putri kecilnya bersama Clara, Dave dan Anna serta putranya, akhirnya terlaksana. Setelah sebelumnya Dave sempat mengunjungi Marvin yang tengah gelisah memikirkan kisah cinta segitiganya yang semakin rumit di saat pria paruh baya itu mulai memperjuangkan wanitanya.
Dave menyetujui ide brilian Matheus meski ia tahu ada rencana lain selain untuknya mendekatkan diri dengan Anggie. Namun, benar kata pepatah yang mengatakan sekali dayung, dua tiga pulau dapat dilalui.
Pemilihan tempat yang tepat dari seorang bisnis woman seperti Anna memang tak dapat diragukan. Wanita itu sudah lama ingin mengajak putranya berlibur ke pantai. Menenangkan hati dan menjernihkan pikiran dari masalah hidupnya, sekaligus membuat momen kebersamaan dengan sang buah
Perjalanan pulang yang begitu mendadak membuat liburan mereka batal begitu saja. Semua persiapan untuk menghabiskan liburan bersama gagal dalam semalam. Dan kini keadaan semakin rumit dan sulit untuk diselesaikan.Clara bahkan tak berhenti menangis di sepanjang perjalanan pulang bersama Dave. Dia terus merasa bersalah dan menyalahkan dirinya.Bayangan kecewa dari netra biru laut milik Anggie terus membekas di benak Clara. Dilengkapi dengan lapisan air bening dan ucapan menyayat hati yang terdengar begitu menyakitkan."Whydidyoulie to me?You're not My Mommy.She hasn'tbeen around since I was born.Then why did you admit it?" Rentetan pertanyaan terlontar di bibir mungil Anggie, dengan rengekan dan lirihnya suara kecil itu.Clara baru saja kembali setelah menenangkan Anna. Namun nyatanya kini dirinya yang butuh ketenangan. Ketika sergahan terlonta
Dave dan Clara terlihat sibuk bergulat di dalam dapur, keduanya sangat antusias untuk membuat sebuahcupcakesebagai permintaan maaf pada Anggie. Berharap bocah perempuan itu melunakkan hati dan mau memberi maaf.Dave terlihat serius mengaduk adonan dan mengikuti arahan dari Clara. Beberapa menit kemudian, keduanya menatapcup cakeyang sudah selesai dengan hiasan bertuliskansorryberwarnapinkdanpeach.Bunyi pintu yang terbuka membuat mereka tersadar akan kehadiran bocah yang ditunggu. Berharap anak itu sudah membaik dan mau bicara dengan Clara atau setidaknya pada Dave agar ia bisa membujuknya."Anggie, kau sudah tiba. LihatlahMomdan Mose membuat—""—Aku lelah dan aku ingin tidur," ujar Anggie menyela ucapan Clara.Sontak Clara terdiam dalam posisi berjongkok. Tangannya yang hendak memeluk Anggie, kini mengu
Dave tercengang melihat Clara menuruni anak tangga secara perlahan dengan mengenakan gaun yang tampak elegan dan membuat wanita itu berkali lipat cantik menggunakan riasan wajah tipis dan rambut tertata rapi, memperlihatkan leher jenjang yang tampak indah dengan kalung berbandul permata biru, seperti irish matanya."Wow…" gumam Dave begitu terpesona dengan penampilan Clara malam ini.Malam di mana ia mengajak Clara makan malam sebagai bayaran karena telah berhasil membujuk Anggie beberapa hari yang lalu. Kini bocah itu sedang menginap di rumah grandpa dan grandma Desmond untuk menceritakan kisah Maggie pada Anggie.Momen itu digunakan Dave dengan sangat baik. Merancang makan malam sempurna walau ia memaksa dan rela dikatakan sebagai pria bayaran, sebab memang ia meminta bayaran atas jasanya membujuk Anggie."Ada apa denganmu, Mousie? Apa aku berlebihan? Aku akan ganti—""—No! You looks perfect, Cattie." Dave mendekati Clara dan m
Dave mengejar Clara dengan segera menaiki mobil dan melajukannya meninggalkan restoran yang sepi dari pengunjung, karena memang benar, ia menyewanya dalam beberapa jam hanya untuk memberikan kejutan melamar Clara.Namun kini semua itu tak penting, sekarang ia harus mengejar wanitanya dan memberikan pengertian pada Clara, untuk memahami tujuannya mengajakdinnerromantis.Dave menghentikan mobilnya tepat di belakang taksi yang dinaiki Clara. Sedan putih itu berhenti di depan mini market dan menuruni Clara yang langsung masuk ke dalam. Dave menggunakan kesempatan itu untuk mengejar dan mengajak Clara berdamai.Dengan perlahan Dave berjalan di belakang Clara yang mencari sesuatu dari deretan lemari pendingin tempat menyimpan minuman hingga menemukan sebuahfreezerberisi anekaice cream.Dave tersenyum mengetahui kebiasaan Clara yang akan mencariice creamdalam keadaan apapun. Ia mendeka
Dave meletakan segelas coklat hangat di atas nakas. Mengusap lembut punggung Clara yang merenung meratapi tangis saat menceritakan sesuatu yang tak bisa ia sembunyikan lagi kali ini.Riwayat keguguran yang dialaminya beberapa tahun lalu, membuatnya harus menerima bahwa pernyataan dokter memperkirakan dirinya akan kesulitan untuk hamil. Rahimnya bermasalah dan akan sulit untuk dibuahi secara alami dan hal itu tak akan diketahui sampai dia memiliki pendamping yang siap menerima kenyataan itu dan mau berjuang untuk mencobanya dengan usaha yang panjang dan berat.Beruntung Dave memahami dan meyakinkan dia untuk tetap optimis dan berjuang bersama untuk bisa mengubah takdir menjadi lebih baik."Jangan terlalu kau pikirkan, Cattie. Dengar...." Dave menjeda ucapannya dan duduk di hadapan Clara, "Manusia boleh menerka kesehatan, karier dan kedudukan kita di dunia. Tapi yang mengkehendaki tetaplah sang Pencipta."Clara menatap Dave yang sungguh begitu dewasa menang
Dave menghentikan mobil tepat di halaman depan kediaman Desmond. Tempat Matheus dan Anggie bermalam. Mereka menghampiri untuk bertemu sapa dengan ayah dan ibu angkat Clara yang telah lama banyak membantunya untuk hidup layak seperti Maggie.Halaman rumah yang memiliki tanaman hias berwarna hijau dan dengan deretan pot bunga mawar yang tertata rapi menandakan pemilik rumah yang begitu apik menatanya. Seketika Dave mengingat rumahnya saat masih kecil berusia sekitar tujuh tahunan yang memiliki banyak tanaman hias seperti itu.“Ayo, Mousie. Kita masuk,” ajak Clara“Ehm… ya,” jawab Dave.Dave mengikuti Clara yang bergegas masuk untuk menemui Anggie. Sampai saat Dave dan Clara tiba di ruang makan yang terdapatMr.&Mrs.Desmond sedang menyuapi Anggie yang begitu lahap menikmati sarapannya."Mom,Dad…" sapa Clara."MyDear
Dave mengabari Clara bahwa untuk beberapa minggu ini dia tak akan bisa kembali ke rumahnya. Demi mengurus perusahaan Marvin yang saat ini sedang mengalami musibah kecelakaan ditambah hilangnya wanita bernama Aleandra.Dia bersyukur Clara mengerti dan memahami keadaan keluarga yang lebih membutuhkannya. Maka dari itu Clara tak ingin mengganggu kesibukan Dave. Akan tetapi yang membuat Clara saat ini merenung di sudut kafe adalah ucapan yang berbunyi sebuah janji. Perkataan Dave yang ingin segera menikahinya tanpa syarat, sekalipun kelak tak bisa memiliki keturunan."Mungkinkah benar kau sungguh tak masalah dengan itu, Mousie?" gumam Clara. Ia menatap ponselnya sambil memutar sedotan di gelas minuman manisnya lalu menyedot minuman tersebut.Clara melihat pesan-pesan yang dikirimkannya pada Dave yang hanya mendapat balasan seadanya. Clara mencoba berpikir, mungkin Dave memang sesibuk itu mengurus perusahaan Marvin dan memonitor usahanya di Manhattan dari jarak jauh.
Clara tersentak saat ia baru saja keluar dari kamar. Setelah membereskan pakaian ke dalam kopernya untuk bergegas ke kediaman Desmond, agar lusa ia sudah bisa pergi ke Manhattan bersama Matheus dan Anggie."Kau ingin pergi tanpaku?" desis suara pria yang begitu ia rindukan."A-aku hanya ingin mengunjungi ayah dan ibuku, Mousie. Hanya beberapa hari setelah itu aku akan kembali," cicit Clara bersusah payah merasa terintimidasi dengan tatapan tajam dari Dave.Dave memang menatapnya begitu tajam dengan sorot menyelidik, mencari tahu apa yang hendak dilakukan Clara di Manhattan. Sampai berdetik kemudian Dave menyerah dengan terus menerka pikiran Clara. Dia bukan seorang cenayang yang dapat mengetahui isi kepala seseorang.Tangan Dave terulur untuk mengusap lembut pipi Clara. Wanita yang begitu ia rindukan untuk menemani kesibukannya malah akan pergi menjauh darinya."Maaf karena mengabaikanmu selama dua pekan ini. Kau tak tahu, aku bahkan hanya tidur em