Share

04. Seperti Dejavu

Penulis: Chani yoh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-01 13:41:23

Seperti enam tahun lalu, poster-poster yang serupa juga berjejer di sepanjang jalan dan di billboard-billboard besar.

Hanya saja kali ini Vicco menjadi calon Gubernur, sedangkan enam tahun lalu dia menjadi calon wakil gubernur.

Hati Tamara terasa bagai diremas kuat.

Dia adalah korban keserakahan Vicco.

Dia kehilangan mahkota yang dia jaga sebagai seorang wanita pada pria asing yang tak dia inginkan sehingga dia diusir keluarganya saat rahimnya membuahkan benih pria asing itu.

Saat Tamara berjuang melahirkan triplet, Vicco dilantik menjadi wakil gubernur.

Belum cukup sampai di sana, atas dukungan Vicco, Darla juga mencuri rancangan gaun pengantin karya-nya lalu menjadikan rancangan itu sebagai karyanya sendiri.

Darla mendapatkan pujian dan hadiah bonus dalam jumlah besar, sedangkan Tamara dipecat karena dianggap tak mampu bersaing secara sportif sehingga dia menebar fitnah pada Darla.

Selain itu juga, selama lima tahun ini Vicco menikmati kehidupan gemilangnya sebagai wakil gubernur. Orang-orang memujanya sebagai pria berbakat yang menjadi wakil gubernur termuda.

Tapi orang-orang tidak mengetahui ada kebusukan besar yang dilakukan Vicco demi mencapai posisinya itu.

Dan Tamara lah yang harus menanggung semuanya.

Tamara takkan melupakan dendam ini.

Tamara mengepalkan kedua tangannya. Rasanya dia sangat tidak rela.

Tapi dia juga tidak memiliki bukti untuk menyeret Vicco jatuh dari jabatan ternamanya saat ini.

Apalagi, Tamara menebak pastilah masih ada Tuan Kozlov yang menyokong Vicco di belakang sehingga Vicco terus bersinar dan bisa mencalonkan diri menjadi Gubernur.

Tamara terpaksa menekan segala kesedihan dan sakit hatinya.

Untuk saat ini, dia hanya fokus pada pekerjaannya.

Selain harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, Tamara juga masih harus mencari tambahan uang untuk biaya perpanjangan sewa tempat tinggal serta uang sekolah triplet yang setengah tahun lagi mulai sekolah.

Memikirkan tentang Travish, Thea, dan Tilly, sekalipun mereka merupakan benih dari pria yang sama busuknya dengan Vicco, Tamara tetap mencintai mereka sepenuh hati dan jiwa.

Semangat juang Tamara pun jadi menyala-nyala.

...

Tiba di butik, Tamara gegas melakukan pekerjaannya.

Jika enam tahun lalu Tamara adalah asisten perancang busana, kali ini Tamara adalah asisten butik.

Tugasnya melayani pelanggan, mengambilkan gaun yang mereka inginkan, membantu pelanggan dalam mengenakan gaun selagi pelanggan melakukan dress fitting, juga mencatat keluhan pelanggan tentang gaun serta revisi yang diinginkan pelanggan.

Singkat kata, karier Tamara turun drastis dari 6 tahun lalu. Tapi Tamara tidak menyerah. Hidup terus berjalan dan dia membutuhkan pemasukan untuk membesarkan kembar tiganya yang tercinta.

“Tamara!” panggil atasannya, Ny. Julia.

“Ya, Bu?” sahut Tamara sambil menghampiri Ny. Julia.

“Sebentar lagi ada pelanggan VIP yang ingin melihat gaun pengantin kita. Dia akan menikah dalam waktu satu bulan ini. Tolong layani dia dengan baik. Aku harus ke sekolah menjemput putriku dulu. Dia mendadak sakit dan muntah-muntah di sekolah. Akan kuusahakan kembali ke sini sebelum pelanggan ini pulang.”

“Baik, Bu,” sahut Tamara lagi.

Kebetulan hari ini ada dua karyawan lain yang absen. Karena itulah Tamara kebagian mengambil alih seluruh klien. Beruntung klien hari ini tidak sebanyak biasanya.

“Baiklah, Tamara. Aku pergi dulu. Nama pelanggan kita itu Miss El-Mia.”

“Baik, Bu.”

Ny. Julia pun pergi meninggalkan butiknya ke tangan Tamara.

Tak lama kemudian seorang wanita cantik, berkulit putih bagai porselen, berambut pirang panjang dan berombak indah, memasuki butik Ny. Julia.

Wanita itu beraura sosialita, dengan gaun yang cocok untuk pesta, yang minim, dan membalut ketat di tubuhnya, wanita itu membiarkan hentakan sepatu high heelsnya bergema sebagai penanda kehadirannya.

Dia menaikkan kacamata hitamnya di kepala seraya memandang sekeliling butik ketika sudah tiba di ruang depan butik, tempat berbagai gaun-gaun pesta dipajang.

Mendengar itu, Tamara gegas keluar dan menyambut.

“Selama siang, Miss,” sapa Tamara dengan penuh hormat.

Karena Bu Julia sudah menyebut namanya dengan Miss El-Mia, maka Tamara pun bisa menyebutnya dengan panggilan ‘Miss.’

Hanya saja, begitu Miss El-Miamenoleh dan bersitatap dengan Tamara, wanita itu seperti membeku di tempat selama sesaat.

Tamara terheran dan menatapnya lebih intens.

“Selamat siang. Anda pasti Miss El-Mia. Saya asisten butiknya Ny. Julia. Bu Julia sudah meminta saya untuk melayani Anda yang ingin melihat-lihat gaun pengantin Anda.”

Mendengar kata-kata Tamara, Miss El-Mia terkesiap.

Dia mengepakkan kelopak matanya dengan cepat sehingga bulu mata lentiknya yang tebal bergerak cepat.

Dia menatap Tamara lagi lalu perlahan mengembangkan senyum.

Tapi senyum itu ternyata senyum sinis saat suaranya bergema sengaja dilambat-lambatkan.

“Kamu benar. Saya adalah El-Mia yang sudah membuat janji dengan Ny. Julia. Beliau berkata akan menjamu dan menyajikan gaun-gaun premium yang terbaik.

Sayang sekali kalau saat ini malah pelayan sepertimu saja yang menyambutku. Ini keterlaluan!”

Tamara terkesiap dengan apa yang dikatakan Miss El-Mia. Belum apa-apa wanita ini sudah menyiratkan aura permusuhan.

“Maaf, Miss El-Mia, bukan begitu maksud Bu Julia. Putri beliau yang masih kecil tiba-tiba mengalami muntah di sekolah sehingga harus lekas dijemput. Tapi beliau berjanji akan segera kembali ke sini untuk melayani Anda, Miss.”

Mendengar penjelasan Tamara, Miss El-Mia bukannya senang tapi malah semakin sinis memandangi Tamara.

Dia menaikkan dagu lalu dengan keras menghardik Tamara, “Kamu pelayan kurang ajar! Beraninya kamu memanggilku ‘Miss’. Apa kamu pikir aku teman nongkrongmu sehingga kamu bisa memanggilku begitu? Kamu tidak tahu siapa calon suamiku, hah? Dasar tidak tahu etika!

Aku akan mengadukan sikap kurang ajarmu ini pada boss-mu!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Fera Wati
saya mw crita novel Istri figuran Presdir Arogan
goodnovel comment avatar
Yessy Susanti
Miss it s Darla x y mka ny die sinis sm Tamara
goodnovel comment avatar
Herna Erna
lah, mabok si miss ya, harusnya panggil apa atuh....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Kelahiran (End)

    Hari berlalu seperti sekelebat cahaya.Dalam sekejap saja Tilly sudah memasuki masa-masa menanti kelahiran.Tapi Tamara merasa tidak puas.“Ini sudah hampir melahirkan, tapi kamu tidak membuat baby shower?” tanyanya yang penasaran dengan jenis kelamin cucunya ini kelak.“Nanti saja, Mom. Baby showernya saat sudah lahiran saja.”“Haiizz, Tilly, Mom kan penasaran jenis kelamin anakmu.”“Nanti saja, Mom. Simpan saja rasa penasaran itu. Hehehe.”Tamara hanya tersenyum masam. Di sana hadir Jane juga yang ikut tersenyum masam.Saat Tamara melirik Jane, dia bertanya lewat lirikan matanya.“Aku tidak tahu, Aunty. Jangan tanya padaku. Tilly benar-benar tidak memberitahuku. Aku rasa cucu anda ini akan berbakat menjadi seorang intel atau agen rahasia. Karena Tilly benar-benar penuh rahasia sejak dia hamil.”“Ha? Begitu ya?” Tamara membuang napasnya jauh-jauh dengan gaya yang berlebihan.Lalu setelah itu mereka semua tertawa. Trevor menyeletuk, “Aku sangat setuju kalau cucuku berbakat jadi intel.

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Kehamilan ... (2)

    “Lalu bagaimana dengan morning sick mu yang sepanjang hari kau rasakan? Apa kata dokter?” celetuk Tamara sekalian mengalihkan pembicaraan mereka dari topik yang terlalu dibuat-buat Trevor.Mendengar itu, malahan Tilly dan Sergio terperangah.“Oh ... iya ya ... kita kan mau bertanyaa pada dokter tentang itu ya ... tapi malah lupa ...”“Ya ampun. Jadi kalian tidak bertanya tentang morning sickness mu itu sama skeali?” celetuk Trevor dengan memasang wajah mencela.Tilly dan Sergio hanya bisa terkekeh menertawakan kepikunan mereka sendiri. ***Hari-hari kehamilan berikutnya berjalan dengan unik dan penuh keribetan.Dimulai dari Sergio yang memperlakukannya seperti porselen mudah pecah, yang setiap kali dia bangkit dari kursi langsung dipapah seakan-akan Tilly sudah nenek-nenek 120 tahun.Padahal perutnya saja belum juga buncit.Satu lagi adalah perhatian berlebih dari ayahnya, juga over protektif yang dia rasakan dari ayahnya itu.“Jangan ke mana-mana sendirian, Tesoro ...”“Tentu! Ak

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Kehamilan ... (1)

    Saat tiba di kamar untuk beristirahat, Sergio masih seakan tak percaya dengan berita yang dikabarkan Tilly.Hamil ...Hamil!!!Rasanya dia ingin terbang dan berputar-putar di udara seperti balon besar yang tiba-tiba terlepas dari ikatannya sehingga terbang tanpa arah dengan cepat.Sergio ingin mengekspresikan kegembiraannya seperti itu.“Daddy di sini ...” katanya sambil menangkupkan telapak tangannya di perut Tilly yang masih rata.“Oh ... ini paling-paling baru berapa minggu. Mana mungkin dia sudah bisa mendengar suararmu ...” ledek Tilly dalam kekehannya.“Tidak apa-apa. Dia mendengar atau tidak aku tetap ingin bicara sedini mungkin pada bayi kita.”Tilly tersenyum bahagia dan membiarkannya.Saat akan tidur, Sergio memeluknya dengan kehati-hatian melingkarkan tangannya di perut Tilly.“Apa yang kau rasakan? Katanya kalau hamil itu morning sick. Kau tidak muntah-muntah,” ucap Sergio sambil mengusapkan ujung hidungnya di pipi Tilly.“Aku beruntung tidak morning sick. Tapi ya morning

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Togetherness (3)

    Gelak tawa kembali terdengar menderu, membuat wajah Raffaele semakin masam.Di tengah-tengah itu, Tilly bangkit dari kursinya untuk ke toilet.“Biar aku temani,” ujar Sergio menawarkan diri, tapi Tilly tidak bersedia.“Tidak apa-apa. Kau di sini saja.”Dia lalu langsung berlalu dan Sergio pun tetap tinggal di meja makan.Ketika lima menit berlalu, Tamara pun menyusul Tilly.Dia menunggu Tilly di depan toilet. Ketika Tilly keluar, Tamara menghampirinya.“Kamu baik saja? Kau terlihat agak sedikit pucat.”“Iya, Mom. Aku baik saja, hanya badanku memang terasa sedikit kurang sehat.”“Kenapa memaksakan diri? Lebih baik langsung ke kamar, berisitirahat, Tilly.”Tilly tersenyum. “Aku masih ingin di tengah-tengah kalian.”“Ya, Tilly, besok kita masih bisa berkumpul lagi.”“Aku tahu, Mom.”Mereka kembali ke ruang makan. Makan malam tinggal sebentar lagi saja setelah selesai, mereka kembali ke ruang duduk, berbincang sambil duduk-duduk di sana.Saat itulah, Tilly pun tiba-tiba berdiri di antara

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Togetherness (2)

    Barulah saat mendengar kalimat ini, Trevor membelalak. “Apa? Kalian tega tidak merestui aku dan mommy kalian? Coba lihat wajah mommy kalian berbinar sampai-sampai sinar berlian pun kalah terang.”Tilly dan Thea yang berusia 6 tahun lebih memberengut dan melipat kedua tangan mereka. Sedangkan Travish menyeletuk sehingga ayah mereka lebih terdiam lagi.“Berlian tidak bersinar, tetapi memantulkan cahaya!”Trevor melotot. “Kau ...!!!”Kala itu Travish hanya menjawabnya dengan mengedikan bahunya.“Baiklah, aku tentu tidak akan menolak jika kau memang berniat tulus mentraktir kami semua. Biarkan kami yang memilih menunya!”“Tentu saja!” sahut Travish enteng.Lalu Tilly dan Thea pun kembali berbincang sebagai dua saudari yang telah lama tak berjumpa.Ada banyak yang akan mereka perbincangkan.Tilly masih sempat menyambung topik tentang ayah mereka tadi, “Rencanamu tadi, tentu saja aku mendukungmu! Cukup aku yang mengalami ini semua, walaupun hasilnya baik, tapi membayangkan sebelum hasil ter

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Togetherness (1)

    Selepas liburan, keluarga sudah menunggu mereka di kediaman Kakek Rod.Acara akhir tahun menjadi hal yang dinanti dan moment berkumpulnya seluruh keluarga Kozlov.Tilly bangun pagi itu, sebelum mereka menuju mansion Kakek Rod dan merasakan seluruh tubuhnya penuh semangat tapi juga terasa berat, seperti ada yang tidak beres dengan tubuhnya.Tilly tidak mengerti tapi dia berusaha untuk terlihat biasa saja, terlihat sehat dan bugar.“Kau tidak apa-apa?” tanya Sergio ketika melihat wajah tidak biasa Tilly.“Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit pusing.”“Kita bisa memundurkan kedatangan kita ke rumah kakekmu,” tawar Sergio seraya merangkul Tilly dan memeluknya.“Tidak. Aku sudah tak sabar ingin bertemu mereka semua.”“Baiklah. Tapi kau harus minum obat.”“Iya, kalau begitu nanti kita mampir di apotek, ya?”“Oke. Begitu juga bagus.”Mereka bersiap lalu melakukan perjalanan. Seperti yang diminta Tilly mereka singgah di apotek dan Tilly yang turun membeli obat-obatannya.Setelah itu, perjalanan k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status