Share

Triplet Rahasia: 220

Author: Chani yoh
last update Last Updated: 2025-06-01 19:34:29

“Jangan melewati batas ini!”

Tamara menggambar garis batas dengan telapak tangannya digoreskan ke atas tempat tidur.

Dia membagi dua tempat tidur dengan sama besar.

Setelahnya, dia mengangkat wajah dan menatap ke arah Trevor.

“Setuju tidak?” tanya Tamara dengan menahan kesal, lalu berujar lagi dengan lebih galak, “Setuju tidak setuju harus setuju sih!”

Tamara mengakhiri persyaratannya dengan raut galak dan mata mendelik kesal ke arah Signor satu itu.

Yang sedang dipelototinya malah bersandar santai di tepian meja rias, sambil kedua tangannya bersedekap.

Dia menatap serius pada tengah-tengah ranjang tempat Tamara menggambar garis tak kasat mata.

“Dengar tidak? Setuju, kan?”

Kini tatapan Trevor beralih ke Tamara.

Setelah sekian detik, pria itu akhirnya mengangguk samar disertai helaan napasnya.

Tamara langsung berseru lega. “Bagus! Sekarang aku ingin berganti pakaian. Kau tidak menyiapkan pakaian tidur?” tanya Tamara tanpa rasa bersalah.

Trevor tidak menjawab, hanya menggoyangkan daguny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Ayo Buat Anak?

    Semua berjalan lancar begitu uang ganti rugi dari Dante telah diterima Sergio.Kehidupan mereka pun kembali membaik.Mereka kembali membeli rumah mereka lagi dan pindah kembali.Mobil pun begitu.Kehidupan mereka kembali begitu pun kesibukan mereka bekerja.Sore ini, Sergio mengajak Tilly berbelanja keperluan bulanan mereka.Mereka ke supermarket.Di sana, Tilly menikmati moment kebersamaan mereka, keberduaan mereka, seperti pasangan pada umumnya.Mereka mendorong trolly keranjang berdua, sambil mengambil barang-barang yang ingin dibeli.“Kenapa kau mengambil banyak makanan kaleng juga camilan tak bergizi seperti itu?” tanya Sergio saat melihat apa saja yang dibeli Tilly.“Kenapa memangnya?”“Kau tak mengatur menu makanmu?”Tilly menaikkan kedua bahunya. “Entahlah. Aku makan apa yang kuingin. Lagipula, kau juga hampir selalu memakan burger saat makan siang di kantor. Memangnya kalorinya burger tidak berlebihan?”“Tidak, jika dikonsumsi dengan jumlah yang tepat. Aku sudah menghitungnya

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Penyesalan Olivia

    Olivia menyesap minumannya pelan-pelan sembari melihat sekelilingnya.Di tegukan ke tiga-nya, tiba-tiba saja Stanley menoleh ke arahnya. Mungkin dia baru merasakan ada orang yang duduk di sebelahnya dan ingin melihat siapa.Saat itulah mata mereka saling bertatapan. Stanley seperti melihat hantu, hanya karena dia sangat terkejut, Olivia yang dicari-carinya sedari tadi tetiba sudah ada di sini.“Oh, bidadariku,” katanya dengan suara keras berusaha menembus bunyi musik.Olivia mengernyit hebat. Dia tidak suka pria perayu, apalagi yang norak seperti itu.“Kau!” Kedua matanya membelalak lebar.Stanley senang, Olivia mengenalinya. “Kau masih mengingatku, rupanya. Berarti ... kita jodoh,” katanya seraya meraih tangan Olivia yang bertengger di gelas minuman dan membawanya ke bibir.Dikecupnya lembut punggung tangan Olivia.Arnold yang baru menyadari kehadiran Olivia pun cepat bangkit. Tidak mau kalah.Dia meraih tangan Olivia yang satunya dan mengecupnya juga. “Hai, kau seharusnya masih meng

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Romeo, Lalu Olivia

    Romeo tidak jadi pulang ke rumah. Dia berputar-putar tanpa arah tujuan. Keinginannya simpel, hanya menghindari Steve. Tapi, dia juga tak tahu harus ke mana.Menyesal juga dia sempat marah dan ngambek pada dua temannya itu, Arnold dan Stanley. Kalau sudah begini, dia jadi tidak bisa memanggil mereka untuk menemaninya bergalau ria.Ponselnya sendiri di jok sebelahnya dan bergetar-getar sedari tadi. Tentu saja nama si pemanggil adalah Steve.Tapi, Romeo tak berniat untuk menjawabnya. Dibiarkannya saja. dan semakin ponsel itu bergetar lama, semakin dia senang membayangkan betapa marahnya Steve karena panggilan teleponnya tak kunjung dijawab.Romeo bahkan tertawa jahat.‘Ah, aku ke bar kecil saja. bisa menyendiri tanpa ada yang mengenali,’ pikirnya.Karena Romeo teringat pada ucapan Stanley dan Arnold bahwa rumor menyimpangnya sudah beredar cukup luas. Jika ke bar kecil, dia takkan dikenali.Romeo tancap gas dan memarkir. Dia turun dan melangkah denagn penuh percaya diri, yakin jika dia bi

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Kasihannya Olivia

    [Malam ini kutunggu kau di yatch-ku. Bermalamlah di sini sampai hari Minggu. Tidak perlu bawa apa-apa.]Itu sepenggal pesan dari Steve yang sontak saja membuat Romeo nyaris melempar ponselnya. Ya, tentu saja tidak perlu membawa apa-apa, karena dia nyaris tak diperbolehkan mengenakan pakaian selembar pun saat di sana.Romeo pun menggeram kesal sembari melempar ponselnya ke atas meja.“Kenapa kau?” tanya Arnold yang melihat kegeraman itu. Mereka bertiga, dengan Stanley juga, sedang berkumpul bersama, seperti hari senggang biasanya.“Hah! Biasalah! Penggemar terkutuk!” maki Romeo seraya mengambil minum dan meneguknya.“Penggemar terkutuk?” Ungkapan itu sontak membuat Arnold dan Stanley memicing curiga. “Jangan bilang kau masih bersama si pedang-pedangan itu!”Romeo mengutuki lidahnya yang malah mengucapkan kata yang mencurigakan bagi dua temannya itu. Dan karena tak mampu mengelak lagi, dia pun akhirnya hanya diam dan menghela napasnya jauh-jauh. Diamnya itu membuat Arnold dan Stanley sa

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Memangnya Tidak Rindu?

    Setelah sepanjang perjalanan pulang ke rumah Sergio hanya diam dan berwajah dingin pada Tilly, sesampainya di rumah pun suaminya itu masih juga diam dan berwajah dingin.Tilly memeras otak, tapi kali ini dia tidak memiliki ide.Rasa bersalah membuatnya kehilangan daya kreatifitas untuk menggoda Sergio, mencairkan suasana kaku di antara mereka.Jika dia menjadi Sergio dan mendapatkan ketidakpercayaan dirinya sendiri pun, Tilly merasa akan mengabadikan kemarahannya dalam berbagai bentuk. Diam dan bersikap dingin adalah salah satunya. Bahkan Tilly akan melangsungkannya selama setahun penuh.Memikirkan itu, Tilly bergidik sendiri.Akan gawat jika Sergio marah padanya sampai setahun penuh.Satu jam lamanya Tilly memperhatikan segala gerakan serta raut wajah Sergio, tapi Tilly masih merasa tak bisa menembus tembok dingin yang dibangun Sergio.Saat tiba waktu menjelang tidur, dia bolak balik di atas tempat tidur. Dia menatap ke berbagai arah di dalam kamar, memikirkan kalimat apa yang akan di

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Tilly: Klarifikasi Karl (2)

    Entah ke mana Sergio pergi. Tapi Tilly perkirakan Sergio menuju hutan di belakang.Tilly jadinya hanya bengong di dalam kamar. Dia menunggu Sergio pulang, sekaligus menunggu waktu tibanya pertemuan denagn Karl.Saat mendekati waktu pertemuan, Sergio pun kembali.Huh! Masih ingat juga dia denagn pertemuan. Kirain sudah lupa!Di hadapannya, Sergio mengganti bajunya kemudian melesak ke luar rumah.Tilly pun gegas mengganti bajunya dengan terburu-buru kemudian menyusul Sergio. Pria itu sudah berada di dalam mobil. Di balik kemudi.Tilly mendegus kesal tapi dia masuk juga ke bagian penumpang.‘Lagi-lagi perang dinign!’ keluh hati Tilly sebal.Mereka akhirnya tiba di restoran yang dijanjikan setelah hampir satu jam berkendara dalam diam. Diam yang aneh. Diam yang sangat tidak menyenangkan.Tapi Tilly bersyukur, setidaknya Karl sudah tiba di meja mereka saat dirinya dan Sergio tiba. Setidaknya, mereka tidak perlu melanjutkan perang dingin mereka di restoran. ***“Jadi, Tuan D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status