“Jangan angkat!” titah Trevor dengan rautnya yang menuntut.Tamara lalu menoleh padanya, merasa terkejut akan seruan Trevor. Detik berikutnya Tamara menyadari seharusnya dia tak perlu terkejut lagi, karena memang tidaklah mengherankan jika Signor pemaksa ini melarangnya melakukan sesuatu.“Kenapa tidak boleh?”“Jangan angkat! Itu dari si norak itu!”Tamara lalu menurunkan tangannya yang memegang ponsel.Dia bahkan berjalan melewati Trevor.Signor satu itu menahan lengannya.“Mau ke mana?”“Ke balkon.”“Untuk?”Tamara pun menghirup napasnya dalam-dalam lalu menghadap signor satu itu. “Dengar ... tadi kau mengangkat panggilan telepon di balkon, itu dari siapa?”“Bukan dari siapa-siapa,” sahut Trevor cepat.“Ya, makanya itu, panggilan telpon yang bukan dari siapa-siapa saja boleh kau jawab di balkon. Sedangkan ini dari temanku, Logan. Kau sendiri pun mengenalnya. Kenapa tidak boleh kusambut di balkon? Apakah yang bukan siapa-siapa itu lebih penting dari teman?”“Aku tidak suka kau bertem
Trevor melirik lagi ke pintu balkon yang terbuat dari kaca.Dia melihat Thea dan Tilly seperti berusaha mencuri dengar kata-katanya.Dia pun mengecilkan suaranya.“Viviana, perlu kau ketahui, aku tidak selalu makan malam bersama orang tuaku. Aku makan malam bersama mereka hanya sesekali saja. Jadi tidak seharusnya kau menungguku muncul makan malam tanpa menanyakannya padaku.”“Tapi ... Tapi ... Trev,” Viviana melanjutkan dengan suaranya yang bergetar menahan kekecewaannya, “orang tuaku datang tadi, Trev.”“Orang tuamu datang makan malam bersama orang tuaku?”“Iya, Trev.”“Untuk apa?”“Mereka membicarakan kemungkinan kita dijodohkan lagi, Trev, mengingat sekarang kau sudah bercerai dari istrimu itu.”“Apa? Kenapa mereka membahas perjodohan ini lagi? Astaga! Kepalaku terasa mau pecah, ini lagi, ini lagi!” Trevor mengeluh dengan meluapkan rasa kesalnya.Itu membuat Viviana terperangah. Kenapa dia merasa Trevor seperti tidak senang mendengar rencana perjodohan mereka dilanjutkan?Bukankah
Ketika tiba di apartemen, triplet dibuat tak percaya dengan apa yang mereka lihat di depan mereka.Apartemen milik Daddy mereka sebagus, seluas, dan semewah ini. Furnitur yang ada pun berkelas dan terlihat glowing.Sungguh seperti yang ada di katalog iklan penthouse kelas atas.“Waaaah ... ini sebagus ini ... kenapa Daddy tidak mengajak kita tinggal di sini dari awal?”Trevor tersentak mendengar pertanyaan Tilly. Dia memang tidak pernah berencana untuk tinggal di sini secara permanen. Rumah ini dia beli hanya untuk persinggahan.Jika bukan terpaksa, dia tidak akan membawa Tamara dan triplet tinggal di sini.“Ya ... daddy lupa dengan rumah ini.”“Apaa? Lupaaa? Hah! Rumah sebagus ini dilupakan. Mending untuk kita aja ya, Mi?”Tamara mengangguk sebagai respon pada Tilly. Sedangkan Trevor seperti mendapatkan pencerahan. Dia akan memindah namakan rumah ini atas nama Tamara dan menjadikan hadiah bagi wanita itu.“Ini kamar untuk kalian. Ada tiga kamar, itu berarti Thea dan Tilly harus satu
Viviana sudah tak sabar menunggu waktu makan malam.Dia berdandan cantik, juga lumayan seksi, demi memukau Trevor.Selama ini dirinya di mata Trevor lebih seperti adik perempuan yang perlu perlindungan dari Trevor, juga Lorenzo, Edoardo, Tomasso, serta Lucas.Viviana senang berada di antara mereka semua karena dia menjadi pusat perhatian, pusat kasih sayang dari pria-pria itu.Selama ini dia selalu dimanja serta dipenuhi segala keinginannya.Karena itulah, kali ini dia ingin Trevor melihatnya sebagai seorang wanita.Viviana menuju ruang makan. Dia sudah memberitahu orang tuanya juga bahwa dia sedang di mansion keluarga Kozlov.Ayah dan ibunya berencana datang untuk bergabung karena Viviana telah meminta mereka datang membicarakan sesuatu hal.Dengan hati penuh bunga, Viviana menunggu kedatangan orang tuanya, juga Trevor. Semua yang lainnya sudah di sini.“Kau cantik sekali malam ini, Viviana,” ujar Edoardo seraya tak berkedip ketika menatapnya.“Memangnya selama ini aku tidak cantik?
Trevor terduduk dengan segala kekesalan merambat hingga ke kerongkongannya. Dia benar-benar kesal dengan Tamara.Apa yang membuat wanita itu begitu keras hatinya, sudah menolak pemberiannya, menolak tinggal bersamanya, sekarang menolak cincin darinya!Dipandanginya Tamara dengan hati tertusuk.Dia melihat raut tak peduli Tamara. Trevor pun beralih pada triplet.Satu demi satu dipandanginya.“Thea, Tilly, apa kalian sungguh-sungguh mau pergi meninggalkan daddy di sini?”“Entahlah, Daddy. Kami tidak merasa nyaman di sini. Kami tidak mengenal orang-orang di sini.”Trevor tahu Thea dan Tilly sudah tidak lagi memperhitungkan persoalan sebelumnya.Dia pun meminta dua gadis kecil itu mendekatinya.Ketika Thea dan Tilly sudah di hadapannya, Trevor meraih tangan mereka dan menggenggamnya.Dia bahkan menciumi punggung tangan dua putri kecilnya itu.“Kalian anakku, jangan tinggalkan aku. Jangan tinggalkan daddy. Daddy akan kesepian kalau tidak ada kalian.”Dihadapkan pada wajah memelas daddy mer
“Maksud Nona adalah ... Nona Tamara?” tanya Betty dalam keraguannya. Dia sengaja bertanya balik untuk mengulur waktu, agar dia memiliki waktu sejenak berpikir apakah harus menjawab jujur atau menutupinya.“Iya. Tamara. Si brunette hair. Kau sendiri yang bilang dia temannya Trevor.”“Ah, iya, Nona.”“Lalu dia tidur di mana semalam?” tanya Viviana lagi pada Betty.Betty yang bingung harus menjawab seperti apa, mengingat tuannya belum meresmikan hubungan dengan Tamara. Betty sudah tentu tidak mau mendahului tuannya memberi tahu.Jika sampai diketahui Signore bahwa dialah yang membocorkan sebelum waktunya, habislah dia. Nama baiknya rusak, bahkan dia bisa dipecat dari pekerjaannya.Menimbang semua itu, Betty memutuskan untuk menutupi hubungan Trevor dan Tamara.“Dia diberikan tempat tidur di kamar tamu yang di sisi kiri taman, Nona.”Betty tidak terlalu berbohong. Memang kamar itu diberikan untuk Tamara, meskipun yang menggunakannya adalah Bibi Beatrice.Secara kata-kata, Betty tidak berb