“Bagaimana rencana pernikahan kalian? Apa sudah kalian perkirakan tanggal dan bulannya?”Makan malam malam itu akhirnya berlangsung di antara mereka berempat, seperti rencana semula.Alland, Shirley, Giana dan Bobby.Giana mengangguk dengan semangat yang kini tinggal setengahnya saja dari saat tadi sebelum dia melihat Trevor.Tadinya Giana sangat senang dengan kedatangan Bobby di rumahnya. Dia senang akhirnya pria itu menunjukkan keseriusannya dengan datang menghadap ayah dan ibunya. Membicarakan rencana mereka ke jenjang yang lebih serius ke depannya.Tapi, kenapa tiba-tiba ada Tamara yang mengunjungi ayahnya dengan menggandeng pria yang pernah membuat Giana terpesona parah.Saat itu adalah pameran yang diselenggarakan kantornya. Dan Trevor adalah salah satu undangan resmi berlabel VVIP.Ketika Trevor hadir, semua manajernya menunduk. Bahkan CEO mereka pun menyambut dengan hormat.Saat itu pun Giana sudah terpesona akan ketampanan dan kharisma Trevor. Dan dia lebih terpukau lagi saat
“Sungguh suatu kebetulan kau datang ke sini, Tamara. Ayo masuk! Di luar sangat dingin.”Sang ayah -Alland- mempersilakan Tamara untuk masuk.Di sana, Tamara mendapati Shirley dan Giana dan teman prianya.Tamara tidak masuk terlalu dalam. Dia langsung berkata pada sang ayah, “Ayah ... ehm, aku datang tidak akan lama. Aku hanya ingin memberikan ini.”Tamara menyerahkan kartu undangan yang dihias indah kepada ayahnya.Pria tua itu menatap ke arah kartu dan membaca isinya. Seketika tatapannya berbinar cerah.“Kau ... akan menikah, Tamara?”“Iya, Dad. Ini ... perkenalkan calon suamiku.” Tamara lalu merujuk pada Trevor yang sedari tadi berdiri di sebelahnya selayaknya seorang tuan besar yang tak terbantahkan kehadirannya.Tentu saja Alland menyadari keberadaan Trevor sedari tadi, hanya saja dia masih canggung akan Tamara setelah bertahun-tahun tidak bertemu Tamara.Rasa bersalah melilitnya juga selama ini. Di lubuk hati terdalamnya, Alland merasa bersalah karena membiarkan Tamara pergi saat
Apalagi ketika Trevor bergerak dengan menempel demi mencari kenyamanan dirinya.“Hmm ... aku menginginkanmu, Tamara. Malam ini ...” bisik Trevor di sela pagutan dan lumatannya.Meski seakan meminta izin pada Tamara, tapi tangannya sudah bergerak lebih dulu.Trevor menyelinap ke balik kaos Tamara dan mencari gundukan kenyal di baliknya.Masih ada bra tipis di sana dan Trevor meremas dari baliknya. Terasa puncak Tamara yang ikut menajam.Dengan jemarinya, Trevor mengelus untuk merasakan lebih lagi.Sebelah tangannya bergerak seakan saling mensupport. Dia menaikkan kaos baju Tamara untuk diloloskan melewati kepala.Sedangkan tangan satunya terus membelai dan mengelus. Sesekali cubitan ringan dikerahkan Trevor membuat Tamara semakin menggelinjang.Trevor lalu merayapkan tangannya di sepanjang kulit halus Tamara, menyisiri perut rata Tamara hingga berakhir di bokong lembut Tamara.Meremas di sana, Trevor kembali semakin menyelinap ke balik celana pendek, untuk menuju paha dalam Tamara.Saat
Bukan hanya Tamara yang semakin merasakan berat hatinya menceritakan semua itu, tapi juga Trevor.Dia sungguh tak menyangka jika Tamara mengalami ditinggalkan ibu kandungnya sendiri.Tenggorokan Trevor ikut tercekat rasanya.Tak bisa ditahannya, Trevor pun menebak lagi dengan tepat. “Ternyata ibumu pergi karena ayahmu memiliki wanita lain.”Tamara mengangguk perlahan sambil menundukkan wajahnya.Tamara tidak suka memikirkan ibunya, apalagi membicarakannya.Ada kemarahan tersendiri dalam hatinya untuk ibunya. Kenapa ibunya tidak memberitahunya sama sekali tentang perselingkuhan ayahnya. Kenapa ibunya malah pergi begitu saja. Setidaknya, ibunya harusnya membawa dirinya pergi juga. Bukan pergi sendiri.Dan kalaupun memang ingin pergi seorang diri, setidaknya ibunya memberitahukan padanya! Jika memikirkan ibunya terasa begitu pahit, memikirkan ayahnya pun Tamara seperti menelan pecahan kaca.“Aku baru mengetahui semua itu setelah satu minggu kepergian ibuku. Ayahku pulang dengan istriny
Tamara berpikir sejenak. Saat itu tatapannya tertahan tatapan Trevor yang mendongak dan memandanginya.Tangannya terulur dan menuntun Tamara untuk duduk di sampingnya.Mengitari sofa panjang di hadapannya, Tamara pun duduk di samping Trevor.Malam sudah larut. Di rumah itu, hanya mereka berdua saja yang belum tidur.Cuaca di luar sangat dingin. Hanya penghangat ruangan yang membuat mereka bisa tetap nyaman meskipun hanya dengan pakaian tipis.Lebih dari setengah tahun lalu, Tamara pusing memikirkan bagaimana akan menyambut musim dingin tiba.Tapi tanpa pernah dia pikirkan, sekarang ada Trevor di sampingnya.Pria ini menyediakan semua untuk keperluan mereka.Dan musim dingin bisa disambut dengan penuh kehangatan.Walaupun pada awalnya Tamara menolak Trevor, saat ini dia berterima kasih pada Trevor dari lubuk hati terdalamnya.Biar bagaimana pun melihat anak-anak bahagia, hatinya sebagai seorang ibu akan tentram dan tenang.Sambil mengingat itu semua Tamara menyandarkan kepalanya di bah
Napi berbadan kekar dengan otot gelembung-gelembung itu menepuk pipi Vicco. Lalu dia berkata dengan suara yang terdengar kejam.“Kau pikir kau masih ada kesempatan? Jangan mimpi kau!”“Singkirkan tangan kotormu!” seru Vicco yang masih tak menerima keadaannya.Prinsipnya, sekalipun dia jatuh, dia akan bangkit dan meraih lebih lagi. Di saat itu, dia akan membalas dendam pada Trevor dan Tamara.Trevor begini jahat padanya pastilah karena Tamara.Vicco takkan melulpakannya.Dia akan membuat perhitungan.‘Pasti!’ Batin Vicco sambil menggeretakkan giginya.Namun, dia lupa, dirinya di penjara bergabung dengan napi lainnya.Napi yang menertawakannya begitu marah saat mendapatkan kesombongan Vicco tidak berkurang sedikit pun.Dia berseru pada teman-temannya yang lain.“Hei, kita mendapatkan seorang gubernur di sini. Mari sini menghormati dia, karena dia sangat pintar merayu wanita hingga mau minum minuman yang sudah dia campuri obat-obatan. Hebat, kan?”Teman napi itu pun berseru dengan wajah t