Tamara terperangah.Suaranya terdengar heran dan tak percaya.Sejak kapan dia bekerja di club malam? Jangan-jangan signor pemaksa itu yang mengatakan pada ibunya bahwa dirinya ini bekerja di club malam.‘Jika sampai iya ... sungguh keterlaluan!’ geram Tamara dalam hati.Dia pun menatap dan tersenyum lagi pada Rosemary meskipun senyum itu kini terasa kaku.“Maaf, Nyonya ... tapi aku tidak pernah bekerja di klub malam.”Tamara diam dan menunggu Rosemary memberikan reaksinya.Wanita paruh baya itu tampak bingung. Dia menatap sekujur wajah Tamara dengan begitu lekat.Seperti sedang mencari satu pori-pori Tamara yang tersumbat debu.Tamara pun menggunakan kesempatan itu untuk menjelaskan dirinya, meskipun dia merasa hatinya bagai ditusuk jarum ketika mendengar pertanyaan Rosemary.“Maaf, Nyonya, tapi aku tidak pernah bekerja di klub malam. Sebelum triplet hadir di hidupku, aku bekerja sebagai asisten fashion designer di sebuah perusahaan perancangan busana.Aku bisa bekerja di bidang itu j
Tamara merasa tak nyaman mendengar percakapan Rosemary dengan Trevor.Biar bagaimana pun ini terasa seperti menguping.Gegas Tamara mengajak anak-anaknya masuk ke dalam mansion.Sementara itu, Trevor masih bicara pada ibunya.“Aku tidak akan mengajak wanita itu lagi,” katanya dengan tegas.Ibunya terkejut. “Kenapa begitu?”“Kami sudah bercerai,” ujarnya lagi lugas, singkat, padat.Keterkejutan tertera di wajah Rosemary.“Bercerai? Kenapa bercerai? Dia sedang mengandung anakmu!”“Itu tidak benar, Mom. Itu bukan anakku. Aku tidak pernah tidur dengannya!”Kembali wajah Rosemary terkejut. Dia tak menyangka Trevor masih tetap ngotot membela dirinya seperti itu.Trevor pun menghirup napasnya dalam-dalam, lalu berkata lagi pada ibunya, “Begini, Mom. Dia menipuku. Itu saja yang bisa kujelaskan.Karena itulah, aku tidak bisa bersamanya lebih lama lagi, terlebih lagi aku juga tidak mencintainya. Aku tertipu, karena dia bukan wanita yang aku cari.”Rosemary masih sulit menerima apa yang Trevor s
Triplet berjalan melintasi taman luas keluarga The Kozlov sambil bernyanyi riang.Tentu saja yang dimaksud triplet bernyanyi hanyalah Thea dan Tilly.Mereka bernyanyi sahut-sahutan dengan riang gembira.Beberapa pelayan melewati mereka karena mengantarkan makanan ke mansion utama dan menyapa mereka dengan penuh hormat.Mereka juga menyapa Tamara dengan hormat seakan mereka bisa menebak ada hubungan yang istimewa antara tuan mereka dengan Tamara dan tentu saja triplet.Apalagi Travish begitu mirip dengan tuan mereka.Mendekati mansion, Trevor mulai melambatkan langkah dan membiarkan Tamara berjalan di sampingnya, dengan triplet dan Bibi Beatrice di depan dirinya.Ketika pintu mansion dibuka, musik riang mengalun memenuhi ruangan.Ada sedikit gema canda tawa dari ruang makan.Trevor meletakkan tangannya di pinggang belakang Tamara dan menuntun mereka semua ke teras belakang. Biasanya acara seperti ini berlangsung di taman belakang.Baru saat hari mulai gelap mereka pindah ke ruang makan
“Silakan, Tesoro. Silakan ... ehm ... Tam ... ehm ... silakan.”Trevor seperti menahan dirinya untuk menyebut nama Tamara ketika mereka telah tiba di mansion dan Trevor membukakan pintu mobil untuk triplet dan Tamara turun.Travish pada akhirnya mengiyakan ajakan Trevor, mengingat dua adiknya itu akan merajuk padanya jika dia sampai menolak.Dan itu adalah hal terakhir yang Travish inginkan. Bukan karena dia takut pada Thea dan Tilly, tapi karena Travish tidak ingin repot menghadapi dua adiknya yang merajuk itu.Terakhir kali mereka merajuk, mereka perang dingin, diam seribu bahasa, bahkan menolak mandi dan keluar rumah sampai hampir satu minggu.Tingkah mereka saat merajuk benar-benar meresahkan.Karena itulah, Travish trauma mengahadapi kerepotan ulah Thea dan Tilly saat merajuk.Lebih baik dia menurutinya.Soal mommy ... mommy akan lebih pengertian.Dan benar saja, Tamara tidak terlalu memprotesnya meskipun wajah Tamara memelototi Trevor saat pria itu terlihat senang dan puas.Mere
Trevor menuju pintu dan membuka.Ternyata di balik pintu adalah Triplet dan Bibi Beatrice.Trevor menghela napasnya lega.Andai tadi dia tidak membayangkan wajah Thea dan Tilly, mungkin dia sudah melampiaskan kemarahannya pada Tamara.Jika dulu dia sering merasa kesal terhadap Thea dan Tilly namun tak mampu melampiaskan kekesalannya pada dua gadis kecil itu, kini dia merasakan hal yang sama terhadap Tamara.Dia kesal sampai ke ubun-ubun. Dia marah seperti gunung berapi yang siap meletus.Tapi ... benaknya selalu berseru, Tamara adalah ibu dari anak-anaknya. Darah dagingnya.Dia telah melewati malam kelam enam tahun lalu. Semua karena Vicco. Dan semua itu pun berkat keberengsekannya juga.Ada benarnya Tamara berhak marah padanya.Justru dirinya lah yang tidak berhak merasa memiliki Tamara dan Triplet.Tapi Tamara dengan lapang hati membiarkan dia menikmati kebersamaan dengan triplet.Sungguh, dialah yang sebenarnya telah menuntut terlalu banyak pada Tamara.Menghirup napasnya dalam-dal
“Uhm ...”Trevor melumat lembut bibir Tamara seakan dia sedang melumat gula kapas yang cepat larut.Sebelum Tamara sempat bereaksi lagi, Trevor kembali melumat kecil seraya sesekali melesakkan lidah untuk memaksa Tamara membuka mulutnya.Untuk sementara Tamara masih mempertahankan bentengnya. Dia tidak membuka mulutnya, dan harus merelakan bibirnya dilumat lembut.Trevor pun tak habis akal.Memiringkan wajah, Trevor mencari cara untuk memperdalam ciumannya.Seraya memagut pelan dan ringan, membuai Tamara dengan lumatan lembut, Trevor kembali menyapukan lidahnya di sepanjang garis bibir Tamara.Jarinya pun merayap di pipi Tamara lalu menuju dagu dan berusaha untuk menyibak tirai bibir Tamara lewat kulit wajahnya.Tak terbendung, Tamara akhirnya membuka mulut. Lidah Trevor melesak masuk lalu menyapu lidahnya sehingga getaran kecil merambat di sekujur titik-titik syaraf mereka.Semakin ingin lebih memperdalam ciumannya lagi, Trevor mulai menghimpitkan tubuhnya dengan tubuh Tamara, hingga