Share

Two Pairs of Silvery Blue

Author: Chani yoh
last update Last Updated: 2025-02-08 21:01:42

“Apa analisis Anda ini tidak salah? Jangan bermain-main dengan saya!”

Suara Trevor bergema kuat di ruang konsultasi dokter yang dia kunjungi.

Trevor mengantarkan Lady El-Mia kembali ke rumah tadi karena dia hendak menuju rumah sakit untuk berkonsultasi tentang kesehatannya, bukan karena dia sibuk seperti katanya pada El-Mia tadi.

Namun, Trevor berang saat baru saja mendengar analisis dokternya yang mengatakan bahwa dia menderita penyakit yang membuat kesuburannya terganggu.

Dari penjelasan dokter, penyakitnya ini skala ringan, tanpa gejala dan tanpa nyeri, sehingga tidak dibutuhkan tindakan pembedahan sama sekali.

Tindakan pengobatan pun hanya memerlukan olahraga ringan seperti jalan kaki, berenang, dan bersepeda.

Hanya saja, yang menyebabkan Trevor kesal setengah mati adalah bahwa penyakit ini bisa mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas spermanya, sedangkan orang tuanya sudah tak sabar untuk menimang cucu.

“Maaf, Tn. Kozlov, seperti itulah efek dari penyakit ini. Tapi Anda jangan khawatir karena kondisi Anda ini hanya berlansung sementara saja.

Ketika Anda sudah sembuh, sperma Anda pun akan kembali seperti semula. Tidak akan ada gangguan berarti lagi.”

“Sementara? Sementara itu berapa lama?” Suara berat Trevor kembali menghadang dokter spesialis kelamin yang didatanginya dua minggu terakhir ini.

Kedua alisnya bertaut hebat berusaha mengintimidasi dokter paruh baya di hadapannya.

“Kurang lebih 12 bulan.”

“Jadi selama 12 bulan mendatang aku akan mandul?” tanya Trevor lagi dengan berangnya. Suara baritonnya meningkat drastis.

“Hanya 12 bulan saja. Tidak akan lama. Saya akan meresepkan obat-obatan dengan begitu dalam 12 bulan ke depan, anda sudah akan sembuh dan kembali subur.”

“Hanya 12 bulan? Itu satu tahun!” Trevor tanpa sadar meninggikan suaranya.

Dia sungguh-sungguh frustrasi. Rasanya tidak mungkin dia bisa berlama-lama tahan memiliki istri seperti Lady El-Mia.

Andai Lady El-Mia benar-benar wanita perawan yang dia tiduri 6 tahun lalu, maka Trevor tidak akan mempermasalahkan menunggu 12 bulan lamanya untuk bisa mendapatkan keturunan.

Tapi El-Mia jauh dari bayangannya tentang gadis perawan itu.

Awalnya, Trevor tidak mempermasalahkan ini pada Vicco karena dia malas mencari lagi wanita untuk dia nikahi. Sudah terbayangkan olehnya betapa heboh dan caper para wanita sosialita saat mengetahui bahwa dia mencari istri.

Mereka akan berlomba-lomba mendekatinya.

Trevor tidak menginginkan itu.

Dia pun membiarkan saja muslihat Vicco. Lagipula, dia masih bisa memanfaatkan Vicco dan masih memegang kartu As Vicco.

Tapi jika ternyata kondisinya butuh 12 bulan baru bisa subur kembali, dia perlu memikirkan kembali rencana pernikahannya ini.

“Ini paket obat-obatannya, sudah tersedia semua dari sini, sehingga Anda tidak perlu menebusnya lagi di apotik. Dengan meminum obat ini secara rutin, Anda akan subur kembali dalam 12 bulan ke depan.”

Trevor mengambil sekantung obat-obatan yang disodorkan dokter.

Dan sebelum dia berlalu dari hadapan dokter itu, Trevor mendesis sinis, “Sebaiknya obat-obatan ini berhasil. Jika satu tahun kemudian aku belum sembuh juga, aku akan menghancurkan rumah sakit ini!”

Hati Trevor dalam kondisi tidak menyenangkan ketika dia menyusuri koridor rumah sakit yang panjang dengan empat pengawalnya mengikuti di belakangnya.

Dan itu terpeta jelas di wajah Trevor yang matanya bagai merengut tajam seperti mata elang yang sedang mengincar mangsa. Belum lagi raut serius yang teramat nyata tercetak di wajahnya.

Langkah kakinya lebar dan mengarah ke lift beberapa meter di depannya.

Namun tanpa diduga, dari koridor sebelah kanan, tiba-tiba berlarian dua anak balita yang saling berkejaran, saling tertawa lebar, dan akhirnya menabrak kaki Trevor.

 

Dua balita perempuan yang rambutnya dikucir dua dan diberi pita itu terjatuh saat menabrak kaki Trevor.

“Aaww!” seru salah satu dari mereka, yang rambut kucirnya diberi pita pink.

“Aduuuh!” seru satu lagi yang pitanya berwarna ungu.

“Tilly, kita jatuh!” seru Thea meski masih dalam gelak tawa.

Sang kakak kembarnya, Tilly, malah tertawa dan mengusap keningnya dengan tangan.

“Keningku terasa benjol akibat menabrak ...” tatapan Tilly merayap ke atas dan dia bersitatap dengan Trevor yang begitu sinis raut wajahnya.

Melihat Trevor menatapnya dengan sorot tak ramah, bahkan berang, Tilly pun bangkit dan berkacak pinggang menantang Trevor.

“Paman, kalau jalan lihat-lihat dong!” seru Tilly tanpa merasa takut sedikit pun.

Mendengar Boss mereka dimarah seorang bocah kecil, Percy, sang pengawal nomor satu, maju dan menghadang Tilly.

“Hei ... bocah kecil, beraninya kamu menghardik bossku! Kamu tak tahu berhadapan dengan siapa?” tanyanya dengan suara yang direndahkan dan diberat-beratkan.

Percy juga menjepit kedua lengan Tilly kuat-kuat dan mengangkatnya hingga kedua kaki Tilly menendang-nendang bebas di udara.

Bukannya takut, Tilly malah beralih menatap Percy dengan melotot.

“Hah! Memangnya siapa boss-mu, Pak kepala botak?”

Percy yang mendengar Tilly berani-beraninya menyebutnya kepala botak pun melotot.

Wajahnya semakin mengerikan dan nyaris menelan Tilly hidup-hidup.

Tapi Tilly pun masih tak ciut nyalinya.

Dia berseru lagi, “Pak Kepala Botak, turunkan aku! Aku tidak takut pada boss-mu! Mami selalu mengajarkan kami untuk tidak takut pada siapapun, selama kami tidak melakukan hal yang salah!

Sekarang coba sebutkan apa salah kami?

Kenapa kalian memasang wajah seperti burung betina sedang beranak?”

Percy naik pitam lagi, sampai-sampai dia tak menyadari kesalahan dalam celotehnya Tilly. Dia menarik napas dalam-dalam dan hendak menghempas Tilly lewat tiupan angin puyuh dari mulutnya.

Tapi tiba-tiba saja Trevor yang sedari tadi diam dan mengamati mengangkat tangan meminta Percy berhenti.

“Turunkan dia!” katanya dengan suaranya yang memang asli berat, tidak seperti Percy yang harus berusaha keras memberatkan suaranya sendiri.

Trevor sendiri heran, kenapa tiba-tiba dia tertarik melihat tingkah laku bocah satu ini.

Begitu Percy menurunkan Tilly, gadis itu berkacak pinggang sambil terus melototi Percy.

Trevor tanpa diduga, malah berjongkok dan mengamati wajah Tilly, kemudian Thea, berganti-gantian.

Dia melihat dua mata Tilly dan Thea yang berwarna biru keperakan. Sungguh warna mata yang unik.

Ibunya memiliki warna mata persis seperti ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ilut Masitah
lanjut,,, seru kayaknya
goodnovel comment avatar
Susi Handayani
lanjut kak
goodnovel comment avatar
hans
***** bagus ceritanya Lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Triplet Rahasia: They Need Upgrade!

    “Signore ...” ujar Tamara dengan senyum yang bernada mencibir bercampur candaan.“Ayolah ... aku sangat menginginkanmu,” bisik Trevor lagi sambil tiba-tiba mengangkat tubuh Tamara hingga berada dalam gendongan bridal style-nya.“Trevor! Kita sudah sepakat!”“Tidak bisakah kita lupakan saja kesepakatan yang dulu itu? Aku benar-benar menginginkanmu saat ini.”Trevor merebahkan Tamara di sofa panjang yang ada di ruang kerjanya.Dia kembali menindih Tamara dan menciumnya dengan lembut.Pagutannya terasa dalam meski masih tenang dan tidak menggebu.“Signore, apa yang sudah disepakati tidak bisa diubah.”“Begitu kah?”“Iya. Kecuali kau mau juga mengubah hari pernikahan kita.”Mendengar itu, Trevor langsung berhenti dengan segala aktivitasnya.Dia terdiam dan hanya menatap Tamara. Ada kejengkelan di manik matanya meski itu tidak seberapa besar.Pada akhirnya Trevor bangun lagi dan duduk.Dia masih memberikan tatapan kesal pada Tamara.Wanita itu lalu terkekeh sambil memeluk leher Trevor.“Se

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Triplet Rahasia: Want To Do You!

    “Daddy sama mommy sudah pulang!”Thea dan Tilly menyambut orang tuanya dengan penuh semangat.Setiap kali mereka ditinggal di rumah, selalu ada Bibi Beatrice yang menemani mereka.Dan seperti biasa, Travish tetap cool. Dia menyambut dengan tatapan sekilas, lalu kembali fokus pada layar televisi, menonton pertandingan bola kesukaannya.“Kalian sudah makan?” tanya Tamara seraya membuka mantel dan syal-nya.Begitu selesai, Trevor mengambil mantel dan syal-nya lalu menggantungkannya di tiang mantel.Baru setelah itu dia membuka mantelnya sendiri.“Sudah! Tadi kami sudah lapar sekali. Jadi Bibi Betrice memasak untuk kami. Ngomong-ngomong mommy dan daddy sudah makan?”“Belum. Apa kalian ada menyisakan untuk kami?” tanya Trevor seraya berjongkok untuk membawa Thea dan Tilly dalam gendongannya.Dua gadis kecil itu sudah tahu lalu memeluk leher ayah mereka. Sekejap kemudian mereka sudah terangkat.Setiap kali hal ini terjadi, mereka akan tertawa-tawa merasakan digendong bersamaan dan merasa ti

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Triplet Rahasia: Signor Itu?

    “Bagaimana rencana pernikahan kalian? Apa sudah kalian perkirakan tanggal dan bulannya?”Makan malam malam itu akhirnya berlangsung di antara mereka berempat, seperti rencana semula.Alland, Shirley, Giana dan Bobby.Giana mengangguk dengan semangat yang kini tinggal setengahnya saja dari saat tadi sebelum dia melihat Trevor.Tadinya Giana sangat senang dengan kedatangan Bobby di rumahnya. Dia senang akhirnya pria itu menunjukkan keseriusannya dengan datang menghadap ayah dan ibunya. Membicarakan rencana mereka ke jenjang yang lebih serius ke depannya.Tapi, kenapa tiba-tiba ada Tamara yang mengunjungi ayahnya dengan menggandeng pria yang pernah membuat Giana terpesona parah.Saat itu adalah pameran yang diselenggarakan kantornya. Dan Trevor adalah salah satu undangan resmi berlabel VVIP.Ketika Trevor hadir, semua manajernya menunduk. Bahkan CEO mereka pun menyambut dengan hormat.Saat itu pun Giana sudah terpesona akan ketampanan dan kharisma Trevor. Dan dia lebih terpukau lagi saat

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Triplet Rahasia: Ayahku Sangat Baik

    “Sungguh suatu kebetulan kau datang ke sini, Tamara. Ayo masuk! Di luar sangat dingin.”Sang ayah -Alland- mempersilakan Tamara untuk masuk.Di sana, Tamara mendapati Shirley dan Giana dan teman prianya.Tamara tidak masuk terlalu dalam. Dia langsung berkata pada sang ayah, “Ayah ... ehm, aku datang tidak akan lama. Aku hanya ingin memberikan ini.”Tamara menyerahkan kartu undangan yang dihias indah kepada ayahnya.Pria tua itu menatap ke arah kartu dan membaca isinya. Seketika tatapannya berbinar cerah.“Kau ... akan menikah, Tamara?”“Iya, Dad. Ini ... perkenalkan calon suamiku.” Tamara lalu merujuk pada Trevor yang sedari tadi berdiri di sebelahnya selayaknya seorang tuan besar yang tak terbantahkan kehadirannya.Tentu saja Alland menyadari keberadaan Trevor sedari tadi, hanya saja dia masih canggung akan Tamara setelah bertahun-tahun tidak bertemu Tamara.Rasa bersalah melilitnya juga selama ini. Di lubuk hati terdalamnya, Alland merasa bersalah karena membiarkan Tamara pergi saat

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Triplet Rahasia: Harus Malam Ini!

    Apalagi ketika Trevor bergerak dengan menempel demi mencari kenyamanan dirinya.“Hmm ... aku menginginkanmu, Tamara. Malam ini ...” bisik Trevor di sela pagutan dan lumatannya.Meski seakan meminta izin pada Tamara, tapi tangannya sudah bergerak lebih dulu.Trevor menyelinap ke balik kaos Tamara dan mencari gundukan kenyal di baliknya.Masih ada bra tipis di sana dan Trevor meremas dari baliknya. Terasa puncak Tamara yang ikut menajam.Dengan jemarinya, Trevor mengelus untuk merasakan lebih lagi.Sebelah tangannya bergerak seakan saling mensupport. Dia menaikkan kaos baju Tamara untuk diloloskan melewati kepala.Sedangkan tangan satunya terus membelai dan mengelus. Sesekali cubitan ringan dikerahkan Trevor membuat Tamara semakin menggelinjang.Trevor lalu merayapkan tangannya di sepanjang kulit halus Tamara, menyisiri perut rata Tamara hingga berakhir di bokong lembut Tamara.Meremas di sana, Trevor kembali semakin menyelinap ke balik celana pendek, untuk menuju paha dalam Tamara.Saat

  • Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!   Triplet Rahasia: Menginginkanmu Malam Ini!

    Bukan hanya Tamara yang semakin merasakan berat hatinya menceritakan semua itu, tapi juga Trevor.Dia sungguh tak menyangka jika Tamara mengalami ditinggalkan ibu kandungnya sendiri.Tenggorokan Trevor ikut tercekat rasanya.Tak bisa ditahannya, Trevor pun menebak lagi dengan tepat. “Ternyata ibumu pergi karena ayahmu memiliki wanita lain.”Tamara mengangguk perlahan sambil menundukkan wajahnya.Tamara tidak suka memikirkan ibunya, apalagi membicarakannya.Ada kemarahan tersendiri dalam hatinya untuk ibunya. Kenapa ibunya tidak memberitahunya sama sekali tentang perselingkuhan ayahnya. Kenapa ibunya malah pergi begitu saja. Setidaknya, ibunya harusnya membawa dirinya pergi juga. Bukan pergi sendiri.Dan kalaupun memang ingin pergi seorang diri, setidaknya ibunya memberitahukan padanya! Jika memikirkan ibunya terasa begitu pahit, memikirkan ayahnya pun Tamara seperti menelan pecahan kaca.“Aku baru mengetahui semua itu setelah satu minggu kepergian ibuku. Ayahku pulang dengan istriny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status