Share

Bab 9. Si Gadis Kukang

Aktor maupun aktris memang dituntut untuk profesional, kalau tidak sanggup jadi kukang saja sana - Davichi Park

____________________

Huuuufftt

Davichi menyandarkan punggungnya di atas kursi. Ia melihat para kru yang masih pontang panting menyiapkan adegan berikutnya. Ia sendiri sedang istirahat sambil membaca naskah yang entah kenapa tidak menarik.

Matanya menelusuri seluruh bagian hutan. Hanya ada segelintir orang yang berjalan-jalan, ada juga yang sedang memunguti strobilus. Mereka disini refreshing, tapi dirinya malah sibuk syuting. Nasib-nasib.

Moodnya hari ini sudah sangat buruk gara-gara ditinggal oleh Dimas. Pria itu seenaknya kabur dari sini dan memilih membantu Ais menata schedulenya. Kurang ajar kan? Ia jadi uring-uringan, bahkan sampai memarahi para kru. Untung saja ia sudah meminta maaf pada mereka tadi. Maafkan atas sikap Davichi yang tidak professional.

Angin yang berhembus kencang membuat Davichi meringis. Rambutnya yang bergerak karena angin terasa sakit dan ngilu. Kalian tau kan sebabnya? Ya gara-gara gadis gila itu.

Ia tidak menyangka Alea akan benar-benar menyerangnya. Padahal niatnya tadi hanya bercanda. Tenaganya yang bak kingkong mengamuk itu sudah pasti bisa membuat kepalanya botak. Ya ini memang salahnya sih.

Gara-gara kejailannya, sekarang ia sendiri yang rugi. Andai ia tidak kelewatan bercanda seperti itu, pasti sekarang Alea sedang memijitnya. Duh, bodoh memang.

Dan lagi, kemana gadis itu? Apa dia langsung pulang ke kota? Apa jangan-jangan dia sudah menyerah untuk meminta ttd darinya? Jangan sampai itu terjadi, bisa habis ia dipukul oleh sang manager.

Sutradara sudah membunyikan sirine yang menandakan bahwa syuting akan dimulai kembali. Davichi menghembuskan nafas pelan, kemudian bangkit dari duduknya.

Seminggu ke depan Davichi akan menghabiskan waktu disini. Ia diberi job untuk ikut bermain di mini drama. Ya memang hanya 2 episode, tapi syutingnya sangat menguras tenaga.

Bagaimana tidak, mini drama ini bergenre fantasi action, dan ia sendiri memerankan adegan yang lumayan berbahaya. Mulai dari berantem, terbang, guling-guling, bahkan sampai nyungsep. Bayangkan saja, bagaimana capeknya.

Tadinya ia akan menggunakan pemeran pengganti, tapi ia urungkan. Davichi adalah aktor profesional. Jika ia menggunakan peran pengganti, bagaimana nanti reaksi para fans nya. Dan lagi, ia bisa belajar untuk mengasah dan menambah ilmunya dalam dunia acting.

Sebenarnya Davichi tidak mau mengambil job ini, tapi sang manager kurang ajar itu seenaknya memutuskan sepihak. Gila kan? Dia bilang, ingin Davichi bersantai di alam bebas. Tapi apa? Ia malah tersiksa disini. 

Adegan kali ini ia perankan bersama seorang aktris yang memang sedang naik daun sekarang. Davichi baru pertama kali bermain dengan dia. Ya semoga saja, ada yang bisa ia pelajari dari bakat acting aktris ini. 

"Satu, dua, tiga, action"

"Maksudmu apa tiba-tiba menyerang Dion? Harusnya kau ingat perjanjian yang sudah kita tulis 100 tahun lalu"

"Cih, kau sendiri yang sudah mengkhianati perjanjian itu" ucap Davichi penuh penekanan. 

Jika kalian penasaran, mini drama ini bercerita tentang manusia abadi yang memiliki batas wilayah kekuasaan di Bumi. Drama ini juga dibumbui komedi dan percintaan yang dijamin akan membuat penonton baper. Ia saja sampai senyum-senyum sendiri saat menyaksikan pengambilan adegannya. 

"A-apa ma-maksudmu? Ja-jangan mengalihkan pembicaraan" gadis itu berteriak tepat di wajah Davichi. Buset, untung tidak bau jigong.

"Berpura-pura tidak tau memang keahlianmu. Kau butuh bukti?"

"Aaaaa-aku..."

"Cut. Take ulang. Satu, dua, tiga, action"

"Berpura-pura tidak tau memang keahlianmu. Kau butuh bukti?"

"Bu-bukti? Bukti apa? Mahesa tid.."

"Cut. Fokus, jangan salah dialog" nah kan salah lagi. Duh, Davichi sudah lelah Tuhan.

"Satu, dua, tiga, action"

"Berpura-pura tidak tau memang keahlianmu. Kau butuh bukti?" Ucap Davichi lagi untuk yang ketiga kalinya.

"Hah?" Ya ampun. Aktris ini benar-benar....

"Cut. Take ulang" dengan penuh kesabaran, Davichi lagi-lagi mengulang ucapannya. Ia ingin syuting ini segera berakhir.

"Cut"

"Cut"

"Cut"

Telinganya terasa pengang mendengar kata cut sampai 13 kali. Iya benar, gila kan? Pak sutradara saja sampai emosi dan langsung mengakhiri pengambilan adegan ini. 

Davichi sendiri langsung duduk kembali di tempatnya. Ia merenggangkan ototnya yang kaku. Tubuhnya terasa remuk sekarang. Tadi ia sempat mendengar, bahwa aktris itu sedang dalam keadaan patah hati, jadi dia tidak bisa acting dengan maksimal.

Jujur, Davichi ingin marah. Seharusnya seorang aktor maupun aktris harus profesional. Mau itu urusan hati, ginjal, usus, semuanya harus diabaikan dan fokus untuk syuting.

Ah sudahlah, Davichi hanya ingin rebahan. Adegannya untuk hari ini telah usai. Ia akan kembali ke tenda untuk meredakan emosinya. 

Davichi memasuki tenda dengan langkah lemas. Kakinya seakan tidak menapak di tanah. Begitu melihat kasur angin, ia pun langsung menjatuhkan badan di atasnya. Lelahnyaaa...

Ia mengambil hp yang sedari tadi tergeletak di atas koper. Terdapat beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari Dimas dan Ais. Ada apa ini?

Panggilan telfon kembali Davichi terima. Ia pun langsung mengangkatnya. Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Halo, ada apa Dim?"

"Kayaknya gue ngga bisa kesana hari ini. Mbak Ais lagi sakit, jadi ngga ada yang ngurus schedule lo" ucap Dimas diujung telfon. Ia sungguh tidak enak membiarkan aktornya sendirian di kaki gunung.

"Schedule gue berubah lagi?"

"Iya, ada meeting dadakan sama agency"

Duuh, ada apa lagi sih ini. Kenapa sering sekali ada rapat dadakan? Ingin rasanya Davichi pindah agency. Tapi kemana?

"Ok deh. Tenang aja, gue disini ada babu baru. Jadi lo ngga usah khawatir" ucapnya sambil tersenyum. Ia hampir lupa jika ada Alea disini. Gadis itu sudah setuju menjadi babunya tadi saat di lokasi syuting. Ya meskipun gadis itu sedang merajuk, tapi bisalah jika ia membujuknya lagi.

"Babu? Siapa? Lo ngga nindas anak orang kan?" Davichi meringis mendengar ucapan Dimas. Bagaimana dia tau?

"Gue capek mau tidur"

Tut

Ini solusi paling aman untuk menghindari pertanyaan Dimas. Bisa gawat jika Dimas sampai mengadu pada managernya kalau ia benar-benar menindas orang, seorang gadis pula. Sebaiknya Davichi mulai hati-hati sekarang.

Mata Davichi mulai berat sekarang. Ah, tapi perutnya sudah keroncongan lagi. Cacing peliharaannya ini memang tidak bisa diajak kompromi.

Dengan malas, Davichi keluar dari tenda dan memperhatikan sekitar. Disini hanya ada warung yang berjejer dari ujung ke ujung. Hm, sepertinya Davichi memasak mie saja. Lebih simpel.

Wait

Oh god, tidak ada kompor disini. Melihat beberapa orang membawa kayu bakar membuat Davichi memutar bola mata malas. Mending ia beli saja di warung daripada repot-repot mencari kayu bakar. Laparnya sudah menyerang sampai ke otak.

Seorang pria yang Davichi yakini sebagai pacar Alea berjalan dari arah barat sambil membawa beberapa kayu bakar. Dia menaruh kayu bakar itu kemudian masuk ke dalam tenda.

Davichi yang ingin membeli makan pun sontak mengurungkan niatnya. Barangkali pria itu akan memasak, ia akan ikut menumpang. Lumayan kan ia tidak perlu pergi jauh-jauh ke warung.

Detik berikutnya pria itu keluar dari tenda dan disusul oleh seorang gadis dengan rambut yang sedikit berantakan. Davichi hampir menyemburkan tawa saat mengetahui bahwa itu adalah Alea.

Ia langsung mengambil hp dan mengabadikan momen itu. Jika Alea tidak menuruti perintahnya, ia bisa menggunakan foto ini sebagai ancaman.

Melihat pria itu yang sedang menyusun kayu bakar, membuat Davichi keluar dari persembunyiannya. Ia mendekati pria itu dan ikut jongkok di depannya.

"Boleh saya ikut masak? Cuma mie kok" ucap Davichi sopan. Perutnya benar-benar kelaparan sekarang.

"Santai bro. Ikut aja. Gue juga mau masak mie" akhirnya, ada juga yang berbaik hati padanya. Davichi pun langsung menata kayu bakar. Sedangkan pria itu masuk ke dalam tenda untuk mengambil kitchen set.

Mata Davichi mencuri-curi pandang ke arah Alea. Gadis itu sedang duduk lesehan di atas tenda dengan mata terpejam. Jika begini, dia lebih mirip kukang daripada kingkong.

"Aaal" Davichi langsung menoleh ke sumber suara. Gadis bernama Alea itu sedang memeluk kaki sebelah kanan pria yang berbicara dengannya tadi. Ah gadis itu benar-benar kukang ternyata.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status