Share

Mysel dan Traumanya

Mysel menuruni anak tangga satu persatu, sementara matanya mendapati Jerry duduk diruang tengah dengan tangan memegang segelas kopi yang mengepulkan asap di atasnya. Pandangan mata mereka saling beradu saat Jerry menyadari Mysel mendekat padanya.

“Bisa bantu tunjukkan mana kamar tamu tuan? Tuan Nicko meminta saya mengganti baju, katanya bau!” ucap Mysel bicara sopan sedangkan wajahnya tertunduk dalam, pandangan mata Jerry dan Nicko sama dinginnya dengan ketampanan yang berbeda namun memiliki nilai yang sebanding.

“Inem!” teriak Jerry dengan maksud hati menggantikan dirinya menemani Mysel mengambil pakaian di kamar tamu.

“Tuan, maaf! Tuan Nicko meminta anda yang menemani katanya tidak percaya sama orang asing,” imbuh Mysel tahu maksud Jerry meminta bantuan Inem menggantikan menemani dirinya ke kamar tamu.

Jerry tersenyum, ia dibuat bingung dengan bossnya Nicko yang eksra hati-hati pada gadis baik seperti Mysel, ia tidak mengerti kenapa Nicko seperti itu pada Mysel.

“Baiklah!” Jerry berdiri dari duduknya, Mysel membiarkan Jerry mendahuluinya karena merasa tidak percaya diri setelah tadi Nicko mengatakan bau.

“Kenapa?” tanya Jerry.

“Enggak, tuan duluan saja. Saya enggak enak, bau!” sahut Mysel menenggelamkan pandangannya dalam.

Jerry mengukir senyum di sudut bibirnya, melangkah dan mendahului Mysel menuju kamar tamu yang letaknya di samping kamar utama lantai dasar.

Mysel mengimbangi langkah kaki tungkai panjang Jerry, ia memperhatikan Jerry dari belakang terpesona akan ke elokan bentuk tubuh Jerry yang atletis terlebih ketampanan Jerry membuatnya mati gaya saat berhadapan langsung dengan sekretaris bayi besarnya itu.

Jerry membuka pintu lebar, memberi ruang agar Mysel bisa masuk.

“Dilemari itu, kamu ambil semua baju-baju di sana dan bawa ke kamarmu!” perintah Jerry.

Mysel mengangguk mengerti, membuka lemari tiga pintu berukuran besar, ada banyak gaun di dalam lengkap dengan pyama dan kimono mandi.

“Semuanya untuk saya tuan?” tanya Mysel tidak percaya.

“Hm, iya!” sahut Jerry bicara dengan ekspresi datar.

Mysel tersenyum, ia mengambil semua baju-baju mahal milik Noury dan menaruhnya di atas tangan kirinya, sekitar tiga puluh potong baju dilemari itu dibawa Mysel ke kamarnya.

“Terimakasih tuan,” ucap Mysel. Ia ke luar kamar dan membawa baju-baju tadi meninggalkan Jerry di sana. Sesampainya, Mysel menaruh baju-baju itu di atas ranjang dan memilih baju santai untuk dikenakan celana jeans pendek berwarna abu padu padan dengan kaos merah muda.

Mysel tampak cantik mengenakan pakaian santai seperti itu terlebih rambut hitamnya yang indah ia gulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus. Setelah selesai Mysel keluar menuju kamar tuan Nicko di lantai atas.

Saat dirinya melewati Jerry yang kembali mengambil posisi duduk di sofa ruang tengah, sekretaris itu dibuat terpesona oleh keindahan bentuk tubuh Mysel yang ramping keindahan itu dilengkapi dengan dadanya yang busung.

Mysel menganggukkan kepalanya ringan dan melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga satu persatu.

Tok … tok …

Mysel mengetuk pintu kamar Nicko yang dibiarkan terbuka, tidak ada jawaban berarti dari Nicko padanya membuat gadis itu tidak berani masuk karena takut nanti dimarahi lagi.

Mysel berdiam diri di daun pintu memperhatikan Nicko yang tampak kalut setelah ditinggal sebentar.

“Kenapa dia seperti itu? Bukankaha tadi saat aku tinggalkan baik-baik saja?” batin Mysel ketika mendapati Nicko mencengkram rambut dikepalanya kuat.

Mysel seketika menelan ludah saat dilihatnya Nicko melihat padanya, mata mereka bertemu. Sialnya melihat Mysel mengenakan pakaian yang biasa dipakai Noury saat ia bertamu dirumah itu membuat Nicko kembali mengenang masa-masa indah bersama wanita yang masih ia cintai. Mata Nicko tidak henti memperhatikan Mysel yang dibuat salah tingkah ditatap begitu lekat oleh Nicko.

“Ada yang bisa saya bantu tuan?” tanya Mysel pada Nicko, berharap pria arrogan itu tidak mengeluarkan umpatan dan cacian lagi padanya.

Nicko berdiri mengambil body lotian di atas nakas kembali duduk di sofa putih tempatnya semula.

“Kemarilah! Tolong pijit punggungku!” ucapnya seraya membuka kaos yang ia kenakan.

Mata Mysel dibuat melotot hingga nyaris jatuh ke lantai tatkala Nicko membuka bajunya, seketika bayangan dimalam yang kelam saat dirinya harus melayani tiga pria sekali gus kembali terlintas dalam ingatannya. Ia gugup bibirnya bergetar hebat, ketakutan atas penyiksaan malam itu membuat kedua tungkai kakinya lemas seakan tidak sanggup menyangga tubuhnya sendiri.

Saat menyadari Mysel masih berdiam diri seketika berhasil membuat Nicko kembali meradang.

“Apa kau tidak dengar perintahku?” teriak Nicko yang semula memang sudah dibakar emosi terlebih sikap Mysel membuatnya meluapkan semua amarah atas kekecewaannya pada Noury.

Mysel melihat kali ini Nicko benar-benar marah, meski tidak beralasan tapi apa boleh buat Mysel tidak punya keberanian untuk melawannya. Tergugup Mysel melangkah dan mendekat ia butuh waktu panjang untuk mendekati Nicko yang menunggunya di sofa putih di sudut kamar.

Nicko benar-benar geram, gerahamnya mengatup tidak mengerti dengan jalan pikiran wanita yang semalam ia selamatkan dari kejaran preman mucikari itu.

Saat Mysel berada di depannya, dengan kasar Nicko menarik pergelangan tangannya hingga tubuh ramping gadis itu terhempas di atas sofa di sisi sebelah kirinya.

Mendapati Nicko memperlakukannya kasar berhasil membuat Mysel histeris, ia menjerit dan berteriak.

“Tolong, jangan! Jangan lakukan itu! Tolong kumohon jangan!” ucap Myse, ia mengangkat kakinya lalu meringkuk membenamkan kepalanya diantara dua kakinya yang ia tekuk.

Menyaksikan Mysel seperti itu berhasil membuat Nicko terpana, setelah kejadian semalam ditambah sekarang seperti ini membuat Nicko menyadari kalau gadis kampung yang ia bawa pulang bersamanya memiliki trauma mendalam akan kekerasan seks yang dilakukan pelanggannya.

Tanpa diundang Nicko jelas merasa kasihan, ia mengetepikan keangkuhan dan kesombongannya setelah berhasil menakuti Mysel. Membuat gadis itu mengenang kembali kepahitan yang harus ia lalui malam itu sebagai wanita malam.

“Hey, kau kenapa?” tanya Nicko bernada khawatir.

Tidak ada jawaban berarti dari Mysel atas pertanyaan Nicko padanya, gadis itu sudah terlanjur takut.

Mysel mengangkat wajahnya setelah tadi menyembunyikan diantara dua lututnya, wajah itu pucat bibirnya gemetaran, pandangan matanya kosong.

“Ya Tuhan,” Nicko melirik jam di dinding, sudah menunjukkan pukul 13:30 dia tidak sarapan dan belum makan siang.

Nicko menyesali perbuatannya yang telah menyiksa Mysel dengan begitu kejam, tidak memberinya sarapan dan menahannya makan, padahal gadis itu sejak kemarin belum makan apa-apa. Nicko memperhatikan wajah Mysel seksama dari dekat, wajah itu jelas terlihat cantik dengan dagu lancip sedikit belah dibagian tengahnya.

“Hay kamu tidak apa-apa?” tanya Nicko seraya berusaha menenangkan Mysel menyentuh punggung gadis itu dengan lembut.

Rasa bersalah Nicko membuatn ia mengubah cara berpikirnya tentang Mysel yang semula dianggapnya hanya wanita malam yang rela menjual diri demi mendapatkan sejumlah uang, tapi Mysel berbeda dia tidak seperti yang dipikirkan Nicko gadis itu dijebak dan harus menyerahkan keperawanannya pada pria bejat yang telah membeli dirinya dari Jamil. Ketakutan dan trauma Mysel berhasil menumbuhkan rasa iba dihati Nicko yang sebelumnya beku seperti es di kutub Utara

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status