Waktu berlalu begitu cepat. Seminggu kemudian Jack sudah muncul kembali di kantor. Ia datang ke meja kerjaku dengan senyum yang mengembang.“Ana, apa kabar?”“Aku baik, Jack.”“Maaf, aku tidak pamit saat Bos menugaskanku ke luar negri untuk mengurus suatu kontrak kerja dengan perusahaan asing. Waktu itu sangat larut dan aku harus pergi malam itu juga.”“Tidak apa, Jack. Aku mengerti.”“Ana, maukah kau mengantarku ke mal untuk membeli baju? Aku pindah ke sini secara mendadak. Dan sekarang musim mulai dingin. Aku tidak mempunyai baju tebal yang cukup untuk kupakai sehari-hari.”“Oke,” aku tidak bisa menolak ajakan Jack karena dia banyak membantuku selama ini. Hanya mengantar ke mal membeli baju tidaklah hal yang menyulitkan bagiku.“Ana, bagaimana dengan yang ini?” tanya Jack setelah kami tiba di outlet penjual baju laki-laki. Jack mengambil jaket parasit yang berisikan bulu angsa. Warna jaket itu sangat terang dan aku tidak menyukainya. Aku lebih suka warna-warna gelap seperti jaket ya
Aku menatap Jack dengan saksama.“Ah lupakanlah, aku hanya bercanda.” Jack menggaruk rambutnya.“Jika ada masalah, datanglah padaku. Aku pasti akan membantumu.” Jack mengelus rambutku lalu keluar dari lift. Dari dulu Jack selalu begitu. Tidak pernah mendesakku atau memaksakan kehendaknya. Semua berjalan natural dan apa adanya. Satu hal yang kusukai dari Jack. Selalu membuatku nyaman ketika berada di sisinya.***Aku kembali ke duniaku yang sibuk dengan pekerjaan. Tiba-tiba saja telepon dari pelanggan yang terkenal rese menelponku. Pelanggan itu adalah selebgram terkenal yang sedang naik daun. Gadis itu terkenal dengan attitude yang kurang baik. Tapi anehnya dia terkenal dan selalu banjir job dari brand-brand ternama.“Halo, Nona Phillips.” Aku terpaksa mengangkat telepon dari Amanda Philips, klien yang desainnya aku tangani.“Oke, silakan.” Aku mulai mendengarkan kemauan Amanda tentang desain interior untuk pesta pernikahannya. Walaupun terkesan berbelit-belit, aku mendengarkannya deng
“Anda tidak bisa mengelak, Nona. Bukti sudah jelas.”“Tidak, saya tidak melakukan itu. Saya dijebak.”Beberapa kali aku membela diriku. Tetap saja tidak ada gunanya. Aku tetap dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam keremangan, aku melihat seseorang datang mendekati sel yang kuhuni. Dan bisa kutebak jika orang itu adalah David. Apa pun bisa dibelinya. Menemuiku di dalam penjara adalah hal mudah baginya. Aku diam menanti dia bicara. Bagaimanapun aku harus menunggu kata-kata apa yang keluar dari mulutnya. Aku takut berharap yang akhirnya aku kecewa berat.“Ana!” teriak David dalam kegelapan.Aku diam di pojokan tanpa bersuara. Aku tidak akan menggantungkan harapan padanya.“Ana, kenapa kau melukai Lily?” David mencengkram kerah bajuku.“Aku tidak pernah menyentuhnya. Dalam sebulan ini kami tidak pernah bertemu. Malah dia yang ingin menyakitiku.” Walaupun aku tahu pembelaanku akan sia-sia. Aku tetap mengatakan kejadian yang sebenarnya kepada David.“Kau masih mengelak? Bukti-bukti sudah
Teriakanku sia-sia karena setelah pukulan itu. Aku merasakan perut bawahku kram. Mereka berempat melepaskan kedua tangan dan kakiku.Mereka tertawa terbahak-bahak setelah melihat gumpalan darah keluar dari selakanganku.“Itu hadiah dari seseorang yang terusik dengan kehadiran darah itu.” Selesai mengatakan hal itu mereka pergi begitu saja meninggalkanku.Aku menangis lalu mengambil gumpalan darah itu. Baru saja darah itu masih menempel di rahimku dalam keadaan hidup. Tapi sekarang darah itu sudah terlepas dari rahimku dan sudah tidak bernyawa.“David, Lily!” Aku berteriak sekencangnya lalu semuanya menjadi gelap. Aku pingsan hingga keesokan harinya sipir penjara membangunkanku untuk menjalani piket.“Hei, bangun!” sipir itu menggunakan kakinya untuk membangunkanku.“Bu sipir, semalam ada orang yang mencelakai saya. Mereka memukul saya hingga saya keguguran. Bu sipir saya meminta keadilan.”“Kau pasti sedang bermimpi. Semalam tidak ada seorang pun yang masuk ke sini. Mana mungkin ada s
Aku segera memundurkan langkahku ke belakang. Aku tidak ingin bertemu dengan laki-laki kejam itu.Dan aku pun terkejut saat seseorang menarik tanganku. Ternyata orang itu adalah Jack. Ia menarikku keluar dari lobi lalu membukakan pintu untukku. Sekilas kulirik David menatap ke arah kami. Mungkin ia mengenali Jack, tapi aku yakin ia tidak akan mengenaliku. Karena penampilanku berubah total. Gaya pakaianku juga sangat berbeda.***“Jack, kau akan membawaku ke mana?” Aku tidak mengenali jalanan yang kami lalui.“Aku akan memberi kejutan untukmu, Ana.”Aku menatap bingung Jack yang sedang tersenyum.“Ini adalah rumahmu.” Jack menunjukkan sebuah apartemen minimalis padaku setelah kami turun dari mobil.“Jack, kau berlebihan. Aku tidak pantas menerima semua ini.” Aku tidak ingin berhutang terlalu banyak kepada Jack.Namun Jack tidak mendengarkanku. Ia mendorong tubuhku sehingga kami berhasil masuk ke dalam. Hanya dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu gabung dengan ruang makan dan dap
Kini aku tahu penyebab Sherly memusuhiku. Ternyata ia mempunyai hati kepada Jack dan menganggapku sebagai musuhnya.“Tok, tok, tok!” Aku mengetuk pintu agar Sherly mengetahui kedatanganku.“Saat ini aku tidak memerlukanmu, kau bisa istirahat. Aku ingin bekerja dan jangan menggangguku sebelum aku memanggilmu.” ucap Sherly dingin.“Baik Nona Hugh, saya tahu. Tapi sebelum saya keluar, saya ingin memberitahu Nona sesuatu.”Sherly yang memegang kertas sketsa dan pensil pun menoleh padaku. “Ada apa? Apa kau sudah tidak sanggup untuk menjadi asistenku?” tebak Sherly.Aku pun mengulum senyum lalu balik menatap Sherly. “Sebenarnya ada sesuatu yang ingin saya katakan. Saya dengan tuan Young tidak ada hubungan apa pun. Kami hanya sekedar teman biasa. Dulu saat di sekolah dia adalah senior saya dan saya adalah juniornya, selebihnya tidak ada hubungan apabpun. Saya sudah menikah dan pernah mengandung walaupun saya keguguran. Bagaimana mungkin tuan Young bisa menyukai saya? Lagi pula jika saya men
Mendengar kata-kataku, Sherly terdiam dengan wajah yang sangat memerah, ia diam cukup lama disaksikan oleh banyak orang. Setelah itu ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun.Sebenarnya aku merasa bersalah, aku rasa kata-kataku tadi keterlaluan. Karena kenyataannya Sherly adalah desainer berbakat yang rela menerima tawaran Jack untuk bekerja di perusahaannya karena ada rasa dengan Jack. Andai Sherly bekerja di perusahaan besar, aku yakin karirnya semakin cemerlang. Bagaimana seandainya Sherly benar-benar marah dan meninggalkan perusahaannya Jack? Di saat aku kebingungan, Mark datang mencariku.“Ana, ayo ikut denganku. Sudah saatnya bekerja.”“Baik, Mark.” Aku mengikuti Mark menuju ruang konferensi. Ia memintaku untuk mengambil adukan semen untuk merapikan beberapa bagian desain yang masih beberapa persen jadi.Jam lima sore kami mengakhiri pekerjaan kami. Karena bajuku sangat kotor, aku memutuskan untuk membersihkannya dengan air di toilet wanita. Namun saat aku sibuk membasuh
Aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan David padaku. Aku tahu di setiap kata-katanya pasti ada maksud yang tersirat.David membenciku dan untuk melampiaskan kemarahannya. Aku menduga ia akan menggunakan proyek ini untuk bisa menargetkanku.David bangun lalu memainkan proyektor yang berada di sampingnya. Sort cahaya dari proyektor itu ia matikan dan hidupkan dengan sesuka hatinya. Anggota rapat tidak ada yang berani bersuara. Ruangan ini seperti hanya aku dan David yang berada di dalamnya.“Perusahaan Anda sangat tidak berkompeten dalam merekrut karyawannya. Bahkan karyawan tersebut menyembunyikan sesuatu yang tidak bisa diterima perusahaan manapun sebagai kualifikasi kualitas pekerja.” David membalikkan tubuhnya lalu menatapku.“Jika Anda sedang membicarakan saya, saya tidak menyembunyikan rahasia apa pun kepada perusahaan yang merekrut saya.”“Rahasia pernah mencelakai seseorang hingga keguguran dan mempunyai record sebagai narapidana di penjara bukanlah rahasia? Entah apa yang