Share

Hinaan dari Ibu Mertua

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-08-04 09:33:54

Lain hari, di sore yang cerah Anne duduk sendiri di teras rumah. Ia masih memikirkan hal yang membuat suaminya bersikap dingin.

Mencari kesalahan apa yang dia perbuat hingga Samuel semakin dingin dan datar bahkan cenderung lebih banyak menghindar darinya. Suara dering ponsel miliknya yang berada di meja samping ia duduk telah menyadarkan dari lamunan itu.

Perlahan diangkat panggilan dari Samuel, "Iya, ada apa, Samuel?"

Untuk beberapa saat Anne terdiam, mendengarkan apa yang dikatakan oleh suaminya, ia pun mengangguk tanda mengerti dengan informasi yang diterima telinganya.

"Baiklah, aku akan bersiap sebelum kau datang," jawab Anne.

"Tidak perlu, kau langsung saja berangkat sendiri dari rumah. Aku harus mampir dulu untuk membeli kado untuk Mama." Suara Samuel masih terdengar datar dan tegas saat memberi perintah pada istrinya.

Anne menghela napas panjang, dia sebenarnya tidak lupa dengan hari itu yang bertepatan hari ulang tahun ibu mertuanya.

Namun, seperti tahun sebelumnya, dia selalu menunggu kedatangan suaminya untuk berangkat bersama. Tapi, tidak dengan hari ini. Samuel memutuskan untuk berangkat sendiri sepulang dari kantor.

"Baiklah, untuk pakaian apa kita juga akan mengenakannya seperti tahun kemarin, Samuel?" tanyanya kemudian.

"Terserah. Asal tidak memalukan aku saja," jawabnya masih dengan nada dinginnya.

Tanpa berpamitan, Samuel menutup panggilan itu secara sepihak membuat Anne melongo dengan mulut terbuka seakan hendak mengucap satu kata.

"Baiklah, jika ini yang kau inginkan, Samuel," gumam Anne.

Wanita itu berdiri lalu berjalan masuk ke dalam rumah untuk bersiap diri. Malam ini adalah acara pesta ulang tahun ibu mertuanya yang akan digelar mewah bertempat di rumah utama.

Waktu terus berjalan hingga sudah menunjukkan pukul enam sore, Anne masih berdiri mematung di depan deretan pakaian koleksinya. Kedua matanya memindai seri pakaian terbaru miliknya.

"Tidak ada yang terbaik untuk acara ini, sudah lama aku tidak membeli gaun untuk pesta. Jika membeli dulu, apa waktunya masih cukup?"

Anne berpikir dan menghitung waktu perjalanan membeli pakaian hingga datang ke rumah ibu mertuanya.

Ia mendengus panjang, hampir dua tahun Samuel tidak memperhatikan penampilannya dan juga tidak mengizinkan untuk membeli pakaian lagi dengan alasan koleksi pakaiannya sudah berlimpah.

"Mungkin masih ada waktu untuk membeli pakaian pesta edisi terbaru. Baiklah, lebih baik dicoba daripada membuat Samuel kurang nyaman melihatku di pesta itu dengan model kuno."

Anne lantas bergegas keluar dari rumah menuju ke mall terbesar di kota itu. Jalanan saat itu sangat mendukung perjalanan Anne untuk sampai di sebuah mall terbesar.

Ia segera turun dari mobil yang sudah terparkir sempurna, tungkai yang panjang dan indah melangkah anggun menuju ke butik ternama.

"Boleh saya bantu untuk memilih gaun untukmu, Nyonya?" tanya seorang pelayan dengan nada sopan.

Anne menoleh memandang pada pelayan wanita, lalu bibirnya tersenyum dan mengeluarkan suara, "Tolong bawakan aku model gaun pesta terbaru yang kalian miliki."

Setelah semuanya selesai, Anne segera meluncur ke rumah sang mertua. Suasana terlihat ramai tetapi mobil milik Samuel belum tampak. Dia terus berjalan masuk ke dalam menuju ke ruang pusat acara.

Penampilan yang terllihat elegan seketika menjadi sorotan para tamu yang sudah hadir.

"Lihat menantumu, Nyonya. Cantik dan terlihat anggun," kata seseorang wanita yang kebetulan berdiri di samping ibu mertua Anne.

"Cantik pun percuma jika sampai saat ini belum pernah memberiku cucu,” ketus wanita paruh baya itu sembari melirik Anne dengan tatapan sinisnya.”

Anne yang sudah berjalan menuju ke tempat mertuanya berdiri, hanya melempar senyum pada mereka para ibu-ibu yang juga sedang menatapnya.

"Selamat ulang tahun, Ma," ujar Anne lembut dan sopan.

Ibu mertuanya hanya menatapnya sekilas, "Di mana Samuel?"

Anne tersenyum lalu melihat ke seluruh ruangan, tetapi sosok suaminya itu belum terlihat. Setelah beberapa saat terlihat, Samuel masuk dengan membawa kotak kecil yang terbungkus rapi.

"Selamat ulang tahun, Ma. Ada sedikit hadiah untukmu," kata Samuel.

"Kenapa kalian tidak datang bersama?" tanyanya kemudian.

"Aku banyak kerjaan."

Anne berjalan mendekat ke arah suaminya. Dia terus berusaha menampilkan keromantisan tetapi Samuel sedikit menghindar membuat ibu mertuanya tersenyum penuh arti.

"Sudah empat tahun kalian menikah. Kapan kau akan hamil, Anne?" tanyanya kembali.

Anne mencoba tersenyum sambil memeluk erat lengan suaminya. "Kami juga sedang berusaha, Ma. Bukankah seperti itu, Sam?"

Samuel menatap datar pada Anne. Dia hanya diam tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Hal ini menunjukan hubungan mereka menjadi dingin.

"Lihatlah di sana, mereka berdua baru menikah selama enam bulan saja sudah hamil. Bibimu terlihat penuh senyum. Sedangkan Anne, empat tahun tanpa ada kabar sedikit pun."

"Jika memang kau tidak bisa hamil, jangan banyak tingkah, Anne. Membuat malu saja," ketus ibunya Samuel.

Anne menunduk perlahan sambal melepaskan pelukannya lalu mundur sedikit menjauh dari tempat semula. Beberapa wanita teman mertuanya menatap penuh tanya.

"Mungkin mereka sedang berobat pada dokter, jangan terlalu menekan menantu," kata seseorang wanita pada ibu mertua Anne.

"Bagaimana tidak menekannya jika mereka saja sudah hamil meskipun baru enam bulan menikah. Bisa juga wanita ini mandul, tidak mungkin putraku yang mandul." Suara Tyas makin keras membuat sanak saudara yang hadir sontak melihat ke arah mertua dan menantu itu.

Anne semakin menunduk, jemarinya meremas sisi gaun dengan kuat. Sesaat melirik ke arah Samuel, dia mendengus lirih. Sangat jelas terlihat suaminya sama sekali tidak bereaksi atas perundungan ibunya.

Wajah Anne semakin mendung, dadanya terasa sesak apalagi hampir semua mata sanak saudara memberi tatapan penuh tanya.

"Benar juga, sepupu Samuel sedang hamil empat bulan, sedangkan Anne … kenapa bisa belum terlihat?" kata seorang sepupu Samuel yang kebetulan adalah ibu mertua yang sedang menjadi topik perbincangan mereka.

"Pasti kalian berpendapat sama denganku. Perempuan macam apa yang tidak hamil selama empat tahun menikah, jika tidak mandul," ketus Tyas kembali menyindir Anne.

Merasa situasi makin tidak kondusif, tangan Anne mencengkeram lengan suaminya yang sejak tadi tetap bungkam. Ia memberi isyarat untuk mengajak suaminya pergi dari sana. Namun, Samuel masih fokus pada mamanya yang terus mengejar alasan apa hingga mereka berdua masih belum diberi keturunan.

Akhirnya tanpa menunggu Samuel, Anne berjalan cepat dengan hentakan kaki di setiap langkahnya, hal ini seketika membuat Samuel berpamitan pada ibunya.

"Segera ceraikan wanita mandul itu, Samuel!"

Anne yang masih mendengar kalimat terakhir dari mertuanya itu menutup telinga sambil terus berlari menuju ke mobil hingga sampai di dalam mobil ia menangis. Samuel masuk tak lama dan langsung duduk di bangku kemudi.

"Kenapa kau begitu tega melakukan semua ini padaku, Samuel? Kau bahkan tak membelaku di depan ibumu yang sedari tadi menyindirku secara terang-terangan!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
AlbyMalik
waahhh berarti emang ada sesuatu nih Ama Samuel
goodnovel comment avatar
Risa Andriani
kasian jadi anne
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Udah sih Anne pergi aja tinggalin Samuel, untuk apa tetep tinggal jika tidak menghargai mu.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Akhirnya Siuman

    Suasana kamar ICU dipenuhi suara mesin yang berdengung pelan. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara, dingin dan menusuk.Di samping ranjang putih bersih itu, Samuel duduk dengan tubuh yang sedikit membungkuk.Wajahnya tampak lelah, mata merah karena berhari-hari tidak tidur. Tangannya tak lepas menggenggam jemari Anne yang terasa dingin dan lemah.Sudah hampir seminggu Anne koma setelah kecelakaan mengerikan di panti asuhan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan bagi Samuel.Ia hanya bisa memohon pada Tuhan agar perempuan yang dia cintai kembali membuka matanya.Samuel mengusap rambut Anne dengan lembut.Suaranya parau ketika ia berbisik,“Anne tolong, bangunlah. Aku tidak peduli seberapa marah kau padaku, seberapa kecewamu padaku, asalkan kau tetap di sini bersamaku.”Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Ia merasa hancur, merasa gagal melindungi wanita yang selama ini menjadi pusat dunianya.Tiba-tiba, jemari Anne bergerak pelan di genggamannya. Samuel terhenyak dan jan

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Perang Ibu dan Anak

    “Apa ini benar, Samuel?” teriak Tyas dengan wajah amarah dan luka. “Kau anakku sendiri, mencopot ibumu dari perusahaan yang kubangun bersama ayahmu?!”Samuel menatapnya tanpa gentar dan raut wajahnya penuh ketegasan. “Benar, Ma. Mulai hari ini, kau bukan lagi bagian dari perusahaan ini. Semua wewenangmu telah dicabut secara hukum.”Ruangan langsung riuh. Beberapa direksi saling berbisik, sebagian tampak terkejut, sebagian lagi tersenyum tipis karena sudah lama ingin melihat Tyas jatuh.Namun, sebagian direksi yang setia pada Tyas justru terlihat panik dan marah.Tyas berdiri dengan gerakan kasar hingga kursinya terjungkal ke belakang. “Apa kau sudah gila?!” teriaknya dengan wajah merah padam.Ia meraih tumpukan berkas di meja dan melemparkannya ke arah Samuel. Beberapa kertas berhamburan di udara dan jatuh berserakan di lantai.“Kau pikir kau bisa menghancurkan aku begitu saja? Aku yang membesarkanmu! Aku yang menjaga perusahaan ini saat kau belum bisa apa-apa!”Samuel tetap berdiri t

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Aku Merindukanmu, Anne

    Ruang kerja Samuel dipenuhi oleh ketegangan. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja kayu mahoni, layar laptop menampilkan grafik, rekaman video, dan data transaksi keuangan.Lampu meja menyinari wajah Samuel yang tampak letih namun penuh tekad. Matanya merah karena kurang tidur, tetapi genggamannya pada pena tetap kuat.Di hadapannya, Daryl berdiri sambil membawa beberapa map tebal. Ia menatap tuannya dengan ekspresi khawatir.“Tuan Samuel,” katanya pelan, “ini semua bukti yang berhasil saya kumpulkan. Rekaman panggilan telepon, transfer dana ke rekening Jeane, dan dokumen yang menunjukkan Nyonya Tyas menggunakan wewenangnya untuk mengalihkan dana perusahaan. Tapi ….”Samuel mengangkat kepalanya dan sorot matanya menatap tajam Daryl. “Tapi apa, Daryl?”Daryl menelan ludah sebelum menjawab. “Tapi langkah ini berbahaya. Nyonya Tyas memiliki banyak pendukung di jajaran direksi. Jika Anda salah langkah, mereka bisa membalikkan keadaan dan menyerang Anda balik. Anda akan dianggap sebagai

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Ada Campur Tangan Tyas

    Setelah beberapa jam berlalu. Samuel akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang ICU di mana sang istri masih berada di sana karena mengalami kritis dan kondisinya terus menurun.Samuel berdiri di sisi ranjang, tubuhnya kaku namun jemarinya menggenggam tangan Anne erat-erat.Jemari itu dingin, rapuh, seakan hanya sehelai benang yang menahan hidupnya.“Anne?” panggil Samuel dengan suara lirih namun penuh rasa sakit. “Kumohon, jangan tinggalkan aku.”Air mata yang selama ini dia tahan jatuh juga membasahi kulit tangan Anne. Ia menunduk dan keningnya menempel pada punggung tangan istrinya.“Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpamu, Anne. Kau satu-satunya alasan aku bertahan menghadapi semua ini. Jika aku pernah membuatmu terluka, kumohon, maafkan aku.”Di balik kelopak matanya yang tertutup, Samuel membiarkan pikirannya terhanyut pada kenangan-kenangan mereka.Anne yang pertama kali dia temui di kafe kecil, senyumnya hangat namun malu-malu.Anne yang memeluknya erat saat mereka

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Tidak Punya Hati dan Belas Kasih

    Suara mesin di ruang ICU meraung, menciptakan ketegangan yang mengguncang seluruh lorong rumah sakit.BEEP! BEEP! BEEP!Nada panjang yang mengancam itu menusuk telinga Samuel, membuat dadanya serasa diremas oleh tangan tak kasatmata.Napasnya tersengal, matanya liar menatap ke dalam ruangan melalui kaca bening yang memisahkan dirinya dari Anne.“Anne!!!” jerit Samuel dan kedua tangannya menghantam kaca dengan putus asa.“Tolong dia! Lakukan sesuatu! Jangan biarkan dia mati!”Di balik kaca, tubuh Anne tampak lemah tak berdaya di atas ranjang ICU.Wajahnya pucat pasi, selang oksigen menutupi hidung dan mulutnya, sementara beberapa dokter dan perawat bekerja keras menyelamatkannya.Darah terlihat merembes dari perban di bahunya, bekas luka internal yang parah akibat kecelakaan di panti asuhan kemarin.“Tekanan darahnya turun drastis!” teriak seorang perawat.“Cepat, tingkatkan dosis obat penstabil! Jangan biarkan dia kehilangan kesadaran penuh!” balas dokter dengan suara keras penuh kepa

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Jangan Tinggalkan Aku, Anne

    Lampu-lampu putih rumah sakit menyilaukan mata Samuel saat dia berlari melewati lorong yang terasa begitu panjang dan dingin.Napasnya memburu, langkahnya berat, tetapi rasa takut yang mencengkeram dadanya membuatnya terus maju tanpa berhenti.Aroma antiseptik menusuk hidung, menambah ketegangan yang semakin menyesakkan dada.Di depan pintu ruang ICU, seorang perawat menyambutnya dengan wajah panik.“Tuan Samuel, istri Anda masih dalam kondisi kritis. Dokter sedang memantau—”“Aku ingin melihatnya sekarang.” Suara Samuel serak dan penuh tekanan.Ia tidak peduli pada aturan, dorongan emosinya terlalu kuat untuk dihalangi siapa pun.Tanpa menunggu izin, Samuel mendorong pintu ICU dan masuk. Seketika, dunia seperti berhenti berputar.Di hadapannya, Anne terbaring lemah di ranjang putih dengan tubuh penuh perban.Wajahnya pucat, bibirnya kering, dan berbagai alat medis terpasang di sekujur tubuhnya.Selang infus, monitor jantung, dan tabung oksigen membuat Anne terlihat rapuh, begitu berb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status