Home / Rumah Tangga / Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku / Rumah yang Kini Terasa Asing

Share

Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku
Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku
Author: Senja Berpena

Rumah yang Kini Terasa Asing

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-08-04 09:33:49

"Selamat pagi," sapa Anne dengan nada lembut. Senyumnya mengembang ketika melihat Samuel melangkah dengan setelan rapi, dasi yang belum sepenuhnya terikat dengan baik, serta ekspresi wajah yang datar seperti biasa.

Samuel hanya mengangguk tipis tanpa membalas sapaannya. Dia berjalan menuju rak sepatu dan mengambil jas yang tergantung di sana.

"Aku sudah siapkan sarapan untukmu. Ada roti panggang, telur, dan sup ayam kesukaanmu. Kopinya juga masih panas," ujar Anne berusaha terdengar ceria.

Pagi itu, aroma roti panggang dan telur yang digoreng dengan hati-hati memenuhi udara di dapur kecil mereka.

Anne berdiri di depan kompor, sesekali meniup anak rambut yang jatuh di keningnya sambil terus mengaduk sup hangat di panci kecil.

Dia menyiapkan semuanya dengan telaten; roti yang renyah, telur setengah matang sesuai kesukaan Samuel, hingga kopi hitam tanpa gula yang selalu menjadi penutup sarapan suaminya.

Wajah Anne terlihat cerah, seolah dia masih berharap ada kehangatan yang bisa tercipta dari meja makan mereka pagi ini.

Ia lalu menuang kopi ke dalam cangkir putih kesukaan Samuel, menatanya di meja makan yang telah rapi. Semua sudah siap, tinggal menunggu sang suami turun dari kamar.

Samuel melirik sekilas ke arah meja makan lalu kembali merapikan dasinya di depan cermin dekat pintu.

"Tidak usah repot-repot buatkan sarapan lagi untukku," ucap Samuel datar bahkan tanpa menoleh sedikit pun ke arah istrinya itu.

Anne mengerutkan dahi. "Kenapa begitu? Apa aku salah menyiapkannya? Aku bisa buatkan yang lain jika kau tidak suka,” ucap Anne dengan hati-hati.

"Tidak perlu, Anne." Samuel kembali meluruskan dasinya. Dia bahkan berbicara dengan nada dingin dan datar seperti biasa.

"Tapi aku hanya ingin—"

"Sudahlah," potong Samuel kemudian mendesah malas. Dia akhirnya menoleh sekilas, namun tidak dengan tatapan penuh perhatian, melainkan tatapan kosong yang nyaris membuat Anne menciut.

Anne menghela napas pelan dan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "Apa kau memang sengaja terus bersikap begini padaku?"

Samuel tidak menjawab. Tangannya sibuk merapikan jas di pundaknya.

“Sudah dua tahun terakhir ini kau selalu bersikap dingin padaku, seolah aku ini hanya patung di rumah ini. Dulu, kau masih sering mencium keningku sebelum berangkat.

“Kadang juga berpesan supaya aku hati-hati di rumah. Tapi sekarang ... bahkan bayanganmu saja nyaris tak pernah sempat kulihat," lanjut Anne lirih dan matanya mulai berkaca-kaca. "Apa sebenarnya salahku, Samuel?”

Samuel akhirnya memalingkan wajah ke arahnya. Tapi lagi-lagi bukan dengan ekspresi yang Anne harapkan. Wajah itu tetap datar, seperti tidak peduli.

"Apa pentingnya membahas ini, Anne? Aku merasa biasa saja. Tidak ada yang berubah dalam diriku,” ucapnya membela diri sendiri dan menyangkal akan perubahan sikapnya tersebut.

"Biasa saja?" Anne menahan getir di tenggorokannya. "Bagimu mungkin biasa saja. Tapi bagi perempuan yang setiap hari menunggumu di rumah, ini tidak biasa, Samuel. Aku tidak mengerti kenapa semua berubah. Aku tidak tahu apa yang salah dalam diriku.”

Samuel menarik napas berat, tapi tetap saja tidak menanggapi. Dia hanya menatap cermin lagi, memastikan semuanya rapi di tubuhnya.

"Kalau memang aku melakukan kesalahan, setidaknya beritahu aku agar bisa aku perbaiki," desak Anne dengan suara sedikit gemetar.

"Tidak ada yang salah, Anne," jawab Samuel dingin. "Aku hanya tidak suka membahas hal yang tidak penting."

"Bagimu ini tidak penting?" Suara Anne meninggi, tapi masih tertahan oleh kesabarannya yang tipis. "Bagimu ... perasaan istrimu ini tidak penting?"

Samuel memandang Anne beberapa detik. Lalu, tanpa sepatah kata pun, dia melangkah ke arah pintu, membuka dan menutupnya dengan suara pelan namun tegas. Tidak ada pamit, tidak ada salam. Hanya keheningan yang tertinggal.

Anne tertegun di tempatnya, matanya kosong menatap pintu yang kini tertutup rapat. Samar-samar terdengar suara mesin mobil dinyalakan, lalu perlahan menjauh.

Dapur itu kembali sunyi, hanya menyisakan suara jam dinding yang berdetak pelan.

Dia berjalan pelan ke meja makan, menarik kursi yang sedari tadi kosong di hadapannya. Dia duduk perlahan, memandangi sarapan yang masih hangat di atas meja.

Piring itu seharusnya untuk Samuel, tapi kini hanya jadi saksi bisu kesendiriannya.

Anne menunduk, kedua tangannya mengusap perutnya yang masih datar. Hampa. Seperti dirinya. Seperti rumah ini tanpa kehadiran Samuel yang sesungguhnya.

Sudah empat tahun mereka menikah. Empat tahun yang awalnya penuh harapan dan cinta.

Tapi semuanya terasa pudar, terutama dua tahun terakhir saat kehangatan Samuel perlahan memudar seperti kabut pagi yang tersapu angin.

"Empat tahun," bisiknya getir. "Empat tahun aku menanti, tapi perut ini masih kosong."

Air mata akhirnya jatuh perlahan di pipinya. Tangis yang ditahannya pecah dalam diam, hanya disaksikan piring dan cangkir kopi yang mulai mendingin.

Ia meremas perutnya pelan, seolah ingin berbicara pada rahim yang masih belum juga memberinya kehidupan baru.

"Apa karena aku tidak kunjung hamil ... maka dari itu dia bersikap seperti ini padaku?" gumam Anne pelan.

“Atau sebenarnya diam-diam dia memiliki wanita lain yang mampu memberinya anak?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
AlbyMalik
bisa jadi. dia punya yg di lirik lagi Anne..
goodnovel comment avatar
Risa Andriani
ceritanya keren
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Mungkinkah hanya karena belum hamil terus sikap Samuel berubah gitu?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Kecurigaan Samuel

    Suara isakan Anne memenuhi kamar rumah sakit yang remang.Tubuhnya gemetar hebat, matanya penuh ketakutan.Samuel duduk di tepi ranjang, kedua tangannya memegang bahu Anne, mencoba menenangkan istrinya yang terus meronta seolah dikejar sesuatu yang tak terlihat.“Anne, Sayang, tenanglah. Aku di sini,” ucap Samuel lirih dengan suara bergetar menahan emosi.“Tidak ada siapa-siapa, tidak ada yang bisa menyakitimu lagi. Lihat aku, Anne. Aku, Samuel.”Anne menggeleng histeris dan air matanya jatuh membasahi pipinya yang pucat.“Tidak, Sam! Dia… dia ada di sini tadi! Aku melihatnya! Jeane… dia berdiri di sana!”Anne menunjuk ke sudut ruangan, suara parau dan penuh ketakutan. “Aku tidak gila, Sam. Percayalah padaku!”Samuel memeluknya erat, mencoba meredam gemetar tubuh istrinya. Namun, dalam hati ia mulai goyah.Anne sudah beberapa kali melihat bayangan yang tidak ada, dan setiap kali itu terjadi, ia semakin ketakutan.Pintu kamar terbuka dan seorang dokter berjas putih masuk dengan ekspres

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Diserang dari Beberapa Sisi

    Beberapa hari telah berlalu sejak Samuel resmi melengserkan Tyas dari jabatannya di perusahaan, dan sejak saat itu badai baru mulai mengguncang kehidupan mereka.Di sebuah ruang mewah yang jauh dari rumah sakit, Tyas duduk di kursi kulit dengan secangkir teh di tangannya.Wajahnya tampak tenang, tetapi mata itu menyala penuh amarah dan dendam. Di depannya, Jeane berdiri dengan senyum penuh kebencian, aura liciknya begitu jelas terasa.“Kau yakin rencana ini akan berhasil?” tanya Jeane sambil menyilangkan tangan di dada.Tyas tersenyum miring. “Tentu saja. Anne mungkin berhasil memikat hati Samuel, tapi dia tidak sekuat yang terlihat. Kita akan menghancurkannya perlahan. Bukan hanya tubuhnya, tapi juga pikirannya.”Jeane mendekat lalu membisikkan sesuatu dengan nada rendah. “Aku sudah mulai menyebarkan gosip. Aku katakan pada beberapa wartawan bahwa Anne adalah penyebab kau dikeluarkan dari perusahaan.“Katakan padaku, Bibi, bukankah kau suka melihat dunia percaya bahwa menantumu itu h

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Hanya Topeng Belaka

    Di sore yang lembut, matahari menyelinap lewat tirai ruang intensif dan menorehkan garis-garis emas di wajah Anne yang sekarang tampak lebih tenang.Mesin-mesin masih berdenting pelan, tapi napasnya yang dulu tersengal kini lebih teratur.Luka-luka dan pembalut masih menempel, tetapi ada warna hidup yang kembali di pipinya — samar, tetapi nyata.Samuel duduk di kursi samping, kepalanya hampir menempel di bahu Anne. Tangannya tak lepas dari jemari kecil istrinya, kedua ibu jarinya sesekali mengusap punggung tangan itu seperti mantra.Setelah malam-malam penuh kecemasan dan dokumen-dokumen yang harus diurus, kini dia bisa menikmati momen yang sederhana namun berharga.“Aku… aku ingin bicara tentang… tentang kita,” ucap Anne dengan suara lembutnya.Samuel mencondongkan tubuh dan wajahnya berubah lembut seketika. “Apa yang kau inginkan, Sayang?”Anne menarik napas dalam-dalam seraya menahan rasa sakit di kepalanya ketika kata-kata hendak keluar.“Aku merasa… bersalah, Sam. Karena kehadira

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Berhasil Kabur

    Gedung tua itu berderit setiap kali angin malam menyelinap melalui celah-celah kusamnya.Lampu redup bergoyang, menorehkan bayangan panjang di dinding yang retak — saksi bisu pada rahasia yang tak seharusnya hidup di dunia yang terbuka.Di sebuah ruangan kecil bertutup selimut kotor, Jeane duduk terhimpit, mata tajamnya mengamati setiap gerak penjaga yang lewat.Ia tahu waktu adalah musuhnya; namun keganasan pikiran adalah sekutu yang selalu setia.Jeane menarik napas panjang, menahan sakit yang sebenarnya setengah pura-pura.Sekian hari disekap membuat tubuhnya lelah, tapi otaknya malah menyala. Ia harus keluar.Harus — bukan hanya untuk kebebasannya sendiri, tetapi untuk melanjutkan rencananya: menghancurkan Samuel dan Anne, sekali untuk selamanya.Di luar pintu, dua penjaga bergantian berjaga. Mereka berpakaian gelap, wajah kebanyakan kosong — orang yang melakukan tugas karena upah, bukan karena kesetiaan.Jeane mengamati mereka seperti predator mengamati mangsa; dia tahu tepat tit

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Aku tidak Marah

    Malam di lorong rumah sakit terasa dingin, lampu-lampu remang membuat bayangan panjang menari di dinding.Di dalam kamar perawatan intensif, suara mesin berdenyut lembut, menandai napas dan detak jantung Anne yang mulai stabil.Samuel duduk di kursi samping ranjang, matanya merah karena kurang tidur, namun wajahnya dipenuhi rasa syukur yang tak terkatakan.Di pangkuannya, handuk kecil yang dipakai Anne untuk mengelap bibirnya masih tersampul.Anne, yang tubuhnya masih lemah, menoleh perlahan saat mendengar suara-suara wajah yang akrab di luar.Ia sengaja membuka mata samar, ingin merekam setiap nada suara Samuel yang menenangkan itu.Namun, ia tidak sengaja mendengar cuplikan percakapan yang bukan untuk telinganya — sebuah bisik yang berubah menjadi pengakuan dan sumpah.“Daryl… aku sudah urus semuanya,” gumam Samuel pelan, suaranya hanya untuk orang di dekatnya.“Dokumen legal, bukti transaksi, saksi-saksi — aku akan membersihkan nama Anne sampai bersih. Kalau itu berarti aku harus m

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Akhirnya Siuman

    Suasana kamar ICU dipenuhi suara mesin yang berdengung pelan. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara, dingin dan menusuk.Di samping ranjang putih bersih itu, Samuel duduk dengan tubuh yang sedikit membungkuk.Wajahnya tampak lelah, mata merah karena berhari-hari tidak tidur. Tangannya tak lepas menggenggam jemari Anne yang terasa dingin dan lemah.Sudah hampir seminggu Anne koma setelah kecelakaan mengerikan di panti asuhan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan bagi Samuel.Ia hanya bisa memohon pada Tuhan agar perempuan yang dia cintai kembali membuka matanya.Samuel mengusap rambut Anne dengan lembut.Suaranya parau ketika ia berbisik,“Anne tolong, bangunlah. Aku tidak peduli seberapa marah kau padaku, seberapa kecewamu padaku, asalkan kau tetap di sini bersamaku.”Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Ia merasa hancur, merasa gagal melindungi wanita yang selama ini menjadi pusat dunianya.Tiba-tiba, jemari Anne bergerak pelan di genggamannya. Samuel terhenyak dan jan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status