Share

Harapan Besar Anne

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-08-04 10:00:23

Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi saat mentari hangat menyapa kulit lengan Anne yang sedikit tersingkap membuat wanita itu terbangun.

Pertama yang dilihat adalah sisi kanannya yang biasa digunakan Samuel. Tempat itu kosong, dan membuatnya tersenyum kecut.

Sejak pulang dari pesta itu, suaminya sama sekali tidak menyentuhnya bahkan untuk bersuara pun tidak ada. Anne mendengus lirih, lalu ia bangkit dan memaksa kakinya melangkah menuju ke kamar mandi.

Beberapa saat setelah merasa tubuhnya segar, ia pun keluar dari kamar. Suasana rumah pagi hari terlihat rapi bahkan cenderung sepi tanpa aktivitas.

Anne langsung berjalan menuju ke dapur tempat biasa ia menghabiskan waktu untuk membuang rasa sepi yang sering melanda beberapa bulan terakhir ini.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan dengan pernikahan ini, Anne?"

"Suami yang gila kerja atau memang sudah menginginkan kehadiranmu?"

Kedua lengan Anne terus bergerak meskipun bibirnya berbicara sendiri. Pikirannya pun ikut berkelana mencari sesuatu yang membuat ia betah diperlakukan seperti itu.

"Hampir setiap hari hanya berteman dengan alat masak bahkan saat sudah terhidang pun masih tetap tidak tersentuh. Sebenarnya apa yang kau lakukan di luar sana, hingga hadirku sama sekali tidak layak untuk kau lihat meskipun hanya beberapa detik, Samuel?"

Anne terus bermonolog sambil memasak menyiapkan beberapa hidangan untuk makan malam.

Seharian wanita itu berkutat di dapur hanya ingin menyajikan sesuatu hal baru untuk suaminya. Menu yang mungkin bisa mengurangi kelelahan bekerja.

"Nyonya, istirahat dulu. Tidak baik memforsir tenaga seperti itu," kata pembantu Anne dengan nada sopan.

Anne mengangkat kepalanya agar dapat melihat sosok wanita paruh baya yang sesekali datang ke rumah hanya untuk membantu membersihkan rumah.

Selama ini Anne mempekerjakan wanita itu paruh waktu, hal ini sengaja dia lakukan untuk menjaga hubungan suami istri. Namun, apa yang dia usahakan masih jauh dari kata berhasil.

"Tidak apa, ini juga akan selesai. Jika semua kerjaan selesai, kau boleh pulang sekarang." Anne berkata sambil mulai menyajikan hasil masakannya ke meja makan.

"Perlu saya bantu, Nyonya?"

Anne tersenyum, dia kemudian menggelengkan kepala tanda jika tidak membutuhkan bantuan dari wanita tersebut.

Maka dengan sopan wanita itu pamit pulang. Anne mengulum senyum dan tidak lupa mengucap terima kasih atas kedatangannya hari itu.

"Akhirnya semuanya selesai, semoga malam ini apa yang aku usahakan membawa hasil yang memuaskan."

Usai berkata sendiri, Anne berjalan ke kamar berniat untuk membersihkan tubuhnya dari asap dapur.

Malam ini dia ingin agar Samuel mau ungkap semua alasan perubahan sikapnya beberapa bulan terakhir.

Akan tetapi hingga jam makan malam berlalu, sosok suaminya sama sekali belum tampak. Membuat pikiran Anne malayang tidak karuan. Beberapa perkiraan telah muncul dalam otaknya.

Masakan yang awalnya dingin pun kembali dingin meskipun sudah dipanasi olehnya. Anne duduk berpangku tangan di meja makan sambil menatap iba pada semua hasil masakannya.

Beberapa kali pandangan wanita cantik itu tertuju pada dinding yang terdapat jam. Mulut mungilnya pun sudah tidak bisa dikondisikan, dia sering menguap. Namun, sekuat niatnya, Anne berusaha tetap terjaga demi satu tujuan yaitu kejujuran.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya terdengar suara deru mesin kendaraan, senyum Anne seketika muncul di wajah cantiknya. Dia lantas bangkit dari duduknya dan berlari kecil menyambut kedatangan suaminya penuh ceria. Pintu terbuka,

"Selamat malam, Samuel. Sini, biar aku bantu bawakan," sapa Anne dengan lembut.

Pria itu tetap diam meskipun dia sudah memberikan tas kerjanya pada Anne. Dengan lembut, Anne menerima tas itu lalu dia berjalan mengikuti langkah Samuel.

"Apa kau mau makan malam dulu? Jika iya, akan kupanaskan lagi untuk kesekian kali?"

Samuel tidak merespon kalimat istrinya itu, kakinya yang panjang terus melangkah menuju ke kamar. Anne segera menyusul dari belakang.

"Tunggulah di sini, biar kusiapkan air hangat untukmu mandi agar tubuhmu tetap terjaga kesehatannya," kata Anne lalu dia segera berjalan masuk ke kamar mandi untuk menyiapkan semua.

"Tidak perlu."

Jawaban dingin dan datar dari mulut Samuel mampu menghentikan waktu untuk Anne. Ia berdiri mematung di tempat itu dengan tatapan nanar pada sosok pria yang selama ini dicintai.

Semua usahanya seharian ini sudah pasti tidak akan membawa hasil yang memuaskan, "Apa yang sebenarnya kau inginkan, Samuel?"

"Aku sudah berusaha hingga sampai di titik ini, tetapi kau tetap dingin dan datar terhadapku," keluh Anne pada akhirnya.

"Aku hanya capek dengan semua pekerjaan di kantor tidak lebih, Anne. Mengertilah!"

"Selama ini aku selalu mencoba mengerti semua urusanmu baik itu di kantor maupun di dalam rumah, tetapi kau sama sekali tidak melihatku. Kenapa kau jadi seperti ini padaku, Samuel?" Suara Anne mulai berbalut isak tangis.

Semua sudah dia tahan agar hatinya tidak terluka. Tetapi ternyata perlakuan suaminya sudah tidak dapat ditekan lagi.

Perlahan, bulir bening meluncur dari sudut mata indah itu. Samuel masih tetap tidak peduli, untuk melihat wajah Anne pun terasa enggan.

"Sudah, hentikan tangismu itu. Jangan kekanak-kanakan seperti itu, aku tidak apa-apa. Hanya pekerjaan yang melimpah saja," kata Samuel datar sambil melepas kemejanya lalu dilempar begitu saja ke keranjang pakaian kotor.

Anne masih diam menatap sosok suaminya yang berjalan masuk ke kamar mandi, bibirnya bergetar dengan kedua tangan mencengkeram ujung blaouse warna salem.

Tatapannya mulai berkabut, perlahan ia melangkah dan duduk di ujung ranjang menunggu Samuel hingga selesai.

"Kenapa masih diam diri di sana? Kau tidak ingin membereskan makan malam itu?" tanya Samuel begitu ia keluar dari kamar mandi.

Samuel keluar dengan rambut basah bahkan sisa air masih sesekali meluncur jatuh di wajah tampannya membuat Anne berpikir jauh mungkinkah suaminya itu memiliki wanita lain di luar sana. Beberapa malam setiap pria itu pulang larut malam pasti akan mandi dengan rambut basah.

Membayangkan hal itu membuat dada Anne terasa sesak, bibirnya terkatup rapat bahkan lidahnya menjadi kelu.

Untuk menyuarakan isi hati pun terasa sulit, kata yang sudah tersusun di otak tidak dapat keluar karena tenggorakannya tercekat. Hanya suara tangis terisak yang akhirnya lolos dari tenggorokan.

"Aku ngantuk, hentikan tangisanmu itu. Akan lebih baik jika kau pergi bereskan semua kotoran itu di meja makan!" Suara berat dan datar Samuel membuat tubuh Anne langsung berdiri lalu berjalan keluar.

Wanita itu terus berjalan menuju ruang makan, pandangannya menyapu seluruh isi meja itu. Semua menu hasil jerih payahnya sama sekali tidak disentuh oleh Samuel.

Lalu pandangannya teralih pada kalender yang tergantung di sisi lemari pendingin.

Bibir mungil Anne bergerak menimbulkan suara lirih. "Satu minggu lagi ulang tahunku. Apakah Samuel masih ingat? Mungkin sikap dinginnya beberapa bulan ini untuk membawa kejutan di hari ulang tahunku nanti.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Diakah yang Membuatmu Berubah?

    Mata Clarissa sedikit menyipit lalu senyum di bibirnya melebar tipis, seolah sedang menimbang sesuatu yang hanya ia ketahui."Oh … istri," gumamnya pelan, namun cukup jelas untuk sampai ke telinga Anne.Nada bicaranya seperti gula yang dibubuhi racun—manis di permukaan, tapi menyisakan perih di dada."Senang bertemu dengan Anda, Anne," lanjut Clarissa sambil mengulurkan tangannya pada Anne. "Samuel tidak pernah bercerita bahwa dia memiliki istri secantik ini."Anne tersenyum sopan karena berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman yang menyusup di balik kulitnya.Jabatannya singkat, tapi Anne bisa merasakan sesuatu dalam genggaman itu—bukan sekadar formalitas, melainkan semacam pengukuran kekuatan."Terima kasih," jawab Anne dengan singkat.Samuel berdiri di antara keduanya, jelas ingin mengalihkan arah pembicaraan. "Clarissa, bagaimana kabar—"Namun Clarissa memotong dan melangkah setengah inci lebih dekat, hingga aroma parfum mewahnya menguar di udara di antara mereka."Kita sempat be

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Dia Istriku!

    “Untukmu, Samuel. Hanya untukmu. Aku tidak pernah berniat menggoda pria lain selain suamiku sendiri,” lirih Anne seraya menahan diri untuk tidak menangis di hadapan suaminya itu.Namun, tatapan mata Samuel yang begitu tajam membuat Anne tidak bisa lagi menahan diri. Baru saja tangannya hendak menyentuh dada Samuel, pria itu langsung menolaknya."Sudahlah, lupakan saja semua ini. Aku terlalu lelah dan capek malam ini, jangan ganggu dengan hal yang tidak penting!"Usai berkata, Samuel pun melangkah meninggalkan Anne tanpa ada rasa bersalah setelah apa yang dia lakukan pada istrinya itu.Anne mendengus menyaksikan semua usahanya yang menemui kegagalan lagi dan lagi.Akhirnya wanita itu berjalan menuju meja makan untuk menikmati semua hidangan yang dia siapkan sejak sore sepulang dari salon.Tatapannya nanar melihat pada satu per satu mangkuk berisi sayur favorit suaminya itu.Bibirnya mengulas senyum getir mengingat semua usahanya akhir-akhir ini. Sungguh dia merasa begitu bodoh menghara

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Dituduh Menggoda Pria Lain

    Sarapan pagi itu begitu membekas di hati Anne, hingga membuat wanita itu makin terluka akan sikap Samuel akhir-akhir ini. Kepergian Samuel ke kantor tanpa suara juga menambah luka di hati wanita itu.Anne berjalan menuju ke jendela, menatap kepergian suaminya dalam diam. Ia hanya berani melihat dari balik tirai tanpa keluar dan mengucap selamat jalan seperti jauh sebelumnya."Apa yang membuatmu berubah sejauh ini, Samuel? Aku hanya ingin kehangatan dan kasihmu seperti dulu," gumam Anne, lalu ia berjalan berbalik arah kembali ke meja makan.Semua menu pagi ini ludes tanpa sisa, hal ini sedikit mengobati sesak di dada Anne beberapa hari lalu. Anne segera membereskan alat makan yang kotor dan membawanya ke dapur untuk dicuci.Setelah semua kembali bersih, Anne berjalan masuk ke kamar lalu duduk di depan cermin meja rias miliknya.Pandangannya tertuju pada deretan make up yang jarang dia gunakan. Bibirnya melengkung seakan sebuah ide muncul di otak kecilnya."Apa aku harus berhias diri se

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Seperti Bicara dengan Tembok

    Setelah malam penuh luka, Anne terbangun dengan semangat baru. Wanita itu seakan tidak pernah lelah untuk mendapatkan perhatian dari suaminya.Apa pun akan dia usahakan agar sikap suaminya berubah seperti dulu, hangat dan penuh kasih sayang.Seperti pagi sebelumnya, Anne kembali menyiapkan sarapan untuk Samuel sebelum pria itu berangkat kerja.Bahkan kali ini menu yang disajikan terlihat mewah dan spesial. Semua Anne lakukan hanya untuk membuat Samuel kembali padanya."Selamat pagi, Sayang." Bahkan panggilan sayang pun diucapkan Anne untuk memancing selera makan suaminya, tetapi wajah datar itu masih muncul di sana.Samuel berjalan menuju ke meja makan tanpa bersuara, tetapi tatapannya pada menu pagi itu terlihat sedikit bercahaya.Hal ini membuat Anne mengulum senyum, hatinya bergetar saat menangkap sinar minat di mata suaminya."Duduklah, akan aku siapkan sarapan untukmu," kata Anne dengan lembut.Wanita itu bergerak dengan cekatan dan terampil dalam menyiapkan sarapan, sepanjang ke

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Harapan Besar Anne

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi saat mentari hangat menyapa kulit lengan Anne yang sedikit tersingkap membuat wanita itu terbangun.Pertama yang dilihat adalah sisi kanannya yang biasa digunakan Samuel. Tempat itu kosong, dan membuatnya tersenyum kecut.Sejak pulang dari pesta itu, suaminya sama sekali tidak menyentuhnya bahkan untuk bersuara pun tidak ada. Anne mendengus lirih, lalu ia bangkit dan memaksa kakinya melangkah menuju ke kamar mandi.Beberapa saat setelah merasa tubuhnya segar, ia pun keluar dari kamar. Suasana rumah pagi hari terlihat rapi bahkan cenderung sepi tanpa aktivitas.Anne langsung berjalan menuju ke dapur tempat biasa ia menghabiskan waktu untuk membuang rasa sepi yang sering melanda beberapa bulan terakhir ini."Sebenarnya apa yang kau inginkan dengan pernikahan ini, Anne?""Suami yang gila kerja atau memang sudah menginginkan kehadiranmu?"Kedua lengan Anne terus bergerak meskipun bibirnya berbicara sendiri. Pikirannya pun ikut berkelana mencari sesuat

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Hinaan dari Ibu Mertua

    Lain hari, di sore yang cerah Anne duduk sendiri di teras rumah. Ia masih memikirkan hal yang membuat suaminya bersikap dingin.Mencari kesalahan apa yang dia perbuat hingga Samuel semakin dingin dan datar bahkan cenderung lebih banyak menghindar darinya. Suara dering ponsel miliknya yang berada di meja samping ia duduk telah menyadarkan dari lamunan itu.Perlahan diangkat panggilan dari Samuel, "Iya, ada apa, Samuel?"Untuk beberapa saat Anne terdiam, mendengarkan apa yang dikatakan oleh suaminya, ia pun mengangguk tanda mengerti dengan informasi yang diterima telinganya."Baiklah, aku akan bersiap sebelum kau datang," jawab Anne."Tidak perlu, kau langsung saja berangkat sendiri dari rumah. Aku harus mampir dulu untuk membeli kado untuk Mama." Suara Samuel masih terdengar datar dan tegas saat memberi perintah pada istrinya.Anne menghela napas panjang, dia sebenarnya tidak lupa dengan hari itu yang bertepatan hari ulang tahun ibu mertuanya.Namun, seperti tahun sebelumnya, dia selal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status