Masuk"Maafkan keterlambatan saya, Tuan. Saya akan siapkan semua berkas Rolls-Royce Ghost yang Anda inginkan sekarang juga. Pembayaran tunai Tujuh Puluh Lima Miliar Rupiah akan segera diproses. Semua akan beres dalam lima belas menit. Silakan... Tuan Mada."
Hening.
Hanya suara mesin pendingin ruangan yang terdengar.
Vincent dan Bella, yang tadinya berteriak penuh amarah, kini terdiam kaku seperti patung lilin. Mata mereka mengerjap-ngerjap, tidak percaya pada apa yang baru saja mereka saksikan. Manajer showroom elit, yang melayani konglomerat-konglomerat Jakarta, tiba-tiba menunduk di depan seorang satpam berpakaian biasa.
Vincent yang pertama kali bereaksi. Tawanya langsung pecah, kali ini tawa yang garing, berusaha menutupi rasa malunya.
"Robert! Kau sudah gila?! Kau salah sapa orang, Bodoh!" Vincent mendorong bahu Robert dengan kasar, memaksanya berdiri tegak. "Bangun! Kau membungkuk pada satpam gila dari Komplek Watson! Lihat bajunya! Lihat sepatunya! Sepatu lima puluh ribuan itu! Kau pikir dia Sultan dari mana?!"
Tuan Robert menegakkan punggungnya. Ekspresinya kini berubah tegang, ia menatap Vincent dengan tatapan tajam yang langka.
"Tuan Vincent," potong Robert dingin, "Di showroom ini, kami tidak melihat pelanggan dari pakaiannya. Tapi dari Nama dan Aura-nya. Dan saya rasa, nama Tuan Mada jauh lebih bernilai dari tujuh puluh lima miliar yang akan dia bayarkan."
Bella langsung mencibir, tangannya melipat di dada. "Oh, please, Robert! Jangan drama! 'Aura'? Aura keringat sapi, iya! Nama Mada? Siapa dia? Anaknya Presiden?! Setahu saya, di lingkungan high society kita, tidak ada yang namanya Mada! Apalagi yang dijuluki... apa tadi? Zero? Nol? Hahaha! Nol itu artinya tidak ada!"
Vincent mengangguk setuju. "Benar! Zero itu siapa, Robert?! Kau kebanyakan minum kopi di kantor ya?! Kau dengar dia bilang 'Zero' saat mengigau, hah? Kami ini pelanggan loyalmu, Robert! Kami tahu siapa yang layak dihormati!"
Mada sendiri, yang berdiri di antara keributan itu, mengerutkan dahi. Ia merasa sedikit bingung. Kenapa Robert membungkuk? Dan kenapa pria itu menyebut nama Tuan Mada dengan penekanan? Seolah-olah nama itu punya arti spesial.
"Tuan Robert," sela Mada, nadanya kembali datar. "Saya tidak mengerti kenapa Anda membungkuk. Saya hanya satpam biasa, dan nama saya memang Mada. Bukan 'Zero' atau siapapun itu."
Kebingungan Mada itu justru membuat Robert tertegun. Robert kembali menatap Mada, kali ini bukan hanya sekadar mengamati, tapi menganalisis. Wajah polos Mada, kebingungan asli yang terpancar dari matanya, dan cara dia menolak sebutan "Zero" justru menjadi kunci bagi Robert.
Aura yang sama persis, tatapan yang mematikan, tato naga yang pernah ia lihat sekilas di balik kerah baju... tapi kebingungan di matanya.
Robert ingat laporan lama yang ia dengar dari lingkaran atas: "Zero" menghilang setelah misi terakhir. Hilang ingatan, kembali menjadi warga sipil biasa.
Mada si satpam ini pasti Zero yang hilang itu! Dan yang lebih penting: Claire mengutusnya datang ke sini.
Robert tiba-tiba paham seluruh skenario. Ini bukan transaksi mobil biasa. Ini adalah perkenalan status. Claire pasti sedang bermain api, ingin menarik Zero kembali ke dunia elit.
Robert harus melindungi Mada. Tidak boleh ada yang tahu identitas aslinya. Terutama dua sampah sombong seperti Vincent dan Bella.
Tiba-tiba, ekspresi Robert berubah drastis. Ia memasang wajah marah yang sangat meyakinkan, menunjuk Mada dengan jari telunjuk.
"Kau! Mada! Cukup! Kau keterlaluan!" teriak Robert, suaranya menggelegar di showroom.
Mada terkejut. Vincent dan Bella tersenyum puas, mengira Robert akhirnya sadar.
"Lihat, Vin! Sudah kubilang! Robert hanya salah paham!" seru Bella penuh kemenangan.
Robert mengabaikan Bella. Ia menatap Mada dengan tatapan mata yang penuh pesan rahasia.
"Kau pikir kau bisa datang ke showroom ini, memesan Rolls-Royce Ghost seenaknya, dengan kemeja lusuh begitu?! Kau pikir ini pasar malam?! Aku sudah berusaha sopan, tapi kau memanfaatkan kesopanan kami! Satpam sepertimu harusnya sadar diri!" Robert berakting dengan sangat baik.
"Robert, dia memang kurang ajar!" Vincent langsung merangkul Robert, menepuk-nepuk bahunya dengan penuh kemenangan. "Aku tahu kau tidak akan salah. Cepat usir dia, Robert! Aku malu melihat dia menodai lantai ini!"
Robert memanfaatkan momen itu. "Tuan Vincent, Nyonya Bella, saya mohon maaf atas insiden ini. Saya akan urus anak ini. Tapi saya minta waktu Anda sebentar. Kalian sudah melihat Rolls-Royce Ghost. Kenapa tidak sekalian melihat Lamborghini Aventador SVJ Roadster di sudut sana? Versi terbaru, hanya ada tiga unit di Asia Tenggara. Saya akan berikan diskon khusus untuk Anda berdua."
Vincent, yang harga dirinya sudah pulih dan ditawari diskon Lambo langka, langsung tertarik. "Oh, Aventador SVJ? Baiklah, Robert. Aku akan lihat. Tapi pastikan sampah ini sudah menghilang saat aku kembali!"
"Pasti, Tuan Vincent," jawab Robert sambil mendorong pelan Vincent dan Bella ke arah yang berlawanan.
Setelah Vincent dan Bella agak menjauh, Robert langsung menarik tangan Mada tanpa basa-basi.
"Ikut saya. Sekarang," bisik Robert cepat, suaranya kembali dingin dan penuh otoritas.
Mada tidak melawan. Ia mengikuti langkah Robert yang cepat menuju sebuah pintu kaca buram bertuliskan 'Private Viewing Room'.
“Mada, barusan aku dapat mandat dari Jenderal Zhang Ze. Kamu diuruh mencairkan beberapa ratus dollar di ATM yang aku berikan kapan hari lalu. Pergilah ke Bank Platina di pusat ibukota. Setelah itu, carilah villa mewah yang kelak jadi tempat tinggalmu.”Baru saja ingin menutup mata, ponselnya berdering, dan Sofia segera memberi perintah.“Hmm, aku masih ngantuk. Apa nggak bisa diundur sampai nanti siang atau sore?” Mada menguap setelah semalaman tidak tidur.“Jenderal Zhang Ze ingin kamu segera pergi. Aku sarankan, villa Phoenix yang letaknya ada di perkomplekan mewah Heaven Garden.”“Ah, sialan! Oke. Aku pergi sekarang.”Dengan kantung mata bengkak dan pakaian kusut milik Boris yang belum diseterika, Mada pergi, tanpa membangunkan Boris yang masih mendengkur pulas.Sofia mengirim titik koordinat lokasi Bank Platina.“Aneh, kenapa hanya ada satu Bank Platina di ibukota? Harusnya, ada minimal tiga atau empat bank. Kenapa pula Jenderal Zhang Ze memberi perintah dadakan seperti ini!?”Sel
“Benar. Barusan, aku dapat info dari markas pusat. Kamu pasti tahu, kan, dia bukan laki-laki biasa. Dia mantan pembunuh bayaran terkenal. Aku takut kalian berdua terluka, atau bahkan terbunuh karena laki-laki itu.”Boris dan Mada saling tukar pandang. “Tenang, Sofia, kami tidak semudah itu mati. Percaya pada kami. Kami akan membereskan orang ini, seberapapun mengerikannya dia.”Kekhawatiran Sofia ternyata tidak terjawab.Louis, yang rencana awalnya datang ke Cliff Inna untuk memburu Mada, tiba-tiba menghilang tanpa jejak.Padahal, lima menit sebelumnya, Mada mendapat kabar jika Louis dalam perjalanan menuju perbatasan mengendarai jeep dengan kaca anti peluru.Pun hingga pagi menyongsong, Mada tak kunjung menutup mata. Sementara Boris, dia sudah terlelap sebelum matahari terbit tadi. Mungkin pria itu capek setelah pertempuran tengah malam tadi.Merenung menatap latar pergudangan tua, Mada masih kepikiran, bagaimana nasib Kristal setelah rencana pembunuhan itu gagal.Serigala Merah past
Sekarang, sisa satu perampok yang menggunakan topi baseball hitam. Dia memberondongkan senjata, menembak acak orang-orang sipil di sana.Mada menunggu kesemptan hingga perampok itu teralihkan perhatiannya oleh Boris, dan tidak menatapnya lagi.Julukan Zero tidak main-main. Kecepatan dan keakuratan serangan yang dimiliki Mada dalam menotok leher perampok itu, sangat cepat. Bagai ular, tepat di nadi meridian tengahnya.Perampok itu tumbang sebelum sempat membabi-buta lebih lama lagi. Urat nadinya mati sementara. Jangankan membalas pukulan Mada, untuk berteriak saja, dia tidak mampu.“Sssttt...”“Jangan berisik!”Mada menoleh ke seluruh pelanggan, memberi kode menggunakan gerakan bibir sembari menautkan telunjuknya. Mereka mengangguk paham. Tidak satu pun membuat kegaduhan sampai Mada selesai.Kecerdikan Mada didukung oleh prediksi akurat Boris, dia sudah menghitung estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mengalihkan perhatian, sampai Mada berhasil mengalahkan perampok satunya.Usai menenan
Mada terkenal dengan julukan Zero.Di Leviathan Army, ada kode tertentu yang diberikan sesuai kekuatan dan kepiawaian anggota dalam menjalankan misi. Makin kecil angkanya, makin tinggi pula pangkatnya.Zero sendiri merupakan julukan yang hanya diberikan pada militer-militer terkuat di zamannya.Di antara semua pasukan khusus Leviathan Army, hanya Mada yang menunjukkan kemajuan signifikan sejak dia bergabung.Hanya butuh waktu empat tahun dia menguasai semua ilmu beladiri, senjata, juga obat-obatan yang harusnya ditempuh dalam waktu minimal 15 tahun.Dalam empat tahun itu juga, Mada berhasil menyelesaikan misi-misi sulit, yang bahkan menurut anggota Leviathan Army lainnya, mustahil untuk diselesaikan.Salah satunya adalah, memberantas organisasi hitam yang merugikan dunia bernama Red Lotus, seorang diri, tanpa bantuan petinggi Leviathan Army yang lain.Dan, sekarang, para petinggi Red Lotus berkumpul, membentuk afiliasi baru bersama mafia-mafia kejam dunia, lalu menamai diri mereka seb
“Berhasil atau tidak, kita belum tahu, sampai kita mencoba rencana ini! Tapi, ada satu hal yang perlu kamu ingat. Aku tidak bawa identitas apapun. Kemungkinan besar, aku diusir petugas keamanan. Jadi, keluar lah sebelum aku diusir!”Bertepatan juga, Nabila ingin membahas perceraian itu dengan Mada.Sesuai kata pepatah, tanpa perlu menebar umpan, jika timing mu sesuai, ikan pasti menyambar. Hal itu yang dialami Mada kala tatapan tajamnya direspon Nabila.Menggandeng mesra tangan Robby, Nabila mendekati posisi duduk Mada, lalu mengata-ngatainya. Tapi, kali ini, Nabila tidak terlalu ngotot.Sekali lagi, mereka membuat keributan dan memancing atensi tamu undangan. Semua perhatian terpusat.Sofia menggunakan kesempatan ini untuk mencari dua anggota Serigala Merah lain yang menyamar. Dan, benar kata Mada, ada empat anggota yang bertugas masuk hotel.“Sial! Begitu ingatannya pulih, akurasi pengamatannya jauh lebih hebat dari tiga tahun lalu!?” Sofia menggeleng, masih tidak percaya dengan apa
“Diancam putus kontrak? Ti-tidak mungkin!”Gleg!Nabila meneguk ludah.Majalah Beautyness adalah satu-satunya majalah kecantikan terkemuka yang digunakan Nabila meraih follower serta popularitas. Tanpa majalah itu, dia hanya gadis biasa, tak punya pengikut, ataupun fans sejati.Meski cantik, perilaku arrogan dan lidahnya yang tajam, seringkali membuat netizen enggan untuk mengikuti segala postingan aktivitasnya.“Maafkan aku, Ris, bukan maksudku mengacau-”“Sekali lagi aku melihatmu mengacau, aku tidak segan memutus kontrakmu, juga seluruh aset-asetmu di salon kecantikan Beautyness. Camkan itu!”Nada dingin Risa membuat Nabila mati kutu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Amarah yang tertahan, dia luapkan dengan sorotan tajam ke arah Mada.Seolah gadis itu berkata, “lihat aja, Mada, kamu pasti terima akibatnya!?”Pesta berlanjut seperti biasa. Kali ini, Tuan Bram meminta orang-orang berkumpul di aula hotel yang disulap menjadi restoran prasmanan bNabilag lima.Malam ini terlihat sangat m







