Share

Bab 4

Penulis: Gorenganbasah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-25 14:10:17

“Bu-Bu Claire,” lirih Chandra. Keringat dingin mengucur di punggungnya.

“Bu, ini bukan seperti yang ibu pikirkan.” Bayu ikut membela diri.

Chandra dan Mada saling tatap, kemudian mengangguk paham. Chandra maju satu langkah, dia berdiri di hadapan Bu Claire sembari membungkuk, diikuti Bayu yang melakukan hal sama.

Beda dengan Mada, dia hanya berdiri mematung. Menurutnya, aneh sekali dua satpam ini membungkuk di depan Bu Claire.

“Heh anak baru, cepat beri hormat!” Bayu memukul kepala belakang Mada dan memaksanya membungkuk.

“Bu Claire, maafkan anak baru ini. Kita sudah mengajarinya tata krama dan SOP satpam di sini untuk memberi hormat ke semua penghuni rumah 301-310 di Blok A. Maafkan saya, Bu, saya gagal mendidik anak baru.”

Mada tahu, Chandra hanya cari muka di hadapan Claire.

Dari cerita Pak Romi tadi, Mada paham motif Chandra cari muka adalah karena Claire suka bagi-bagi uang untuk satpam. Itu juga yang jadi alasan kenapa dia sangat disegani di komplek ini.

“Heh, kamu tuli apa? Cepetan bungkuk, beri hormat ke Bu Claire!” Gantian, Chandra yang membentak Mada. Tangan kanannya mengayun, memukul kepala Mada dengan telapak hingga Mada hampir terjungkal. “Nah, gitu. Anak baru mau macam-macam!”

"Sakit goblok!" Mada mengumpat kesal.

"Satpam baru, berani ya kamu bilang Pak Chandra goblok? Dia itu wakilnya Pak Romi, tahu!" ucap Bayu.

Mada tidak peduli dan matanya menatap Claire.

Wajahnya perempuan itu masih sama seperti tadi, sedikit sayu dan mata sembab bekas menangis masih ada. Pakaiannya tidak berubah, dia masih menggunakan gaun hitam, hanya saja dibalut hoodie putih polos.

"Bayu, diam! Kita harus sopan di hadapan Bu Claire!" Chandra melerai perkelahian. “Selamat malam, Bu Claire, apa yang Ibu lakukan di sini? Ini Blok B, takutnya Ibu kurang nyaman dengan lingkungannya.”

“Apa yang kalian lakukan dengan Mada? Kalian mau dipecat?” Claire menatap tajam Bayu dan Chandra, bergantian. “Dia yang nolong aku. Andai nggak ada Mada, bisa-bisa aku ditolong om-om kaya bejat di taman!”

Gleg!

Chandra menelan salivanya.

Sementara Bayu, kakinya gemetar. Dia tidak bisa kehilangan pekerjaan ini. Ijazah dia tidak punya, masuk ke sini pun dia harus menyogok Romi dulu agar diterima.

“Kami minta maaf, Bu Claire, kami nggak tahu kalau Mada yang nolong Bu Claire waktu pingsan. Kami mengaku salah.” Bayu membungkuk dan benar-benar merasa bersalah.

“Minta maaf? Kalian tadi hampir menyiksaku. Minta maaf saja kurang, aku juga harus memukul kalian,” ucap Mada tanpa beban. Dia terima-terima saja diberi upah 500 ribu, tapi harga dirinya merasa direndahkan ketika dia diperlakukan seperti samsak oleh Bayu dan Chandra.

“Maksudmu?” Chandra mengernyitkan dahi. Mendengar ucapan Mada tadi, dia semakin tidak terima. “Jangan hanya karena kau menolong Bu Claire, kau bisa berbuat semena-mena di sini!”

“Aku tidak semena-mena. Aku cuma mau ambil hakku.”

Bayu kemudian memfitnah Mada. “Bu Claire, tadi kita pukuli Mada karena Mada mau ambil ornamen emas milik Pak Vincent. Untung tadi saya melihat. Coba tidak. Gara-gara satu kelakuan bodohnya, kita semua hampir kehilangan pekerjaan.”

“Benar, Bu, saya sangat berterima kasih pada Bayu. Dia menyelamatkan kita.”

“Bohong!” balas Mada. “Aku tidak pernah mencuri karena itu perbuatan tercela. Lebih baik aku mati kelaparan daripada aku mencuri hak orang lain! Ibu mengajariku untuk jujur dalam hal apapun!”

“Ibu katamu?” Chandra mengejek, kemudian tertawa sangat keras.

“Hei anak ingusan! Kau masih membawa nama ibumu di pekerjaan? Memalukan sekali. Umurmu sudah 26, tapi kau berlindung di balik nama ibumu. Mending lupain aja ibumu itu. Lagian, ibumu juga mantan ART Bu Claire yang dipecat gara-gara ketahuan nyuri uang!”

Bayu ikut terkekeh, kemudian memprovokasi Mada lagi. “Pantes anaknya jadi seperti ini. Ternyata ibunya juga sama. Maling ngelahirin maling!”

“Coba aja tanya ke Bu Claire.” Chandra tersenyum penuh kemenangan. “Cerita kalau Ibu Mada dulu suka maling barang-barang di rumah Bu Claire, itu benar, kan?”

“Kau boleh menghinaku sesuka hati, asal jangan hina ibuku!?” Nafas Mada tidak beraturan. “Sampai kau menghina ibuku lagi…”

“Kau mau apa? Mau mukul aku? Mau bunuh aku? Mada, Mada, buat apalagi belain ibumu yang udah di tanah! Mending kau jujur tentang benda yang kau curi dari rumah Pak Vincent tadi!”

“Aku tegaskan lagi, aku tidak pernah mencuri barang apapun selama aku bekerja di sini!” Mada terus mengatur emosinya agar tidak lepas kendali. “Aku masih memegang janjiku pada Ibu, aku tidak akan mencuri seumur hidup!”

“Cih, masih bawa-bawa nama Ibu. Ibumu sudah dituduh pencuri, dipecat, terus tiba-tiba mati mengenaskan. Paling dibunuh orang-orang yang…”

Sebelum hawa berubah dingin dan angin sepoi berhembus lagi, Claire langsung mengambil tindakan. Dia tidak ingin identitas Zero milik Mada diketahui banyak orang. Ini bisa membahayakan Mada karena Louis dan antek-anteknya berafiliasi dengan musuh bebuyutan Leviathan Army.

Suara bentakan keras Claire kemudian mengagetkan mereka bertiga. “Cukup!” Claire melerai. “Kalian berdua, pergi dari sini!”

“Nahkan, habis ini dia pasti dihukum sama Bu Claire,” sahut Chandra. “Ayo, Bayu, kita tinggalin dia. Emang ya, satpam baru udah banyak tingkah. Mampus!”

"Nah iya, pumpung malam ini lemburnya ditunda karena Pak Romi punya dua anak magang yang mau dijadiin satpam baru di sini! Kita istirahat aja, ngapain peduli satpam tolol macam dia!"

Ketika Chandra dan Bayu sudah pergi, Claire mendekati Mada yang masih termenung. Dia kemudian menjelaskan kalau tas kecil Mada tertinggal di rumahnya tadi sore. Dia mengembalikan tas itu sembari mengingatkan bahwa besok Claire menunggunya di Seena Center, tempat pertemuan pebisnis kaya dan mafia-mafia berkuasa.

Mada tahu tempat itu.

Mada pernah ke sana sekali bersama Romi dan dia terkejut dengan betapa ketatnya petugas keamanan di sana.

Claire kemudian berbisik pelan, “Lantai 35, datang dengan pakaian rapi, tepat pukul lima sore. Besok kamu datang dulu ke showroom, beli mobil mewah dan setelan jas mahal. Ini alamatnya. Nanti ajudan pribadiku yang akan membantumu.”

Mada masih memandangi kartu hitam yang diberikan Claire. "Kartu ini, kartu apa?"

"Kartu itu ada saldo tak terbatas. Semua uangku ada di sana. Pakailah sesuka hatimu! Aku tidak mau orang-orang menertawakanmu lagi karena kamu sekarang adalah bodyguard pribadiku!" Claire benar-benar menunjukkan kepeduliannya pada Mada.

Setelah berterima kasih pada Claire, Mada pamit kembali ke apartemennya untuk mandi dan persiapan istirahat. Hari ini cukup melelahkan dengan banyaknya kejadian yang tidak dia sangka. Namun, baru saja Mada sampai di apartemen 301 yang ada di lantai tiga Blok D, blok paling rendah di komplek Watson, dia termenung cukup lama.

Dia heran, kenapa pintu depan tidak terkunci?

Awalnya, Mada mengira itu maling, tapi ketika dilihat gagang kuncinya, tidak ada yang rusak.

Dia sangat senang, akhirnya Nabila, pacarnya itu, mau mengunjungi apartemen setelah enam bulan ini mereka pacaran. Ini pasti jadi pesta yang indah, apalagi Mada sudah menyiapkan cincin untuk melamar Nabila yang dia taruh di bawah tumpukan pakaian.

Klik.

Mada kemudian masuk dan mendorong pintunya pelan-pelan. Dia mengira Nabila tidur dan takut membangunkannya. Namun, sampai di dalam, dia mendapati ruang tamunya gelap dan hanya ada cahaya tipis dari lorong menuju kamar mandi.

Saat mendongakkan kepala, dia ternganga. “Ahh… terus, Robby. Ini enak. Robby, jangan hentikan! Iya, di situ!” Suara itu membuat  napas Mada tertahan di tenggorokan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 6

    Tato seekor naga dengan sepuhan emas di segala sisinya.Tato kebanggaan yang hanya dimiliki tentara khusus Leviathan Army.Siluet kegelapan yang membelit tulang punggung, bersisik keemasan, dengan mata menyala.Ujung ekornya menusuk ke bawah belikat, kepala naga menganga di dekat bahu.Gigi-giginya tajam, lidahnya bercabang.Dunia tiba-tiba mengecil.Mada menghembuskan nafas.Dia sendiri lupa, kapan dan di mana dia membuat tato itu.Dia hanya ingat satu kata.Robby mundur selangkah. “A-apa itu…?”Nabila menelan ludah. “Tato? Sejak kapan kau—”Beberapa saat kemudian, angin sepoi berhembus.Woosh!Woosh!Udara di apartemen Mada berubah semakin dingin.Mada menunduk, pandangannya masih menatap serpihan baju yang robek di lantai. Saat mendongak, Robby kaget hingga terjengkang dua langkah ke belakang. Mata Mada berubah hitam sedikit merah dan aura tubuhnya membuatnya bergidik ngeri.Nabila yang masih belum paham perubahan tubuh Mada, menyuruh Robby segera mengusir laki-laki itu. "Apa yang

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 5

    Suara laki-laki itu samar, berat, dan santai. “Santai, Bil. Tenang. Dia satpam, kan? Katamu dia lembur juga. Paling juga kecapean, langsung tidur di pos. Dia ga bakal pulang. Udah, diem aja. Enak, kan?”Suara Nabila menyahut tumpul di sela tawa pendek. “Ssst… Robby, jangan sebut dia. Nanti mood-ku hilang.”Robby.Nama yang tidak asing di telinga Mada.Mada memutar telapak tangan, kemudian mengepalkannya kuat-kuat. Ingin sekali dia langsung menendang pintu kamar mandi, tapi dia masih ingin tahu, apakah cinta Nabila tulus atau tidak. Ia ingin tahu bagaimana sifat asli Nabila selama ini, apalagi Mada sudah menyiapkan cincin tunangan.Percakapan itu semakin membuat hati Mada memanas.“Gimana berkas pengajuan kerjamu?” tanya Robby. “Kalau kamu ikut aku, aku bisa taruh namamu di Marketing bagian event nasional. Komisi mengalir, bonus melimpah.""Aku masih belum tau. Mada pasti marah kalau aku kerja marketing, apalagi sampai harus nginep sama laki-laki.""Ayolah, Nabila, kamu mau sampai kapa

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 4

    “Bu-Bu Claire,” lirih Chandra. Keringat dingin mengucur di punggungnya.“Bu, ini bukan seperti yang ibu pikirkan.” Bayu ikut membela diri.Chandra dan Mada saling tatap, kemudian mengangguk paham. Chandra maju satu langkah, dia berdiri di hadapan Bu Claire sembari membungkuk, diikuti Bayu yang melakukan hal sama.Beda dengan Mada, dia hanya berdiri mematung. Menurutnya, aneh sekali dua satpam ini membungkuk di depan Bu Claire.“Heh anak baru, cepat beri hormat!” Bayu memukul kepala belakang Mada dan memaksanya membungkuk.“Bu Claire, maafkan anak baru ini. Kita sudah mengajarinya tata krama dan SOP satpam di sini untuk memberi hormat ke semua penghuni rumah 301-310 di Blok A. Maafkan saya, Bu, saya gagal mendidik anak baru.”Mada tahu, Chandra hanya cari muka di hadapan Claire.Dari cerita Pak Romi tadi, Mada paham motif Chandra cari muka adalah karena Claire suka bagi-bagi uang untuk satpam. Itu juga yang jadi alasan kenapa dia sangat disegani di komplek ini.“Heh, kamu tuli apa? Cep

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 3

    Degup nafas Claire semakin cepat dan bulu kuduknya berdiri, apalagi saat Mada berbisik pelan. “Kau mencariku, kan? Kenapa saat aku muncul, kau malah takut?”Suara itu sedikit menggema dan terdengar sangat berat, beda dengan suara Mada yang cenderung serak basah.Claire menarik nafas dalam-dalam sebelum melakukan mengambil satu langkah mundur.Antara takut dan khawatir akan keselamatannya, dia coba menyindir. “Kau mau melihatnya? Menjijikkan sekali kalau milikku dilihat satpam sepertimu!”Mada tidak menjawab.Tangannya merangul pundak Claire dan membawa wanita itu kembali mendekat. Dengan satu sentakan, bra hitam itu terlepas. Dada Claire terhempas bebas, penuh dan bulat, putingnya keras berdiri.Kemudian tangan Mada bergerak cepat ke pinggang Claire, siap menanggalkan sisa kain tipis yang masih melingkar di lengan kanan Claire.Saat Mada mau melepas semua pakaian Claire,tiba-tiba…Drrrttt!Getaran ponsel di meja membuat tubuh Mada berhenti seketika. Aura Zero seketika memudar ketiak

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 2

    “Fa-Fasya. Ini ibuku! Bagaimana Bu Claire bisa punya foto ibuku? Dia yang merawatku selama dua tahun ini. Dia juga yang menyelamatkanku dari insiden, meski aku tidak tahu apa insiden yang menimpaku.” Mada terengah-engah dengan nafas tak beraturan.“Aku tahu semua rahasia tentangmu. Aku juga yang selama ini membiayai terapi ingatanmu.” Claire mendekati Mada, dia juga jaga jarak karena memiliki feeling kuat bahwa akan ada sesuatu besar terjadi.Mada akhirnya tahu, kenapa Claire benar-benar menginginkannya datang. Ternyata dia yang selama ini berjasa dalam hidupnya. Namun, Mada tidak merasa hutang budi. Dia hanya merasa berhutang nyawa pada Fasya. Tapi ketika Claire tahu siapa pembunuh Fasya, maka Mada tidak bisa diam saja. Dia harus membalas!“Sial, katakan di mana dia!” bentak Mada.Woosh!Woosh!Mada berubah.Matanya menatap tajam ke arah Claire. Bola mata hitam pekat itu mulai memunculkan sorot pembunuh.Aura tubuh Mada yang mulanya hangat, berubah dingin dan menyeramkan. Tubuhnya pu

  • Tuan Mada, Ayo Kuasai Segalanya!   Bab 1

    Mada tidak pernah menyangka, jadi satpam di komplek elit justru mempertemukannya dengan Claire, CEO super kaya sekaligus istri konglomerat yang terkenal cantik dan misterius.Siang itu, baru saja ia duduk di pos jaga kompleks perumahan elit Waston, ketika suara ketua keamanan memanggil.“Mada! Sini sebentar!” seru Romi, pria setengah baya dengan rambut disisir rapi ke belakang, rokok menempel di bibirnya. “Kamu dipanggil Bu Claire. Kemarin dia pingsan pas jogging, kan?”Ternyata wanita cantik kemarin.Ah.Tubuh moleknya masih terngiang-ngiang di kepala Mada, apalagi saat membopong Claire dan posisi kepalanya tepat berada di antara dada dan perut Claire.“Aku ingetin, perempuan-perempuan cantik di sini, harganya mahal! Kesibukan mereka suka cari hiburan lain. kamu masih muda, ganteng, badan bagus, mereka pasti ngiler!”Mada mengangguk, lalu mengambil kartu akses masuk Blok A karena hanya satpam senior yang mendapat kartu itu.Rumah nomor 301 berdiri di ujung blok A, menjulang dengan ar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status