Hwang Jun membungkuk di depan kursi di mana Ah Nian tengah rebah, lampu dinyalakan. Hwang Jun menatap wajah cantik yang selalu dia perhatikan selama beberapa minggu terakhir.
“Sayang sekali, kedua mata indah ini akan menjadi milik gadis lain, sungguh sangat disayangkan,” bisik dalam hati Hwang Jun. Entah kenapa dia merasa tidak rela jika kedua bola mata jernih itu akan dimiliki oleh gadis lain. “Aku harap kamu tidak akan pernah menyesali keputusanmu,” ucap Hwang Jun dengan sungguh-sungguh. “Tidak akan,” jawab Ah Nian dengan suara datar dan dalam. Kedua mata mereka kembali bertemu, itu adalah tatapan mata Ah Nian yang terakhir untuk melihat Hwang Jun karena setelah operasi dilakukan Ah Nian tidak bisa melihat apa pun lagi. *** Beberapa bulan setelah operasi selesai, semuanya berjalan lancar dan hari ini perban kedua mata Lian Er akan segera dibuka. Hwang Jun sedang berjalan di koridor rumah sakit bersama beberapa orang perawat, dia melihat Ah Nian berdiri memegangi gagang kursi dorong yang diduduki Li Sisi di dekat taman. Hwang Jun terus memperhatikan, dan perhatiannya tiba-tiba beralih pada sosok Wei Zhang yang berdiri tidak jauh dari kedua orang tersebut. “Tuan Zhang sepertinya akrab dengan ibu Ah Nian, kalau tidak salah golongan darah Ah Nian juga cocok dengan darah Lian Er, sebenarnya ada hubungan apa di antara mereka?” tanya Hwang Jun dalam hati. “Jadi, Ah Nian adalah putriku?” tanya Wei Zhang pada Li Sisi. Li Sisi menatap Wei Zhang sekilas lalu pandangannya menerawang jauh ke depan. “Ya, Ah Nian adalah putri yang kamu tinggalkan,” jawab Li Sisi. Wei Zhang berjalan mundur menjauh. Kini dia mengerti kenapa wajah Ah Nian begitu familier dalam penglihatannya. “Pantas saja, aku tidak asing dengan wajah Ah Nian, aku bertanya-tanya bagaimana wajah gadis ini begitu mirip dengan Li Sisi di masa mudanya, ternyata Ah Nian adalah putri kandungku,” ucap Wei Zhang dalam hati. Ah Nian mendengar semuanya, Ah Nian sangat terkejut sekali. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan ayah kandung yang selama ini meninggalkannya ketika dia masih berusia empat tahun. “Bagaimana mungkin?” gumam Ah Nian, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Ah Nian tidak ingin mempercayai semua yang dia dengar dari ibunya. Ah Nian tahu dulu semasa kecilnya, keluarganya hidup dalam penuh kebahagiaan. Ah Nian juga tidak pernah mengungkit apa alasan ayahnya sampai meninggalkan ibunya. Selalu ada konflik dalam setiap hubungan. Ah Nian mengambil keputusan untuk merawat ibunya ketika dia sudah menginjak usia dewasa, Ah Nian menganggap ayahnya telah tiada, selama bertahun-tahun dia bersama ibunya bisa bertahan dengan keyakinan tersebut. “Ah, Nian, dengarkan ibu baik-baik, ibu tahu ini tidak adil bagimu, sebaiknya kamu ikut tinggal bersama ayahmu. Ibu sudah bilang kalau ibu seharusnya tidak perlu dioperasi karena kanker yang ibu derita sudah menyebar dan tidak mungkin bisa pulih, tapi kamu tetap bersikeras mengurusnya,” ucap Li Sisi dengan suara rendah. Li Sisi menatap Wei Zhang. “Bawa Ah Nian pergi bersamamu, Ah Nian dalam keadaan buta, dia tidak bisa melihat apa-apa sekarang, apakah kamu tega menelantarkannya? Anggap saja kamu membayar hutangmu pada kami di masa lalu. Kamu sudah meninggalkan kami berdua begitu lama,” ujar Li Sisi pada Wei Zhang. Wei Zhang tidak mengatakan apa-apa, semua keputusan tetap berada di tangan Ah Nian. Apakah Ah Nian bersedia tinggal bersama dengannya di kediaman Hua Mei, istri ke dua Wei Zhang sekaligus wanita yang berhasil merebut hati Wei Zhang hingga Wei Zhang melupakan keluarganya di masa lalu. Ah Nian menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin tinggal bersama Wei Zhang. Entah kenapa dia merasa situasinya akan semakin memburuk. Ah Nian duduk berjongkok di depan Li Sisi, Ah Nian menangis sambil menyandarkan kepalanya di atas pangkuan ibunya. Li Sisi meneteskan air matanya, dia kembali berkata. “Ah Nian, dengarkan ibu, Nak,” ucapnya sambil mengusap lembut kepala Ah Nian. “Kamu gadis yang baik, tidak ada tempat lagi untuk tinggal, ibu sudah menjual rumah kita untuk biaya sekolahmu. Selama ini sebenarnya ibu menyewa rumah yang kita tinggali,” ujarnya. Li Sisi memang sudah menjual kediamannya untuk membiayai sekolah Ah Nian, meski mereka berdua masih tinggal di sana sebenarnya Li Sisi menyewa rumah tersebut. Ah Nian tidak memiliki pilihan kecuali tinggal bersama Wei Zhang. Hwang Jun mendengar semua percakapan tersebut, entah kenapa hatinya ikut sakit saat mendengar semua kenyataan pahit yang dialami oleh Ah Nian dan ibunya. Tanpa sadar tangannya ikut mengepal. *** Semenjak Hwang Jun menangani operasi Lian Er, Wei Zhang dan Hua Mei menjadi akrab dengan Hwang Jun. Bahkan keluarga Lian Er membina hubungan cukup baik dengan keluarga Hwang Jun, mengikat kerja sama dalam berbagai bisnis. Hwang Jun tidak mengira itu akan terjadi. Semuanya terjadi karena Lian Er, melalui operasi yang dia tangani. Lian Er meminta kepada Wei Zhang dan Hua Mei untuk lebih memperhatikan hubungan baik dengan keluarga Hwang Jun. Seperti hari ini, Wei Zhang datang di kediaman Hwang Jun. Wei Zhang bersama sekretarisnya membawakan hadiah untuk keluarga Hwang Jun. Mereka berkunjung di kediaman keluarga Hwang Jun untuk membahas bisnis. “Ini hadiah kecil dari keluarga kami, saya sangat berterima kasih karena putra Tuan Hong sudah menangani operasi putri kami, Lian Er,” ujar Wei Zhang seraya menyodorkan hadiah pada tuan Hong – ayah Hwang Jun. “Seharusnya Tuan Wei tidak perlu repot-repot, sudah menjadi tugas Hwang Jun menangani operasi Nona Lian,” ujarnya. “Kami ingin hubungan antara keluarga tetap terbina dengan baik, saya harap Tuan Hong tidak menolak hadiah kecil ini, ini adalah wujud dari ketulusan keluarga kami,” ucap Wei Zhang dengan sungguh-sungguh. “Baiklah, karena Tuan Wei memaksa, saya akan menerimanya,” ujar Tuan Hong. Setelah mengunjungi kediaman Tuan Hong, Wei Zhang pergi ke kediaman Ah Nian. Ah Nian tinggal seorang diri di kediaman lama. Kedatangannya ke rumah Ah Nian hari ini adalah untuk menjemput Ah Nian. Wei Zhang ingin membawa Ah Nian tinggal bersamanya di kediaman Hua Mei.***Keluarga Hong panik sekali saat mengetahui bahwa Ah Nian ternyata adalah dalang dari semua kejadian, bahkan Ah Nian mengaku sudah membunuh Juan Lin. Mereka tentu saja tidak akan membiarkan menantu yang selama ini mereka unggulkan berada di balik jeruji besi. Apapun akan dilakukan untuk membebaskan Ah Nian.Hanya dengan proses persidangan beberapa kali Ah Nian pun kembali dibebaskan.Hwang Jun merasa sangat bahagia. Ah Nian tidak mendapat hukuman berat karena sedang hamil, dan juga karena melakukan semua tindakan itu lantaran perbuatan Juan Lin yang terus menindas dan mengancam Ah Nian untuk terus mengambil kesempatan menyetubuhinya. Hwang Jun memeluk Ah Nian dengan erat sekali, dia sangat bahagia mendengar kabar bahwa Ah Nian sedang hamil."Kamu harus mengatakan semuanya padaku! Apa kamu pikir aku akan diam saja? Kenapa malah melakukan semuanya seorang diri?" Tanya Hwang Jun.Ah Nian menyandarkan kepalanya di dada bidang Hwang Jun."Karena aku tidak ingin Tuan Muda Yelan yang ter
***Hari demi hari telah berganti, bulan demi bulan begitu cepat berlalu.Ah Nian merasakan jarak begitu besar antara dirinya dengan Hwang Jun. Hampir tidak ada kemesraan lagi yang dia rasakan. Rumah tangga yang awalnya terasa begitu manis dan penuh cinta kini terasa sangat tawar.Meski sudah menghabiskan banyak waktu dengan duduk di perusahaan Yelan, Ah Nian tidak mampu menanggungnya lagi. "Maafkan aku, sepertinya aku memang harus menunjukkannya padamu, dan pada semua orang, tentang semua yang ingin kamu ketahui, alasannya hanya satu, karena aku mencintaimu Tuan Muda Hwang," bisik Ah Nian pada dirinya sendiri.Tanpa sepengetahuan Hwang Jun Ah Nian memutuskan untuk pergi seorang diri ke kantor polisi.Mendengar kabar dari kantor polisi bahwa Ah Nian berada di sana membuat Hwang Jun panik. "Sebenarnya apa yang dia simpan di dalam benaknya? Kenapa Ah Nian malah berada di kantor polisi?!" Keluhnya seraya bergegas pergi untuk menemuinya.Sampai di kantor polisi Hwang Jun menemui Ah Nian
"Siapa itu? Apakah putriku Lian er?" Tanyanya dengan kedua mata berbinar."Bukan, tamu Anda adalah Tuan Muda Hwang dari keluarga Hong," jawabnya.Hua Mei yang biasanya tidak pernah memiliki tamu berkunjung, dia merasa cemas karena Hwang Jun yang datang untuk menemuinya hari ini.Hua Mei dengan tangan diborgol berjalan menuju ke ruangan khusus untuk bertemu dengan Hwang Jun. Begitu Hua Mei duduk di kursi, Hwang Jun segera menunjukkan foto-foto di atas meja."Apa kamu mengenal pria ini?" Tanya Hwang Jun.Hua Mei menggelengkan kepalanya lalu membuang muka ke arah lain. Sekilas saat dia menatap foto tersebut memang ada kemiripan dengan Juan Lin putranya, tapi sebagai seorang ibu kandungnya, Hua Mei tahu pria di foto itu sama sekali bukan Juan Lin."Kamu yakin tidak mengenalnya?" Ulang Hwang Jun.Hua Mei menyipitkan matanya. Dia menatap Hwang Jun dengan tatapan mata meremehkan."Apa Tuan Muda Hwang pikir putraku sudah bangkit dari kuburnya untuk membalas dendam? Jika demikian maka ini adal
***Pada keesokan harinya. Ah Nian dan Hwang Jun menikmati sarapan bersama di sebuah restoran. Ah Nian mengenakan dress tanpa lengan berwarna merah dengan hiasan bunga-bunga kecil melingkar pada lingkar lehernya. Di bagian ujung gaunnya memiliki renda bermodel kelopak bunga mawar. Usai sarapan Ah Nian tampak termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. Hwang Jun segera menyentuh jemari tangannya."Apa yang membuat kamu termenung?""Kira-kira siapa wanita yang menyamar sebagai aku? Tuan Muda Hwang, mungkinkah itu ...." Perkataan Ah Nian terhenti. Dia merasa ada seseorang yang sengaja mengambil bajunya di kediaman untuk mengelabui semua orang."Kamu tidak perlu memikirkannya lagi, jangan khawatir tentang masalah itu, aku sudah meminta seseorang untuk menyelidiki semuanya sampai tuntas," ujar Hwang Jun pada Ah Nian."Tuan Muda Hwang, aku hanya tidak ingin kamu meragukan ku, aku tidak ingin ada perselisihan antara kita berdua, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika Tuan Muda Hwan
"Kenapa kamu meminta orang datang untuk menyelamatkannya dan menggantinya dengan orang lain? Pria mabuk itu sama sekali bukan Juan Lin, memang dia mengenakan baju yang sama, tapi kenapa? Aku tidak mengerti ternyata kamu sendiri yang menyelamatkan sehingga Juan Lin bisa kabur, kamu mengurus identitas baru untuknya. Aku baru tahu ternyata kamu begitu berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu pria itu! Katakan apa alasannya padaku? Tidak perlu berpura-pura lagi! Apa jangan-jangan aku sudah salah mengenalimu?" Tanya Hwang Jun tiba-tiba.Spontan Ah Nian langsung mengangkat wajahnya. Ah Nian tidak mengerti dengan semua perkataan Hwang Jun."Aku????! Aku? Tuan Muda Hwang? Apa maksudnya?" Tanya Ah Nian dengan wajah kebingungan.Semua yang dikatakan Hwang Jun sama sekali tidak benar. Ah Nian bahkan tidak tahu apa-apa tentang Juan Lin yang masih hidup di luar sana.Hwang Jun sangat marah dia segera menghimpit tubuh telanjang Ah Nian kembali."Katakan dengan jujur atau aku buat kakimu tidak b
"Nian, keluarga Hong sama sekali tidak memiliki niat untuk memisahkan antara ibu dan anak, memang sejak dahulu secara turun-temurun sebagai wanita yang akan menjadi calon Nyonya besar di keluarga besar kami harus mengikuti peraturan tersebut. Ibu muda yang baru saja melahirkan tidak diizinkan untuk merawat bayi-bayi mereka, mereka harus fokus merawat diri, dan ...." Hwang Jun tidak melanjutkan perkataannya.Ah Nian mengernyitkan keningnya, dia segera mengguncang lengan Hwang Jun di sebelahnya."Dan apa?" "Dan memiliki waktu lebih banyak untuk calon Tuan besar," tutur Hwang Jun seraya menaikkan kedua alisnya lalu melirik ke arah ayahnya.Ah Nian masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hwang Jun."Jadi kalian harus memiliki lebih banyak waktu, setelah proses persalinan tentunya Ah Nian lelah, jadi tubuhnya yang lelah harus dipulihkan seperti sedia kala, milikilah waktu sebanyak mungkin untuk bersama bila perlu perjalanan bulan madu ke dua harus dilakukan," ujar Tuan Hong dengan san