Sampai di depan rumah, Wei Zhang keluar dari dalam mobilnya. Dia menatap kediaman tua yang pernah dia tinggali bersama Li Sisi dalam waktu cukup lama. Dulu dia hidup bahagia di rumah tersebut, sampai dia pindah kerja di sebuah perusahaan. Wei Zhang bertemu dengan Hua Mei – janda muda yang menjadi pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Wei Zhang berselingkuh dengan Hua Mei selama satu tahun hingga akhirnya Hua Mei hamil. Hua Mei ingin Wei Zhang menikahinya, Wei Zhang yang sudah terpikat dan lupa dengan statusnya langsung meninggalkan Li Sisi dan menikah dengan Hua Mei.
Wei Zhang berdiri di depan pintu, dia mengetuk pintu kediaman tersebut. Tak lama kemudian Ah Nian muncul dan membukakan pintu untuknya. Ah Nian tidak tahu siapa yang datang mengunjunginya, tapi aroma yang menyapa indra penciumannya membuatnya tahu siapa yang datang menemuinya saat ini. Ah Nian langsung bertanya. “Hal penting apa yang membawa Tuan Wei datang jauh-jauh ke rumah tua ini?” tanya Ah Nian. “Aku tidak mengira, kamu akan langsung mengenaliku begitu membuka pintu,” ujar Wei Zhang. Dia melihat Ah Nian menjadi gadis dewasa yang memiliki paras jelita. “Aku akan membawamu tinggal bersamaku, kamu tidak mungkin bekerja dengan kondisi seperti ini,” ujarnya pada Ah Nian. Ah Nian memang tidak bisa bekerja lagi semenjak melakukan operasi pada kedua matanya dan menjadi buta. Ah Nian terpaksa menyetujuinya, dia pun mengajukan pertanyaan pada Wei Zhang. “Jika aku tinggal bersama Tuan Wei, bagaimana dengan Nyonya Hua? Apakah beliau setuju aku tinggal di kediaman kalian?” tanyanya sambil membuka pintu lalu mendahului Wei Zhang duduk di kursi kayu ruangan utama. “Aku sudah membicarakannya dengan Hua Mei, dia setuju dengan keputusanku,” jawabnya pada Ah Nian. Awalnya Hua Mei tidak setuju, Hua Mei setuju dengan permintaan Wei Zhang karena Wei Zhang mengatakan bahwa dia akan pergi dan tinggal bersama Ah Nian. Hua Mei sangat mencintai dan tergila-gila pada Wei Zhang jadi tidak mungkin dia membiarkan Wei Zhang keluar dari kediaman untuk tinggal bersama dengan Ah Nian. Hari itu Ah Nian mulai tinggal di kediaman Hua Mei, kediaman tersebut tampak megah bagai istana. Hua Mei memiliki seorang putra bernama Juan Lin dari pernikahan pertama. Setelah membina hubungan gelap dengan Wei Zhang, Hua Mei hamil dan melahirkan Lian Er. Ketika tengah berjalan memasuki kediaman Ah Nian mendengar suara Lian Er bertengkar dengan beberapa orang pelayan rumah, tidak hanya teriakan yang Ah Nian dengar tapi juga barang-barang dilemparkan dengan sengaja. Ah Nian dibantu oleh pelayan memasuki rumah, salah seorang membawakan tasnya masuk ke dalam mendahuluinya. Sementara Wei Zhang mengikuti dari belakang. Wei Zhang juga bisa mendengar teriakan dari putri bungsunya. “Aku sudah bilang, kalian tidak perlu mengatur kamarnya sebagus ini! Membuatku muak saja!” bentak Lian Er pada pada para pelayan. Lian Er menatap Wei Zhang yang kini berdiri di dekat tangga, tatapan matanya pada Wei Zhang terlihat sangat kesal. “Seharusnya Papa membuang gadis kotor itu ke jalan! Jika aku tahu mata ini berasal darinya, aku tidak akan pernah mau menerimanya!” jerit Lian Er pada Wei Zhang. Ah Nian hanya menggenggam tongkatnya sambil berdiri di depan pintu kamarnya. Dia berdiri di sana menunggu Wei Zhang datang. Begitu langkah Wei Zhang mendekat, Ah Nian segera membuka kata, “kamu bilang keluargamu akan menerimaku di sini? Sepertinya putrimu tidak senang melihatku ada di sini,” ujarnya pada Wei Zhang. Ah Nian lupa kalau dirinya memiliki pendengaran yang sangat baik, dia bisa mengetahui jalan yang dia lalui melalui getaran suara dan aroma. Semenjak kedua matanya tidak bisa melihat dia bisa merasakan itu bahkan lebih teliti dari orang normal. Dia bisa melihat apa yang seharusnya tidak bisa dia lihat, baginya sama saja buta atau tidak. Wei Zhang langsung menyinggungnya, “kamu tahu aku yang berjalan ke arahmu? Kamu bisa melihatku?” tanyanya dengan tatapan curiga. Ah Nian langsung tersadar, dia sungguh menyesal sudah menunjukkan apa yang seharusnya dia sembunyikan baik-baik. “Bisa-bisanya aku kelepasan bicara! Sialan! Aku masuk ke rumah ini bukan untuk menunjukkan kehebatanku, aku datang ke sini untuk membalas dendam! Keluarga Hua Mei harus membayar apa yang menimpa keluargaku di masa lalu! Wanita rendahan dan licik itu! Aku tidak akan pernah melupakan perbuatannya!” bisik Ah Nian dalam hati. Ah Nian segera menarik garis senyum lembut, dia harus menyembunyikan kemarahan dalam hatinya. “Hanya mencium aroma parfum milik Tuan Wei,” jawab Ah Nian segera. Wei Zhang menyentuh bahu Ah Nian kemudian segera berkata, “aku yakin cepat atau lambat Lian Er akan berubah, dia hanya belum akrab denganmu, tenang saja, aku akan membantumu agar bisa tinggal di sini dengan nyaman, aku akan mencoba bicara dengannya,” ujarnya sambil menepuk bahu Ah Nian lalu pergi meninggalkannya. Ah Nian hanya mengangguk pelan. Kini tinggal beberapa pelayan berada di sana, Ah Nian berjalan pelan memasuki ruangan. Pecahan perabotan sudah dibersihkan. Ah Nian meraba lemari baju di sana, ternyata baju-baju baru dan bagus sudah disiapkan untuknya. Ah Nian menyentuhnya satu-persatu, pelayan yang bertugas menjaga dan melayaninya masih berdiri di sana menunggu perintah. “Siapa nama kalian?” tanya Ah Nian pada dua orang di sana. “Saya Nuan, Nona,” jawab salah satu dari mereka. Ah Nian masih menunggu pelayan yang satunya menjawab, tapi tidak ada yang bicara selain pelayan yang merapikan pecahan perabotan di lantai. Ah Nian menoleh padanya sambil mendengarkan dengan baik, dia merasa yakin sekali bahwa pelayan tersebut masih berdiri di sana. “Ada dua orang pelayan di sini, kamu? Siapa namamu?” tanyanya sambil menunjuk ke arah pelayan yang satunya. Spontan pelayan itu langsung duduk bersimpuh di lantai karena takut. “Ampun, Nona, saya Liiu,” ucapnya pada Ah Nian sambil menundukkan wajahnya. Ah Nian berjalan dengan mengetukkan tongkatnya di lantai, dia berhenti tepat di depan Liiu lalu berjongkok di depannya. Ah Nian membantunya berdiri. “Kenapa kamu begitu takut padaku, aku tidak akan menamparmu,” bisik Ah Nian pada sisi kanan telinga Liiu. Liiu langsung memucat, sebelumnya Lian Er memukul dan menampar pipinya karena Liiu mengatur kamar Ah Nian dengan rapi dan bagus. Lian Er sangat marah sekali. Liiu sangat terkejut, bahkan saat itu terjadi Ah Nian masih belum berada di sana jadi dia tidak tahu bagaimana Ah Nian bisa mengetahuinya, kecuali Ah Nian berpura-pura buta!***Keluarga Hong panik sekali saat mengetahui bahwa Ah Nian ternyata adalah dalang dari semua kejadian, bahkan Ah Nian mengaku sudah membunuh Juan Lin. Mereka tentu saja tidak akan membiarkan menantu yang selama ini mereka unggulkan berada di balik jeruji besi. Apapun akan dilakukan untuk membebaskan Ah Nian.Hanya dengan proses persidangan beberapa kali Ah Nian pun kembali dibebaskan.Hwang Jun merasa sangat bahagia. Ah Nian tidak mendapat hukuman berat karena sedang hamil, dan juga karena melakukan semua tindakan itu lantaran perbuatan Juan Lin yang terus menindas dan mengancam Ah Nian untuk terus mengambil kesempatan menyetubuhinya. Hwang Jun memeluk Ah Nian dengan erat sekali, dia sangat bahagia mendengar kabar bahwa Ah Nian sedang hamil."Kamu harus mengatakan semuanya padaku! Apa kamu pikir aku akan diam saja? Kenapa malah melakukan semuanya seorang diri?" Tanya Hwang Jun.Ah Nian menyandarkan kepalanya di dada bidang Hwang Jun."Karena aku tidak ingin Tuan Muda Yelan yang ter
***Hari demi hari telah berganti, bulan demi bulan begitu cepat berlalu.Ah Nian merasakan jarak begitu besar antara dirinya dengan Hwang Jun. Hampir tidak ada kemesraan lagi yang dia rasakan. Rumah tangga yang awalnya terasa begitu manis dan penuh cinta kini terasa sangat tawar.Meski sudah menghabiskan banyak waktu dengan duduk di perusahaan Yelan, Ah Nian tidak mampu menanggungnya lagi. "Maafkan aku, sepertinya aku memang harus menunjukkannya padamu, dan pada semua orang, tentang semua yang ingin kamu ketahui, alasannya hanya satu, karena aku mencintaimu Tuan Muda Hwang," bisik Ah Nian pada dirinya sendiri.Tanpa sepengetahuan Hwang Jun Ah Nian memutuskan untuk pergi seorang diri ke kantor polisi.Mendengar kabar dari kantor polisi bahwa Ah Nian berada di sana membuat Hwang Jun panik. "Sebenarnya apa yang dia simpan di dalam benaknya? Kenapa Ah Nian malah berada di kantor polisi?!" Keluhnya seraya bergegas pergi untuk menemuinya.Sampai di kantor polisi Hwang Jun menemui Ah Nian
"Siapa itu? Apakah putriku Lian er?" Tanyanya dengan kedua mata berbinar."Bukan, tamu Anda adalah Tuan Muda Hwang dari keluarga Hong," jawabnya.Hua Mei yang biasanya tidak pernah memiliki tamu berkunjung, dia merasa cemas karena Hwang Jun yang datang untuk menemuinya hari ini.Hua Mei dengan tangan diborgol berjalan menuju ke ruangan khusus untuk bertemu dengan Hwang Jun. Begitu Hua Mei duduk di kursi, Hwang Jun segera menunjukkan foto-foto di atas meja."Apa kamu mengenal pria ini?" Tanya Hwang Jun.Hua Mei menggelengkan kepalanya lalu membuang muka ke arah lain. Sekilas saat dia menatap foto tersebut memang ada kemiripan dengan Juan Lin putranya, tapi sebagai seorang ibu kandungnya, Hua Mei tahu pria di foto itu sama sekali bukan Juan Lin."Kamu yakin tidak mengenalnya?" Ulang Hwang Jun.Hua Mei menyipitkan matanya. Dia menatap Hwang Jun dengan tatapan mata meremehkan."Apa Tuan Muda Hwang pikir putraku sudah bangkit dari kuburnya untuk membalas dendam? Jika demikian maka ini adal
***Pada keesokan harinya. Ah Nian dan Hwang Jun menikmati sarapan bersama di sebuah restoran. Ah Nian mengenakan dress tanpa lengan berwarna merah dengan hiasan bunga-bunga kecil melingkar pada lingkar lehernya. Di bagian ujung gaunnya memiliki renda bermodel kelopak bunga mawar. Usai sarapan Ah Nian tampak termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. Hwang Jun segera menyentuh jemari tangannya."Apa yang membuat kamu termenung?""Kira-kira siapa wanita yang menyamar sebagai aku? Tuan Muda Hwang, mungkinkah itu ...." Perkataan Ah Nian terhenti. Dia merasa ada seseorang yang sengaja mengambil bajunya di kediaman untuk mengelabui semua orang."Kamu tidak perlu memikirkannya lagi, jangan khawatir tentang masalah itu, aku sudah meminta seseorang untuk menyelidiki semuanya sampai tuntas," ujar Hwang Jun pada Ah Nian."Tuan Muda Hwang, aku hanya tidak ingin kamu meragukan ku, aku tidak ingin ada perselisihan antara kita berdua, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika Tuan Muda Hwan
"Kenapa kamu meminta orang datang untuk menyelamatkannya dan menggantinya dengan orang lain? Pria mabuk itu sama sekali bukan Juan Lin, memang dia mengenakan baju yang sama, tapi kenapa? Aku tidak mengerti ternyata kamu sendiri yang menyelamatkan sehingga Juan Lin bisa kabur, kamu mengurus identitas baru untuknya. Aku baru tahu ternyata kamu begitu berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu pria itu! Katakan apa alasannya padaku? Tidak perlu berpura-pura lagi! Apa jangan-jangan aku sudah salah mengenalimu?" Tanya Hwang Jun tiba-tiba.Spontan Ah Nian langsung mengangkat wajahnya. Ah Nian tidak mengerti dengan semua perkataan Hwang Jun."Aku????! Aku? Tuan Muda Hwang? Apa maksudnya?" Tanya Ah Nian dengan wajah kebingungan.Semua yang dikatakan Hwang Jun sama sekali tidak benar. Ah Nian bahkan tidak tahu apa-apa tentang Juan Lin yang masih hidup di luar sana.Hwang Jun sangat marah dia segera menghimpit tubuh telanjang Ah Nian kembali."Katakan dengan jujur atau aku buat kakimu tidak b
"Nian, keluarga Hong sama sekali tidak memiliki niat untuk memisahkan antara ibu dan anak, memang sejak dahulu secara turun-temurun sebagai wanita yang akan menjadi calon Nyonya besar di keluarga besar kami harus mengikuti peraturan tersebut. Ibu muda yang baru saja melahirkan tidak diizinkan untuk merawat bayi-bayi mereka, mereka harus fokus merawat diri, dan ...." Hwang Jun tidak melanjutkan perkataannya.Ah Nian mengernyitkan keningnya, dia segera mengguncang lengan Hwang Jun di sebelahnya."Dan apa?" "Dan memiliki waktu lebih banyak untuk calon Tuan besar," tutur Hwang Jun seraya menaikkan kedua alisnya lalu melirik ke arah ayahnya.Ah Nian masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hwang Jun."Jadi kalian harus memiliki lebih banyak waktu, setelah proses persalinan tentunya Ah Nian lelah, jadi tubuhnya yang lelah harus dipulihkan seperti sedia kala, milikilah waktu sebanyak mungkin untuk bersama bila perlu perjalanan bulan madu ke dua harus dilakukan," ujar Tuan Hong dengan san