“Tuan muda Hwang, apa yang begitu menarik di lantai dua? Sepertinya ada sesuatu yang membuatmu terpesona dan tidak bisa berhenti menatapnya?” gurau Wei Zhang sambil berjalan menuju ke arah anak tangga dengan senyum lebar.
Ah Nian di lantai dua bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Wei Zhang. “Ternyata benar, Hwang Jun masih berada di tengah anak tangga dan dia berdiri di sana, terus menatap ke arahku!” bisik dalam hati Ah Nian. “Ah, tidak ada, saya tadi sempat mendengar suara perabotan pecah di lantai atas, saya hendak memeriksanya tapi tidak jadi,” jawabnya dengan sopan sambil mengukir senyum pada bibirnya. “Mari kita mengobrol, pelayan sepertinya masih menyiapkan makanan di ruang makan,” ujarnya pada Hwang Jun. Wei Zhang merangkul bahu Hwang Jun seperti merangkul bahu putranya sendiri. Dari pintu masuk Juan Lin baru datang. Baju yang Juan Lin kenakan terlihat berantakan, serta langkah kakinya sempoyongan seperti baru selesai mabuk-mabukan. Langkah kaki Juan Lin terhenti ketika melihat Hwang Jun dan Wei Zhang. “Kalian terlihat akrab, sepertinya kalian memang cocok menjadi ayah dan anak, hahaha,” ujar Juan Lin sambil berjalan menuju ke arah Hwang Jun lalu menyentuh kemeja putih yang Hwang Jun kenakan, Juan Lin menepuk-nepuk dada Hwang Jun dengan telapak tangan kanannya lalu menunjuk wajah Hwang Jun. “Pindah saja ke sini, hik!” ujarnya sambil tertawa lalu disusul suara cegukan. “Maafkan saya, Juan Lin selalu seperti ini, ah memalukan sekali, Tuan muda Hwang, silakan duduk dahulu,” perintah Wei Zhang pada Hwang Jun. Hwang Jun mengangguk sopan. Wei Zhang segera meraih tangan Juan Lin dan berniat menyeretnya masuk ke dalam kamar yang ada di lantai atas. Hwang Jun masih berdiri di sana, dia melihat Wei Zhang kesulitan membawa putra tirinya, entah kenapa dia merasa lucu dan hampir tidak bisa menahan senyum pada bibirnya. “Ayo masuk ke kamarmu, ayo lekaslah!” ajak Wei Zhang sambil menarik lengan Juan Lin. “Lepaskan aku! Kamu hanya peduli sama si Hua, kalian bahkan melakukan hubungan di tempat terbuka! Ruang tamu adalah tempat semua orang bisa melihat!” teriak Juan Lin seraya menepis tangan Wei Zhang. “Kamu sedang mabuk, ayo masuk ke kamarmu, cepatlah!” ujar Wei Zhang dengan nada tidak sabar. “Dasar anak tidak becus, di perusahaan hanya bisa menghamburkan uang, di luar mabuk-mabukan dan main wanita!” gerutu Wei Zhang seraya membawa Juan Lin menuju ke arah anak tangga. Tak lama setelah itu, dua pelayan pria langsung menggantikan Wei Zhang membawa Juan Lin menuju kamarnya di lantai atas. Wei Zhang segera pergi menghampiri Hwang Jun yang kini duduk di sofa ruang keluarga. Pelayan sudah menyiapkan semua menu di atas meja besar ruang makan. “Sepertinya menu sudah siap, aku akan meminta pelayan memanggil putriku dan istriku untuk turun, para wanita selalu lama saat berdandan,” ujarnya pada Hwang Jun. Hwang Jun hanya mengukir senyum di bibirnya untuk menjawab perkataan Wei Zhang. Jika Ah Nian tidak tinggal bersama Wei Zhang, Hwang Jun juga merasa enggan memenuhi undangan dari Wei Zhang. Beberapa menit kemudian semua orang sudah berkumpul dan duduk di kursi meja makan. Hwang Jun duduk sendirian di kursi samping meja besar, sementara Wei Zhang sebagai kepala keluarga duduk di kursi ujung meja, di sudut duduk Hua Mei – istri Wei Zhang dan tepat di depan Hwang Jun duduk Lian Er. Melihat Ah Nian tidak ikut bergabung bersama mereka di meja makan. Hwang Jun segera bertanya pada Wei Zhang. “Kalau tidak salah, masih ada lagi yang belum hadir di sini?” tanya Hwang Jun pada Wei Zhang, “Tuan Wei bahkan belum mengadakan pesta untuk menyambut kembalinya putri tertua,” lanjut Hwang Jun dengan nada begitu santai. Wei Zhang terlihat serba salah, dia langsung menegur istrinya. “Sayang, kenapa kamu tidak membawa Ah Nian turut serta makan malam bersama?” tanya Wei Zhang pada Hua Mei. “Dia tidak bisa melihat, untuk apa membawanya turun? Untuk menunjukkan dia tidak bisa membedakan mana sambal dan mana nasi? Memalukan saja!” gerutu Hua Mei. Hwang Jun spontan menaikkan kedua alisnya mendengar perkataan Hua Mei yang kasar. Hua Mei juga melihat ekspresi pada wajah Hwang Jun. Niat Hua Mei mengundang Hwang Jun tidak lain untuk membuat hubungan Hwang Jun dan Lian Er agar lebih akrab lagi. “Maksudku, Ah Nian cacat, sebaiknya biarkan saja dia makan di dalam kamarnya,” ralat Hua Mei sambil mengukir senyum enggan. “Ah, jadi karena Ah Nian buta, bukankah dia buta karena mendonorkan kedua matanya untuk Nona Lian Er? Saya rasa pengorbanannya cukup besar untuk keluarga ini, balas budi ....” perkataan Hwang Jun terpotong oleh Lian Er disertai gebrakan kedua tangan Lian Er di atas meja makan. “Cukup! Aku akan membawanya turun!” potong Lian Er tiba-tiba dengan kedua tangan mengepal, napas Lian Er terlihat memburu seperti ada batu besar yang menindih dadanya. Kemarahan begitu jelas terlihat pada kedua matanya. Lian Er berjalan dengan langkah cepat keluar dari ruang makan menuju ke lantai atas untuk memanggil Ah Nian. “Aku benci sekali dengan kedua mata ini! Gadis kumal itu merenggut satu-persatu hati orang yang seharusnya menjadi milikku! Kemarin Papa, dan kali ini Hwang Jun! Aku tidak akan pernah membiarkannya!” bisik Lian Er dalam hati. Lian Er berjalan cepat menuju lantai paling atas, Lian Er berniat menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu untuk mengagetkan Ah Nian. Namun, Ah Nian sudah mendengar suara langkah kaki Lian Er. Ah Nian tahu dari suara langkah cepat kakinya bahwa orang yang saat ini berjalan menuju kamarnya sedang menahan amarah di dalam hatinya. Ah Nian segera berjalan menuju pintu. Dia bisa mendengarnya dengan sangat jelas saat suara itu semakin dekat menuju ke kamarnya.***Keluarga Hong panik sekali saat mengetahui bahwa Ah Nian ternyata adalah dalang dari semua kejadian, bahkan Ah Nian mengaku sudah membunuh Juan Lin. Mereka tentu saja tidak akan membiarkan menantu yang selama ini mereka unggulkan berada di balik jeruji besi. Apapun akan dilakukan untuk membebaskan Ah Nian.Hanya dengan proses persidangan beberapa kali Ah Nian pun kembali dibebaskan.Hwang Jun merasa sangat bahagia. Ah Nian tidak mendapat hukuman berat karena sedang hamil, dan juga karena melakukan semua tindakan itu lantaran perbuatan Juan Lin yang terus menindas dan mengancam Ah Nian untuk terus mengambil kesempatan menyetubuhinya. Hwang Jun memeluk Ah Nian dengan erat sekali, dia sangat bahagia mendengar kabar bahwa Ah Nian sedang hamil."Kamu harus mengatakan semuanya padaku! Apa kamu pikir aku akan diam saja? Kenapa malah melakukan semuanya seorang diri?" Tanya Hwang Jun.Ah Nian menyandarkan kepalanya di dada bidang Hwang Jun."Karena aku tidak ingin Tuan Muda Yelan yang ter
***Hari demi hari telah berganti, bulan demi bulan begitu cepat berlalu.Ah Nian merasakan jarak begitu besar antara dirinya dengan Hwang Jun. Hampir tidak ada kemesraan lagi yang dia rasakan. Rumah tangga yang awalnya terasa begitu manis dan penuh cinta kini terasa sangat tawar.Meski sudah menghabiskan banyak waktu dengan duduk di perusahaan Yelan, Ah Nian tidak mampu menanggungnya lagi. "Maafkan aku, sepertinya aku memang harus menunjukkannya padamu, dan pada semua orang, tentang semua yang ingin kamu ketahui, alasannya hanya satu, karena aku mencintaimu Tuan Muda Hwang," bisik Ah Nian pada dirinya sendiri.Tanpa sepengetahuan Hwang Jun Ah Nian memutuskan untuk pergi seorang diri ke kantor polisi.Mendengar kabar dari kantor polisi bahwa Ah Nian berada di sana membuat Hwang Jun panik. "Sebenarnya apa yang dia simpan di dalam benaknya? Kenapa Ah Nian malah berada di kantor polisi?!" Keluhnya seraya bergegas pergi untuk menemuinya.Sampai di kantor polisi Hwang Jun menemui Ah Nian
"Siapa itu? Apakah putriku Lian er?" Tanyanya dengan kedua mata berbinar."Bukan, tamu Anda adalah Tuan Muda Hwang dari keluarga Hong," jawabnya.Hua Mei yang biasanya tidak pernah memiliki tamu berkunjung, dia merasa cemas karena Hwang Jun yang datang untuk menemuinya hari ini.Hua Mei dengan tangan diborgol berjalan menuju ke ruangan khusus untuk bertemu dengan Hwang Jun. Begitu Hua Mei duduk di kursi, Hwang Jun segera menunjukkan foto-foto di atas meja."Apa kamu mengenal pria ini?" Tanya Hwang Jun.Hua Mei menggelengkan kepalanya lalu membuang muka ke arah lain. Sekilas saat dia menatap foto tersebut memang ada kemiripan dengan Juan Lin putranya, tapi sebagai seorang ibu kandungnya, Hua Mei tahu pria di foto itu sama sekali bukan Juan Lin."Kamu yakin tidak mengenalnya?" Ulang Hwang Jun.Hua Mei menyipitkan matanya. Dia menatap Hwang Jun dengan tatapan mata meremehkan."Apa Tuan Muda Hwang pikir putraku sudah bangkit dari kuburnya untuk membalas dendam? Jika demikian maka ini adal
***Pada keesokan harinya. Ah Nian dan Hwang Jun menikmati sarapan bersama di sebuah restoran. Ah Nian mengenakan dress tanpa lengan berwarna merah dengan hiasan bunga-bunga kecil melingkar pada lingkar lehernya. Di bagian ujung gaunnya memiliki renda bermodel kelopak bunga mawar. Usai sarapan Ah Nian tampak termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. Hwang Jun segera menyentuh jemari tangannya."Apa yang membuat kamu termenung?""Kira-kira siapa wanita yang menyamar sebagai aku? Tuan Muda Hwang, mungkinkah itu ...." Perkataan Ah Nian terhenti. Dia merasa ada seseorang yang sengaja mengambil bajunya di kediaman untuk mengelabui semua orang."Kamu tidak perlu memikirkannya lagi, jangan khawatir tentang masalah itu, aku sudah meminta seseorang untuk menyelidiki semuanya sampai tuntas," ujar Hwang Jun pada Ah Nian."Tuan Muda Hwang, aku hanya tidak ingin kamu meragukan ku, aku tidak ingin ada perselisihan antara kita berdua, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika Tuan Muda Hwan
"Kenapa kamu meminta orang datang untuk menyelamatkannya dan menggantinya dengan orang lain? Pria mabuk itu sama sekali bukan Juan Lin, memang dia mengenakan baju yang sama, tapi kenapa? Aku tidak mengerti ternyata kamu sendiri yang menyelamatkan sehingga Juan Lin bisa kabur, kamu mengurus identitas baru untuknya. Aku baru tahu ternyata kamu begitu berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu pria itu! Katakan apa alasannya padaku? Tidak perlu berpura-pura lagi! Apa jangan-jangan aku sudah salah mengenalimu?" Tanya Hwang Jun tiba-tiba.Spontan Ah Nian langsung mengangkat wajahnya. Ah Nian tidak mengerti dengan semua perkataan Hwang Jun."Aku????! Aku? Tuan Muda Hwang? Apa maksudnya?" Tanya Ah Nian dengan wajah kebingungan.Semua yang dikatakan Hwang Jun sama sekali tidak benar. Ah Nian bahkan tidak tahu apa-apa tentang Juan Lin yang masih hidup di luar sana.Hwang Jun sangat marah dia segera menghimpit tubuh telanjang Ah Nian kembali."Katakan dengan jujur atau aku buat kakimu tidak b
"Nian, keluarga Hong sama sekali tidak memiliki niat untuk memisahkan antara ibu dan anak, memang sejak dahulu secara turun-temurun sebagai wanita yang akan menjadi calon Nyonya besar di keluarga besar kami harus mengikuti peraturan tersebut. Ibu muda yang baru saja melahirkan tidak diizinkan untuk merawat bayi-bayi mereka, mereka harus fokus merawat diri, dan ...." Hwang Jun tidak melanjutkan perkataannya.Ah Nian mengernyitkan keningnya, dia segera mengguncang lengan Hwang Jun di sebelahnya."Dan apa?" "Dan memiliki waktu lebih banyak untuk calon Tuan besar," tutur Hwang Jun seraya menaikkan kedua alisnya lalu melirik ke arah ayahnya.Ah Nian masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hwang Jun."Jadi kalian harus memiliki lebih banyak waktu, setelah proses persalinan tentunya Ah Nian lelah, jadi tubuhnya yang lelah harus dipulihkan seperti sedia kala, milikilah waktu sebanyak mungkin untuk bersama bila perlu perjalanan bulan madu ke dua harus dilakukan," ujar Tuan Hong dengan san