แชร์

2. Menjemput Azkia

ผู้เขียน: Ria Wijaya
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-06-07 16:54:41

Pagi ini Azkia sedang sibuk bercermin, dia sedang bingung menutupi mata sembab karena menangis semalaman, pasalnya saat ini dia akan melamar pekerjaan, dan inilah alasan mengapa dia menangis semalaman.

Dia mengingat lagi kejadian kemarin yang membuat matanya sembab.

Sehabis keluar dari mall dia langsung bergegas memberhentikan taksi yang lewat, di dalam taksi hatinya bersyukur tidak jadi mempunyai mertua menyebalkan seperti itu, kini dia akan menuju tempat kerjanya, karena jam kerjanya telah tiba. Hatinya sudah mengikhlaskan kejadian tadi, percayalah dia adalah orang yang setegar karang.

Di luar sedang tidak hujan badai, namun entah mengapa sore itu tiba-tiba managernya memanggilnya. Setelah duduk dengan hati yang was-was, manager memberikan amplop coklat yang terlihat tebal isinya.

"Maaf, dengan berat hati kamu dipecat, untuk alasannya saya tidak bisa menjelaskan kepada mu, ini gaji dan uang pesangonmu, saya kira pemilik hotel memberikan lebih dari cukup."

Menyodorkan lebih dekat ke arah Azkia.

"Tapi kenapa, Tuan?" ujar Azkia bingung.

Sang Manager tidak menjawab, hanya mengisyaratkan tangannya menuju pintu keluar ruangannya. Meski kecewa Azkia menundukkan kepala sekali, untuk meminta maaf dan berterima kasih. Sudah beberapa tahun dia bekerja di sini, dan tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas.

Dia semalaman menangis karena impiannya akan hancur, sudah lama ia ingin keluar dari rumah ini. Perlakuan keluarga yang menjadikannya seperti pembantu dan sangat jauh dari kata orang tua yang menganggapnya sebagai anak. Dia berpura-pura menjadi gadis lemah dan penurut, agar bisa makan dan tinggal secara gratis, dan uang hasil kerjanya dia kumpulkan agar impiannya menjadi kenyataan.

Setelah selesai dia bergegas turun sarapan dan berangkat, semua sudah pergi dari rumah, hanya tinggal pelayan, dia tidak pernah makan bersama keluarganya, telinganya bosan mendengar kata-kata pedas dari 3 penghuni rumah itu.

********

Setelah beberapa kali masuk perusahaan, hotel sampai toko terkecil pun tidak ada yang mau menerimanya bekerja. Mereka hanya mendengar namanya saja di sebut sudah langsung menolak tanpa melihat CV nya.

"Aneh," gumamnya, tapi Azkia tetap tidak bisa melakukan apa-apa, dia tidak akan menyerah, besok ia akan mencoba melamar pekerjaan lagi.

Karena sudah sore terpaksa kakinya membawa langkahnya pulang ke rumah.

Sudah memasuki gerbang rumah, terlihat 2 mobil mewah yang asing.

"siapa?" gumamnya.

Setelah masuk terlihat keluarganya sedang duduk.

Di depannya ada seorang pria duduk dengan arogannya. Di belakangnya tiga orang pria berdiri, dua orang paling belakang terlihat membawa koper dan semua berjumlah tiga. Dan di depannya orang itu membawa amplop yang berisi surat.

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu sudah datang," ujar ayah yang terdengar antusias.

"Bagus, ingat sesuai kesepakatan kita, jangan berani ada yang macam-macam," ucap orang yang duduk itu, entah mengapa suaranya terdengar mengerikan di telinga Azkia.

"Baik, Tuan Deffin. Anda boleh membawa Azkia sekarang, dan sesuai kesepakatan tadi pagi, namanya akan dicoret dalam daftar keluarga, saya sudah serahkan surat-suratnya," jawabnya dengan mantap.

Yang disebut namanya bingung.

"Apa maksud, Ayah?!"

"Tuan Deffin sudah membelimu, kau akan jadi pelayannya," ucap lelaki paruh baya itu dengan santai.

"Apa?!! Tidak cukup kah keluarga ini menjadikanku sebagai pembantu, dan sekarang dengan teganya kalian menjual ku!" Teriaknya marah dengan nada bergetar, air matanya sudah jatuh deras ke pipinya.

"Sudahlah jangan banyak bicara, anggap ini balas budimu karena kita sudah merawatmu dari kecil," ucap ibu tiri.

"Iya, jangan bisanya jadi benalu saja," lanjut sang adik tiri.

Azkia hanya mengepalkan tangan kuat. Memandang tajam ketiga orang yang sama sekali tidak memiliki wajah bersalah.

"Sudahi drama ini, buang-buang waktuku saja. Dan ingat, kalian kedepannya jangan pernah muncul di hadapanku dan juga dia." Tunjuknya ke arah Azkia yang sedari tadi sudah bersimpuh di lantai.

Dengan wajah yang memprihatinkan Azkia menoleh ke arah suara tersebut. Dia terkejut melihat siapa yang berbicara, bukan karena wajah tampan dan sosok sempurnanya, tapi mengapa orang yang paling berpengaruh di negeri ini, rela menukar dirinya dengan uang gepokan yang nilai mata uangnya paling tinggi di negara ini, dan tiga koper itu terisi penuh.

Bukankah berlebihan meskipun terdengar menyakitkan, bukankah sayang uangnya, uang sebanyak itu hanya untuk membeli pelayan, yang sebenarnya bisa sangat mudah di dapatkan. Banyak yang mengantri mendaftar menjadi seorang pelayan Tuan Muda ini, karena imbalan gaji yang tidak sedikit.

"Ataukah aku akan dijadikan budak seumur hidup? Bukan sekedar pelayan biasa?" batin Azkia.

"Roy, ajak dia masuk mobil." Sambil berdiri tanpa pamit kepada sang pemilik rumah, lelaki itu berjalan dengan angkuhnya.

Roy menjawab, "Baik." Lalu menyuruh sopan Azkia, "Silakan, Nona." Setelah sampai mobil, Roy membuka pintu belakang, setelah menutupnya, lalu ia berjalan menuju kursi pengemudi.

Di perjalanan.

"Sudah, jangan cengeng!!! Sia-sia keluarin air mata untuk orang jahat," ketusnya ketika melihat betapa menyedihkannya gadis yang duduk di sampingnya.

Azkia melirik tajam orang di sampingnya,

"Bukankah Anda juga jahat, Tuan?" ujarnya sinis. Bagaimana bisa orang yang sama-sama jahatnya mencibir?

"Dari mana jahatnya aku, apakah melamar

orang tindakan kejahatan?!" Menggelengkan kepala. "Seharusnya kau berterima kasih, berkat diriku kau keluar dari rumah itu, meski sama-sama jadi pelayan, tapi kau spesial karena menjadi pelayan pribadi berkedok istri," ucapnya santai sambil menyenderkan kepalanya.

"Maksud, Tuan?"

"Aku akan menikahimu, terpaksa aku gunakan alasan membelimu untuk dijadikan pelayan, ya ... meskipun sebenarnya aku juga sedang butuh pelayan pribadi." Menghela napas. "Jika aku beralasan akan menikahimu, yang ada putri kesayangannya yang matre itu yang disodorkan, najis kalo sampai terjadi."

"Jadi anggap uang itu mahar dan kau harus melayaniku dengan seluruh jiwa dan ragamu."

Memandang tajam tatapan Azkia dengan mata elangnya.

"Tapi, mana mungkin aku menikah tanpa restu ayah kandungku." Berusaha menolak ide konyol Tuan Muda ini.

"Semua sudah beres, pernikahan kita sudah terdaftar, surat-suratnya sudah ada di rumah, besok tinggal acara resepsinya," ucapnya santai.

"Lagi pula dia bukan ayah kandungmu, dia menikahi ibumu setelah kau lahir, siapa yang tidak mau menikah dengan janda kaya, harta yang ditinggalkan ayahmu ketika kau berusia tiga bulan di kandungan, itulah alasan dia bertahan merawatmu, karena harta itu akan jatuh ketika kau sudah dewasa, dan dengan bodohnya kau menandatangani berkasnya tanpa membacanya." Sambil memberikan bukti yang diserahkan Roy, Deffin memberikannya, dan langsung diterima dan dibaca oleh Azkia.

Azkia menutup mulutnya tidak percaya, lalu menatap heran orang di sampingnya. Bagaimana dia bisa mendapatkan informasi yang tertutup rapat selama ini. Dan kini dia semakin benci mantan keluarganya itu, ada sedikit perasaan tenang ketika kini dia sudah bebas dari keluarga itu.

"Sudah percaya bagaimana berkuasanya aku?"

Azkia menganggukkan kepala.

"Maka dari itu jangan macam-macam, atau berusaha kabur dariku, berterima kasihlah karena aku sudah mengeluarkanmu dari kandang macan itu, berterima kasih dengan cara melayaniku dengan seluruh jiwa dan ragamu di sepanjang hidupmu," peringatnya dengan mencengkeram dagu Azkia.

Lalu dengan cepat melepaskannya, karena Deffin tergoda dengan bibir mungil merah muda tersebut.

"Sial," batin Deffin.

Sedangkan Azkia memalingkan wajahnya menghadap jendela. "Keluar dari kandang macan, lalu masuk ke kandang singa," gerutu Azkia di dalam hati.

Bersambung

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Tuan Muda Posesif   108. Tuan Muda Posesif (End)

    Deffin POV. Aku tersenyum ketika merasakan pelukan Azkia semakin erat, kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun aku masih malas untuk bangun, ingin rasanya hari ini cuti lagi dan hanya tidur sambil memeluk Azkia seharian, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bosan memeluk istri cantikku ini. Kemarin sepulang dari kampus Reynand, kita tidak jadi pergi ke panti asuhan, karena aku mengurung Azkia di dalam kamar hingga saat ini. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Azkia ketika sadar jika aku membodohinya lagi, meski ia kesal setengah mati, namun dia tidak akan pernah bisa marah, karena aku selalu punya cara sendiri untuk menjaga suasana hati Azkia agar selalu bahagia. Rasanya aku tidak akan pernah puas memandangi wajah cantik wanita yang berada di dekapanku saat ini, meski usianya tidak muda lagi, namun aku melihatnya, dia tetap seperti gadis kecil yang pemberani, seperti saat pertama kalinya aku berjumpa dengannya. Aku ingat bagaim

  • Tuan Muda Posesif   107. Calon Mantu

    Sesuai kesepakatan kemarin malam, pagi ini Azkia akan mengajak Deffin melihat sosok gadis yang akan menjadi calon menantu mereka. Saat ini pasangan suami istri itu sudah berpakaian rapi dan tengah menikmati sarapan mereka di ruang makan."Pagi, Ayah, Bu," sapa Reynand yang baru saja sampai di ruang makan."Pagi," sahut Azkia dan Deffin kompak."Tumben kamu berangkat pagi sekali?" tanya Azkia yang heran melihat Reynand akan berangkat lebih pagi dari biasanya."Iya, Erlena memintaku untuk menjemputnya, mobilnya sedang diperbaiki," sahut Reynand seraya mengambil piring berisi sandwich yang telah disiapkan Azkia."Kenapa tidak minta diantar sopirnya saja?" gerutu Azkia pelan, namun masih bisa didengar oleh Reynand."Ibu, Erlena meminta tolong, dan tujuan kita satu tempat, mana mungkin aku menolaknya? Lagi pula bukannya Ibu sudah menganggap Erlena putri Ibu sendir

  • Tuan Muda Posesif   106. Keputusan Tuan Posesif Ketika Cemburu

    Beberapa tahun kemudian... Memiliki anak dengan wajah tampan yang sama memang sebuah anugerah, namun bagaimana jika dia malah menjadi saingan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang kita sayang? Seharusnya memang bukanlah masalah, mengingat dia adalah anaknya sendiri, akan tetapi karena sang suami adalah sang tuan posesif, bahkan kelewat posesif, dia menganggap anaknya adalah saingannya, dan setiap hari hanya akan ada rasa cemburu yang menggerogoti hati Deffin, lalu apa solusinya jika seperti ini? Menikahkan anaknya adalah jalan satu-satunya bagi Deffin untuk menjauhkan anak semata wayangnya dengan Azkia, sudah berapa tahun Deffin harus mengalah mendapatkan kasih sayang Azkia yang harus terbagi dengan anaknya, dan Deffin sekarang sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa kesalnya lebih lama lagi, apalagi sekarang anaknya sudah bisa mengendarai mobil atau motor sendiri, dan itu malah dijadikan kesempatan anaknya untuk mendominasi Azkia. "Pokoknya setelah

  • Tuan Muda Posesif   105. Akhir Yang Bahagia

    Tiga tahun kemudian...Seorang anak lelaki tampak sedang duduk dengan angkuhnya di sofa kamarnya, sorot matanya yang tajam seolah sedang menguliti seorang pelayan yang sedang membersihkan tumpahan makanan yang tidak sengaja terjatuh sebab kakinya yang tersandung karpet mahal yang saat ini sedang dipijaknya."Kau membuat selera makanku jadi hilang!" protes anak lelaki tampan itu, wajahnya sangat tampan dan menggemaskan layaknya anak seusianya, namun tidak dengan sikapnya. Jika tidak ada ibunya di sampingnya, dia langsung berubah jadi iblis kecil yang arogan."Sekali lagi mohon maafkan saya, Tuan Muda," ujar pelayan itu bersimpuh di hadapannya."Saya akan membawakan Anda makanan yang baru, Tuan Muda," lanjutnya dengan suara bergetar sebab ketakutan. Bukan karena anak kecil itu mempunyai kekuatan super hingga membuatnya ketakutan, namun ayah dari anak itu adalah penguasa negara ini, jelas pelayan itu ketakutan karena sudah membuat anaknya kesal.

  • Tuan Muda Posesif   104. Melahirkan Bersama

    Tiga bulan kemudian. Setelah pernikahan Erwin dan Ellena yang digelar secara sederhana, selang beberapa hari kemudian Erwin sudah tidak bekerja lagi pada Deffin. Tidak hanya itu, Erwin juga sudah keluar dari dunia gelapnya, dia secara resmi memberikan Black World untuk dipimpin tangan kanannya, namun meski begitu Black World tetap melindungi anggota Wirata Group, sebagai sumpah setianya kepada mendiang kakek Deffin dahulu. Sekarang Erwin hanya fokus kepada bisnisnya yang bergerak di bidang restoran dan perhotelan. Sedangkan Roy tetap bekerja dengan Deffin, dia memutuskan pensiun jika Wirata Group juga sudah berpindah tangan ke tuan mudanya yaitu Reynand Wirata. Namun Deffin juga tidak membiarkan Roy sibuk seperti saat dia masih lajang, Deffin menyuruh Roy untuk memprioritaskan istrinya terlebih dahulu, karena Elma kini sudah hamil tua. Bukan hanya Elma dan Roy yang sedang menanti kehadiran buah hatinya, pasangan Ar

  • Tuan Muda Posesif   103. Nasib Erwin

    Tiga bulan sudah Ellena bekerja menjadi pengasuh Reynand, jika ditanya apakah Ellena betah kerja di rumah Deffin?Jawabannya pastilah betah, walaupun awalnya Ellena sangat tidak terbiasa dengan sifat posesif Deffin, bukan kepada Reynand, namun kepada Azkia sang istri tercinta.Deffin selalu menampakkan raut wajah 'tak suka jika Azkia terlihat asyik mengobrol dengan Ellena ketika Deffin sudah pulang bekerja. Deffin merasa kesal sebab Azkia sudah puas bersama Ellena dan Reynand mulai pagi hingga sore, namun Azkia masih mencuri waktu untuk mengobrol dengan Ellena di malam hari, padahal seharusnya malam hari adalah waktu giliran untuk bersama Deffin.Seperti saat ini, Deffin langsung mengerucutkan bibirnya ketika melihat Azkia dan Ellena mengobrol santai di teras samping rumah, sedangkan Reynand tampak tertidur pulas di stroller nya."Kau bahkan sekarang sudah lupa menyambutku pulang," ujar Deffin terdengar sinis.Azkia dan Ellena kompak menoleh, Ellena

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status