"Vella, jangan takut. Kamu adalah anak yang kuat. Kamu pasti bisa melewati segalanya. Mama sangat percaya, suatu saat kamu akan bersinar layaknya mutiara di tengah samudera."
Kata yang diucapkan mendiang mamanya masih terngiang di benak Vella. Gadis tersebut tak bisa menahan tangis pilu di depan gundukan tanah basah yang bertabur bunga. Setelah difitnah melakukan tindakan asusila dan mendapatkan penghianatan dari adik dan kekasihnya, kini Vella juga harus menelan pil pahit bahwa ibu kandungnya telah meninggal. Saat itu rintik hujan turun, seorang wanita berpayung hitam menunduk dan mulai membujuk. "Vella, ayo kita pulang, Nak. Mamamu pasti akan sedih jika kamu terus seperti ini." Dia adalan ibu tiri Vella. Sikapnya lembut dan penuh kasih, hingga Vella tak dapat menolak kebaikannya Mobil sedan berwarna hitam menembus kabut putih, di bawah guyuran air hujan yang semakin deras. Suasana berkabung masih terasa kental, kala tiba di kediaman Arganta. Vella berbaring menyamping dengan sudut mata mengalirkan cairan bening yang menembus bantal. Dipandangnya batu giok mutiara peninggalan mamanya, dibaca pula secarik kertas yang tertera. [Vella, mama harap kamu bisa menjaga batu giok mutiara ini sama seperti kamu menjaga nyawamu sendiri. Berproseslah seperti mutiara, meski terbentuk dari daging lunak, tapi suatu saat dia akan menjadi kuat dan memikat, menyilaukan netra.] 'Kuat? Bagaimana aku bisa menjadi kuat, Ma? Sekarang semua orang sangat jijik kepadaku.' Seketika tangis Vella pecah kala ingat kejadian beberapa jam yang lalu saat dia dilecehkan dan didiskualifikasi dari perlombaan fashion show di sekolah. *** Kondisi Vella belum membaik. Dia masih tertekan, diam, termenung menatap batu giok mutiara peninggalan mamanya. Saat dia menengok ke lantai bawah, adik tirinya terlihat bahagia memamerkan trofi juara tiga kompetisi model yang dia ikuti kemarin. Vella menghela napas dan kembali masuk ke dalam kamar. Suasana hening kembali memeluk setiap harinya. Hingga seminggu kemudian Vella terlihat mengenakan seragam sekolah, dia siap untuk kembali belajar. Dukungan moral Vella rasakan dari keluarganya terutama dari sang nenek. "Kamu semangat ya Vella. Semua akan baik-baik saja." Vella tersenyum samar dari mulutnya yang terkatup rapat. Membuat Andin mencemooh dalam hati ketika dia menunduk. 'Bagaimana kamu bisa mendapatkan kesempatan itu? Kamu sudah mempunyai citra yang buruk di sekolah. Hari ini kamu lolos saja sudah bagus.' Vella menangkap senyum menjijikkan di bibir adik tirinya. Sepertinya dia memang harus mempersiapkan sesuatu kali ini. Waktu sarapan sudah berlalu, Vella dan Andin segera menuju mobil. Bahkan Andin juga mempersilahkan Vella dengan ramah dan penuh kasih. "Ayo, Kak." Vella hanya menatap datar adik tirinya yang bermuka dua itu. Selama satu minggu dia tidak berbicara dengan adik tirinya, tapi bukan berarti Vella sudah melupakan kejadian di koridor sekolah. Senyum Andin mengembang selama di perjalanan menuju ke sekolah sambil memainkan gadget. Barulah senyum itu sirna dan berubah menjadi kesal ketika Vella mengeluarkan jaket dari dalam tas dan mengenakannya setibanya di sekolah. Andin tahu, itu adalah jaket pemberian Rino satu minggu yang lalu, untuk menutupi tubuh Vella yang saat itu tengah mengenakan pakaian terkoyak akibat pelecehan. Paras cantik yang imut Andin benar-benar sangat iri ketika Vella mengenakan jaket tersebut. Vella mengira akan terjadi rengekan yang menyebalkan, tapi nyatanya Andin malah tersenyum lembut dan berkata, "Kak, aku duluan ya, mau ke toilet." "Hmm." Hanya itu yang keluar dari mulut Vella yang terkatup rapat, dia memandang adiknya yang berjalan tergesa-gesa memasuki gedung sekolah. Kemudian tangan Vella bergerak mengambil topi, dan menekuk rambut panjangnya ke atas, sebelum menutup kepalanya dengan topi. Byur! Sesuai dengan prediksi Vella. Kepulan serbuk putih menghantam tubuhnya tanpa ampun dari segala arah. Telur-telur dan juga cipratan susu kotak berbaur menjadi satu dengan tepung yang menodai tubuh Vella terlebih dulu. Cacian verbal dari teman-temannya juga bersahut-sahutan disertai gelak tawa yang sangat mencela. "Benar-benar bermuka tebal! Masih berani ya muncul di sekolah?!" "Menjijikan! Sekolahan kita tercemar gara-gara dia!" "Pergi saja ke neraka!" "Dasar Kabut Suram!" Buk! Bungkusan tepung melayang ke tubuh Vella yang sudah basah. Hingga serbuk putih tersebut semakin lengket pada jaket yang Vella kenakan. Saat Vella mengangkat kelopak mata, dia menangkap sosok Andin yang berdiri di balik dinding sekolah dengan senyum mencela. Sudah jelas dia dalang di balik perundungan ini. Tangan Andin melipat di depan dada dengan sangat angkuh ketika menatap Vella, membuat kakaknya mengepalkan sepuluh jari dalam diam. Tepat pada saat itu Rino muncul, membuat Andin bergegas menyembunyikan diri di balik dinding. 'Dasar pengecut!' caci Vella dalam hati. "Rino, jangan coba membelanya. Bahkan dia tidak setia kepadamu." Seseorang berkata ketika melihat Rino tiba. "Iya, benar. Seharusnya kamu meninggalkan gadis seperti itu." "Kamu sangat tampan dan kaya, seharusnya kamu mendapatkan gadis yang lebih baik dari Kabut Suram ini!" "Putuskan saja dia!" "Benar, dia benar-benar tidak pantas untukmu." Cuitan para siswa-siswi bersahut-sahutan menguarkan ujaran provokatif pada Rino yang kini wajahnya mengeruh. Namun, itu malah membuat Vella tersenyum hambar. "Bukan dia, tapi aku," ucap Vella dingin sembari menatap Rino tajam. Vella segera melepas jaket dan topi kotor yang dia kenakan, kemudian menyerahkan pada Rino, sembari berkata, "Mulai sekarang tidak perlu menunjukkan perhatian palsumu. Kita putus!" Rino tersontak mendengar keputusan Vella, "Vella, kamu ini bicara apa? Jangan mengambil keputusan secara impulsif." Sudut bibir Vella kembali terangkat, menampilkan seringaian jahat yang seharusnya tidak dia miliki. Teman-temannya pun kembali riuh dan berbisik-bisik mencela, melihat sikap sombong dan arogan yang Vella tunjukan. "Cih ... Sepatu rusak saja belagu!" "Huu ... dasar Kabut Suram!" Wajah Rino semakin menggelap mendengar seruan teman-temannya. Dan yang paling penting dia tidak bisa menerima jika Vella memutuskannya. "Vella ...." Vella sungguh tak ingin menimpali ucapan Rino, dia ingin segera pergi. Namun, begitu melihat Andin menampakkan tubuh sembari tersenyum lembut, dia pun kembali menyeringai sengit. Vella yakin, hati Andin pasti sangat senang dan berbunga-bunga saat mendengarnya memutuskan Rino 'Ambil saja sampah yang aku buang!' batin Vella acuh tak acuh. Ketika Vella hendak pergi anak-anak kembali gaduh menyerukan nama seseorang. "Samudera ...." "Samudera datang ... minggir." "Minggir ... Samudera datang." Seketika kerumunan anak-anak bagai lautan terbelah. Menyingkir ke sisi kanan dan sisi kiri. Kemudian sosok tinggi, dingin, dan terlihat tak berperasaan, muncul diikuti satu anak laki-laki kelas X dan sepasang anak kembar kelas Xl. Mereka adalah tuan dan nona muda dari keluarga Baswara, pemilik yayasan SMA Puncak Langit. "Astaga ... Samudera keren banget!" Vella menghela napas kasar. Sama sekali tidak tertarik dengan kegaduhan ini, kemudian berbalik dan kembali melanjutkan niatnya untuk membersihkan diri ke toilet. Vella tidak tahu jika siswa yang bernama Samudera itu tengah memperhatikannya dengan binar kepedulian pekat.Di bangsal rumah sakit.Saat ini Vella masih terbaring lemah, wajahnya pucat dan tidak berdaya.Lemparan kotak kayu itu ternyata mencederai otak kecil Vella hingga melumpuhkan fungsi motoriknya.Vella lumpuh tak bisa berdiri ataupun berjalan, saat duduk dia sangat mual dan pusing kemudian terjatuh tanpa mempunyai keseimbangan.Bersyukur tusukan di perut Vella tak sampai melukai janin yang dia kandung.Vella hanya bisa berbaring ditemani Samudera yang tak pernah lelah menggenggam tangannya memberi dukungan moral."Maaf, aku salah, aku lengah. Jika aku lebih waspada kamu tidak perlu mengalami hal semacam ini."Vella tersenyum lemah mendengar permintaan maaf Samudera yang entah kali keberapa."Kamu tidak lelah meminta maaf terus setiap waktu?"Samudera tersenyum samar. "Aku hanya tidak tahu bagaimana caraku menebus kelalaian?""Bantu aku duduk."Samudera menuruti keinginan Vella, dan memeluknya dari belakang agar Vella tidak jatuh.Sementara Vella memejamkan matanya, sembari menyandarkan
Sandra hampir putus asa ketika lima orang ingin memasukinya.Tapi entah kenapa lima orang tersebut tiba-tiba menghentikan aksi dan meninggalkannya begitu saja.Setelah termenung sesaat, tiba-tiba Sandra kembali tertawa ironi.Ternyata Samudera tak sungguh-sungguh membiarkannya ternoda.Hatinya semakin bangga."Bodoh, ternyata kamu tak sesadis yang aku pikirkan. Setelah apa yang aku lakukan pada gadismu ternyata kamu masih selemah ini."Sandra berhasil menghubungi seseorang setelah tangannya yang tertembak bersusah payah merogoh ponsel dari saku.Namun, tiba-tiba mobil yang membawanya ke rumah sakit mengalami kecelakaan.Sandra pingsan.Saat dia terbangun. Sandra mendapati dirinya di sebuah ruangan asing dengan pencahayaan minim.Di tengah ruangan sunyi.Suara pintu yang dibuka terdengar sangat nyaring.Siluet seseorang yang masuk terlihat kabur di mata Sandra yang baru saja terbuka.Namun, saat cahaya lampu menerpa tubuh itu. Sandra langsung mengenali siapa dia."Kakek …."Kakek Baswa
Bulan bersinar sangat indah menerpa tubuh gadis yang saat ini tengah tertawa mengerikan, sedingin udara malam ini. Cahayanya penuh kemenangan, tapi sedetik kemudian kilat matanya berubah menjadi tajam dan mempunyai hawa membunuh. Tatapan itu menghujani tubuh Vella yang terkulai tak berdaya di lantai beton. "Aku sudah mengatakan, jika aku tidak bisa memiliki Samudera. Maka kamu pun tak akan bisa memilikinya." Sandra beralih pada belati yang masih menancap di pahanya. Kemudian terdengar pekik kesakitan saat dia mencabut belati tersebut. Sandra tidak bisa berdiri tegak. Namun, dia tetap memaksa berjalan terseok-seok menuju ke arah Vella. Kembali bibir itu tersenyum. Namun, sama sekali tak terlihat indah, ketika matanya terarah pada perut Vella yang masih datar. "Aku membencimu, Vella. Aku membencimu karena Samudera sangat mencintaimu! Aku benci karena Samudera sangat menginginkanmu. Tidak seharusnya kamu mengandung anaknya, karena itu adalah hakku!" Sandra tahu Samudera tidak
Vella tahu ini keadaan yang sangat buruk.Dia sedang hamil dan tidak boleh melakukan gerakan ekstrim.Tapi jika tidak melawan, ini akan berakhir mengenaskan untuknya.Zlak!Salah satu dari pria itu seperti tercekik ketika mendapat hantaman keras di lehernya.Pria yang lain tidak berdiam saja ketika melihat tuan putri ini memiliki sedikit kemampuan.Sejak Vella tahu ada orang yang mengincar nyawanya, dia memang tak ingin menjadi gadis manja yang hanya bisa bersembunyi di balik perlindungan Samudera.Bisa memanah dan menggunakan pistol itu tidak cukup.Dia mempelajari beberapa teknik dasar membela diri dari serangan jarak dekat.Tidak disangka, pengetahuan itu sangat berguna saat ini."Jangan biarkan dia lari!" Teriakan Sandra menggema.Vella memang ingin melarikan diri, tapi tangannya segera ditarik hingga dia mulai terpelanting ke belakang.Tapi nyatanya Vella tak kembali dengan tangan menganggur.Diacungkannya kepalan tangan yang langsung terarah pada wajah pria tersebut.Bam!Wajah
Byur!Vella tersedak dan langsung kembali pada akal sehat setelah merasakan guyuran air kasar menghantam wajah.Dia terbatuk, dan hawa dingin pun merambat menyelimuti tubuhnya yang basah.Bintang yang bertebaran di langit benar-benar telah mengembalikan kesadarannya setelah pingsan akibat obat bius.Sepertinya dia berada di atap gedung sekarang."Sudah sadar?"Pertanyaan itu membuat Vella menoleh.Seketika senyumnya melengkung dingin.'Sandra … tentu saja dia ….' batin Vella kecut."Apa yang kamu inginkan?" tanya Vella datar.Tawa mengerikan Sandra terdengar miris.Sikap nona muda yang bermartabat tak lagi terlihat.Berganti dengan wajah bengis yang mempunyai aura membunuh."Kamu masih bertanya apa yang aku inginkan? Yang aku inginkan adalah Samudera, Vella! Tapi kamu telah merebutnya, jadi kamu harus menanggung akibatnya!"Vella sama sekali tak terlihat takut. Dia malah tersenyum hambar. "Sudah aku katakan, salahkan takdirmu.""Takdir? Takdirku sangat baik sebelum kamu datang! Tapi k
Entah sejak kapan Samudera berada di situ dengan aura mengerikan seperti hendak melenyapkan seseorang.Bagaimana Vella tidak suci?Leon yang dia tangkap sudah mengakui jika tidak sempat melakukan apapun pada Vella.Selain itu Samudera sendiri juga sudah membuktikan saat malam pertamanya dengan Vella di Paris.Noda darah keperawanan di seprai putih itu masih Samudera ingat dengan jelas di benaknya.Kata-kata kotor Sandra benar-benar membuat Samudera kehilangan kesabaran."Orang yang mempunyai mulut busuk sepertimu seharusnya tidak hidup di dunia ini."Samudera nyaris menghantam Sandra, jika tidak ada tarikan yang menghentikannya."Jaga martabatmu, Tuan Muda Baswara," tegas Brian, sembari mencengkeram kuat tangan putranya.Lantas kerlipan mata membuat dua orang pengawal menyeret Sandra keluar dari dalam venue.Gadis itu meronta-ronta dan berteriak seperti orang gila."Samudera kamu akan
Bukan hanya tamu undangan yang terlihat terguncang, tapi tuan Kuswara juga berkali-kali lipat merasakannya.Ia terus menyangkal perkataan nyonya Baswara untuk membela anak dan istrinya.Dan itu hanya membuat nyonya Baswara mencibir sengit. "Aku turut prihatin, ternyata kamu juga korban penipuan."Nyonya Kuswara memilih untuk diam, semakin banyak bicara semakin akan menunjukkan celah untuk membongkar kebohongan.Tuan Kuswara sangat mempercayainya itu adalah kekuatan terbesar seorang istri.Tapi tidak dengan Sandra yang mulai panik kedoknya akan terbongkar, ia pun terus-menerus berdalih untuk menutupi rahasianya."Bibi, aku tidak tahu salah apa yang pernah aku lakukan padamu, hingga kamu sangat membenciku. Aku hanya ingin berbakti padamu sebagai seorang menantu, tapi kamu malah menuduhku dengan yang tidak-tidak. Sekarang apa yang harus aku lakukan?"Melihat raut wajah menyedihkan penuh derai air mata ini, orang akan mengir
Pertanyaan Vella membuat Sandra meraung dan kembali menggila ingin menyerang Vella.Tapi Virgon jelas tidak membiarkan itu terjadi, ia menarik Sandra menjauh untuk mengamankan Vella.Tak terkecuali tuan Kuswara yang juga memaki dengan sangat brutal di atas panggung.Alhasil dia pun diseret turun dan diperingatkan akan diseret keluar dari venue jika masih ingin membuat kegaduhan.Vella segera dipersilahkan menuju podium untuk memberi sedikit sambutan."Terima kasih atas kerjasama para investor yang sudah bergabung dengan proyek yang akan kami selenggarakan. Terutama pada Samudera dan Kakek Baswara yang sudah memberi dukungan yang sangat besar pada perusahaan kami, semoga kedepannya kita dapat meraih keuntungan bersama dan meraup pundi-pundi kemakmuran yang tidak terkira."Di bawah panggung suara tepuk tangan riuh tak terhingga mendengar penuturan Vella.Tapi tidak dengan kakek Baswara.Ia pun tercengang dan seper
Sandra langsung tertawa mencibir mendengar ujaran Vella yang semakin tak masuk akal.Perusahaan Kuswara adalah milik keluarga Kuswara, tapi mengatakan perusahaan akan tetap berdiri sementara keluarga Kuswara akan hancur.Bagaimana itu mungkin?Tapi Sandra memahami kenapa Vella berkata seperti itu.Tampaknya saingan cintanya ini masih terlalu percaya diri akan memiliki Samudera kedepannya."Aku tidak masalah jika Samudera ingin mengambil alih perusahaan ini, dia memang mempunyai saham terbesar di perusahaan kami. Tapi aku adalah tunangannya dan pada akhirnya kami akan menikah, milik Samudera juga akan menjadi milikku, seorang menantu keluarga Baswara."Ucapan Sandra diikuti tawa lembut yang sama sekali tak ramah.Sandra benar-benar sangat percaya diri ketika mengucapkan kata itu. Ia pun tersenyum mencela dan kembali mengejek."Vella, aku sudah mengatakan. Bermimpi terlalu tinggi itu adalah urusanmu, tapi jatuh it