Contradiction

Contradiction

last updateLast Updated : 2022-01-19
By:  Saya SyakrilaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
34Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Aira dan Aoi bukanlah musuh, tapi keadaan telah mengubah segalanya. Jika saja kebahagiaan bisa dibeli dengan uang, Aira sangat menginginkannya, ia juga ingin memutar waktu agar bisa memilih untuk tidak lahir

View More

Chapter 1

Ceroboh

      "Eh bocil, biasa aja dong kalo liatin cewek, jijik banget gue liatnya," kata Nala pada Yoga yang sedang tersenyum sendiri melihat Cecil dari jauh. Perempuan cantik itu terlihat sedang mengantri di kasir dengan beberapa makanan ringan di tangannya.

"Galak amat lu kayak macan. Eh, gua lupa elu kan emang singa; galak," jawab laki-laki itu sambil meledek Nala dengan menjulurkan lidahnya. Alhasil, Nala pun tidak segan-segan mendeplak bahu Yoga yang sudah seenaknya menyamakan dirinya dengan Nala pacar Simba dalam film Lion King itu.

"Enak aja lu kalo ngomong!" Kata gadis itu sambil melotot ke arah Yoga yang sedang mengelus-elus bahunya yang panas akibat ulah Nala yang tidak ia duga.

"Enak banget sih lu ngeplak-ngeplak orang. Lagian salah gua ke elu apaan? Marah-marah mulu kayak nenek-nenek," cerocos Yoga lagi dengan nada kesal pada Nala. Sementara itu, Nala akhirnya terdiam, memilih kembali menyantap baksonya yang sudah dingin dengan wajah maupun karena kesal.

Yoga, sahabatnya itu, tidak tahukah dia kalau Nala kesal setiap kali ia melihat ke arah cewek lain? Cowok tengil itu memang tidak peka, tidak tahu kalau dirinya sebenarnya menyukainya. Seandainya saja cowok itu bisa memahami tanda-tanda kecil yang ia berikan, pasti tidak begini jadinya.

"Yah kan, Cecil udah pergi. Elu sih, gangguin gua mulu," kata Yoga lagi membuat Nala kehilangan kesabaran. Gadis itu pun menghampar paha Yoga sekali lagi dan memilih pergi dari kantin.

"Ce ilah, ni mak lampiran satu. Eh, bayar dulu tuh bakso!" Teriak Yoga lagi sembari menahan sakit di pahanya karena ulah Nala yang suka main tangan itu. Sementara, gadis itu tidak memperdulikannya dan terus berjalan ke arah kelas.

"Bayarin!" Kata Nala membuat Yoga lagi-lagi menggelengkan kepalanya menghadapi sikap Nala yang ajaib itu. Tanpa ragu, ia pun mendekatkan mangkuk bakso yang masih penuh itu ke depannya dan langsung menyantapnya nikmat.

"Nala, Nala. Kalo bukan temen dari TK udah gua tinggalin lu," kata Yoga sambil menambahkan kecap ke dalam mangkuk bakso yang menurutnya masih terlalu pedas.

Sementara itu, gadis yang tengah dibicarakan tadi; Cecil sedang duduk di kursinya dalam kelas. Gadis cantik itu duduk paling belakang. Sendirian. Dia memang selalu sendirian. Walaupun banyak yang memuji kecantikannya, hal itu malah membuatnya dibenci oleh cewek-cewek di kelasnya. Tidak jarang, gadis itu mendapat labrakan dari cewek yang tidak ia kenal dengan tuduhan macam-macam. Seperti halnya hari ini.

Cecil tidak menyadari jika ada seseorang cewek yang sedang melangkah terburu-buru ke arahnya. Wajah cewek itu memerah penuh amarah. Cecil yang sedang menikmati roti coklat yang dibelinya tidak tahu apa-apa ketika cewek itu menggebrak mejanya keras.

"Eh, cewek ganjen! Berani ya lo rebut-rebut cowok gue!" Kata perempuan itu keras membuat Cecil yang sedang meminum teh dalam botol langsung memuncratkan isi mulutnya ke kemeja cewek itu. Ia tidak sengaja. Ia kaget, salah siapa datang tiba-tiba dan langsung berteriak begitu.

"AAAAAAA jijik banget!" Cewek itu berteriak lagi, kali ini bukan dengan nada marah melainkan dengan histeris meratapi nasib kemeja putihnya yang sekarang kotor terkena semprotan air teh manis yang lengket.

"Maaf, maafin gue. Gue bersihin sini," kata Cecil yang tidak kalah terkejut dengan korbannya. Cewek cantik itu kemudian berniat merogoh tas ranselnya. Seingatnya, ia membawa satu kotak tisu di dalam tas yang ia tempatkan bersama buku-buku sekolah yang ia bawa. Tapi, sebelum itu terjadi, Cecil malah tidak sengaja menyenggol botol berisi teh berpengawet itu hingga menyiram cewek yang suka marah-marah tadi. Alhasil, bukan cuma kemeja putihnya saja yang sekarang basah, melainkan juga rok abu-abu yang ia pakai.

Aaaaaaaa, ya ampun. Lo sengaja ya?" Tuduh cewek itu semakin marah kepada Cecil, dengan tatapan merasa bersalah yang amat kentara, cewek berambut panjang itu berkali-kali berusaha meraih kemeja dan rok di depannya untuk dibersihkan dengan tisu. Meski ia tahu hal itu tidak akan bisa membantu sama sekali, tetapi paling tidak ia ingin melakukan sesuatu.

"Gak usah! Males banget gue sama lo. Udah suka ngrebut pacar orang, pembawa sial lagi. Gak lagi-lagi gue mau liat muka lo!" Kata cewek itu membentak Cecil di depan banyak teman Cecil di kelas yang tidak mau ikut campur. Tidak ada di antara mereka yang mau melerai, mereka sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu meski mereka tahu Cecil pastilah tidak seperti yang dituduhkan.

"Cowok yang mana mba? Saya nggak ngerti," ujar Cecil membela diri. Ia tidak tahu, sungguh benar benar tidak tahu. Jangankan merebut cowok, selama tujuh belas tahun usianya, tidak pernah sekalipun dirinya berpacaran.

"Halah, gak usah sok polos deh lo! Gua liat sendiri, di hp pacar gue foto lo tubuh banyak banget tau gak? Lo kan yang udah pengaruhin cowok gua biar putus sama gue? Ngaku aja lo!" Kata cewek itu lagi sambil melotot ke arah Cecil yang sama sekali tidak mengerti.

"Heh! Yang bener dong kalo ngomong, emang lo punya buktinya? Seenaknya banget nuduh-nuduh orang!" Akhirnya, ada juga yang membela Cecil. Adrian, satu-satunya teman Cecil di kelas itu akhirnya datang. Cowok itu kaget setengah mati ketika menyadari cewek yang melabrak Cecil itu kini basah kuyup terkena tumpahan teh botol. Botol tidak bersalah itu dilihatnya sudah tidak berisi dengan air beraroma teh melati itu telah berserak di atas meja dan lantai.

"Eh, cowok gak jelas, gak usah ikut campur deh lo, gua ada urusan sama nih cewek. Bukan sama elo!" Kata cewek itu masih ngotot. Kali ini, dengan berani ia menatap marah ke arah Adrian tanpa ragu sama sekali.

"Apa urusan lo sama Cecil? Dia ngrebut pacar lo? Lagu lama, paling juga cowok lo yang keganjenan," ujar  Adrian membela temannya itu. "Lagian lo gak malu apa marah-marah di kelas orang diliatin?" Mendengar tuturan dari Adrian,  cewek itu pun melihat ke sekeliling. Ternyata benar, mereka memang sedang menjadi pusat perhatian seisi kelas. Meskipun di jam istirahat penghuni kelas tidak banyak, tapi tetap saja itu memalukan.

"Adrian bener," akhirnya ada pula seorang cewek dari teman kelas Cecil yang membela. Bukan karena benar-benar peduli sebenarnya, hanya saja suara berisik itu mengganggunya yang ingin beristirahat dengan tenang di dalam kelas. "Cecil udah biasa dilabrak sama cewek yang ngaku pacarnya direbut sama dia. Padahal mah Cecil nggak tau apa-apa, kenal aja nggak sama pacar lo itu," lanjut cewek itu dengan harapan keributan itu bisa segera berhenti.

Mendengar hal itu,  si cewek galak pun merasa malu dan akhirnya memilih keluar kelas setelah nemberikan peringatan kepada Cecil. Terlebih lagi,  ia sudah merasakan sensasi gatal di pakaiannya akibat ulah cewek ceroboh itu.

"Bener-bener ya tu cewek, gak punya otak apa?" Ujar Adrian yang masih merasa emosi karena perlakuan cewek ceroboh yang sudah memarahi Cecil tanpa alasan yang jelas. Tapi, ngomong-ngomong soal ceroboh, siapa yang bisa mengalahkan kecerobohan Cecil? Lihat saja cewek itu tadi, belum apa-apa, kemeja dan roknya sudah basah kena tumpahan minuman.

Begitulah Cecil. Cantik memang, tidak ada yang bisa membantah. Tubuhnya yang semampai, rambutnya yang hitam lurus dan kulitnya yang bersih membuat siapa saja setuju akan keanggunan cewek itu. Ditambah lagi, wajahnya yang imut dengan mata besar dan lesung pipi yang semakin membuatnya menggemaskan. Hanya saja... Ya begitu, Cecil itu ceroboh. Saking cerobohnya, banyak yang mengatakan kalau Cecil itu pembawa sial. Ada saja kejadian yang membuat orang-orang di dekatnya terkena masalah. Itu sebabnya, meski banyak cowok yang suka padanya karena Cecil cantik, tidak ada satu pun dari mereka yang berani menembak atau sekadar mendekati. Jangankan pacaran, teman saja Cecil tidak punya selain Adrian.

"Udah Drian, gak usah dipikirin. Lagian dia kan udah pergi," kata Cecil sambil berjalan ke sudut kelas untuk mengambil pel, membersihkan kekacauan yang sudah ia buat tanpa sengaja. Tapi, karena ia tidak begitu memperhatikan langkahnya, Cecil tidak sengaja terpeleset dan tangkai pel yang panjang itu menghantam kepala Adrian dengan keras.

"Aduh!" Kata Adrian sambil memegangi pelipisnya yang sedikit memar.

"Astaga, Adrian!" Cecil pun menghampiri cowok itu untuk memberikan pertolongan. Tanpa mereka sadari, jam istirahat telah berakhir dan hampir semua siswa sudah memasuki kelas, termasuk juga Pak Guru yang menatap mereka berdua seolah sedang bermesraan. "

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Cherry Blossom
Jadi penulis itu enak, curhatan bisa jadi karya hehe Bukan curhatan aku aja si, banyak temen-temen aku juga yang sering curhat betapa susahnya memperjuangkan keinginan dan cita-cita sendiri yang bertentangan sama keinginan orang tua. Aku tuangin itu semua di novel ini. So selamat datang
2021-10-08 09:01:56
6
34 Chapters
Ceroboh
      "Eh bocil, biasa aja dong kalo liatin cewek, jijik banget gue liatnya," kata Nala pada Yoga yang sedang tersenyum sendiri melihat Cecil dari jauh. Perempuan cantik itu terlihat sedang mengantri di kasir dengan beberapa makanan ringan di tangannya. "Galak amat lu kayak macan. Eh, gua lupa elu kan emang singa; galak," jawab laki-laki itu sambil meledek Nala dengan menjulurkan lidahnya. Alhasil, Nala pun tidak segan-segan mendeplak bahu Yoga yang sudah seenaknya menyamakan dirinya dengan Nala pacar Simba dalam film Lion King itu.   "Enak aja lu kalo ngomong!" Kata gadis itu sambil melotot ke arah Yoga yang sedang mengelus-elus bahunya yang panas akibat ulah Nala yang tidak ia duga. "Enak banget sih lu ngeplak-ngeplak orang. Lagian salah gua ke elu apaan? Marah-marah mulu kayak nenek-nenek," cerocos Yoga lagi dengan nada kesal pada Nala. Sementara itu, Nala akhirnya terdiam, memilih kembali menyantap baksonya yang sudah d
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more
Yang Tak Terungkapkan
  Ruangan serba putih itu memang seharusnya nyaman. Tapi, berbeda dengan situasi kali ini. Adrian, memandang Cecil, dengan canggung. Cewek yang sedang mengubek-ubek kotak P3K itu tampak sibuk mencari plester luka untuk ditempelkan ke dahi Adrian, yang terluka karena kecerobohannya. Sebelumnya, cewek itu sudah membersihkan lukanya dengan kapas dan cairan pembersih luka. Bukannya Adrian tidak suka, tapi masalahnya, Cecil juga tidak sedang tampak baik sekarang. Kemeja dan roknya kotor belum sempat dibersihkan, tapi dia malah sibuk mengurusinya di sini. "Rian, gua minta maaf ya, gara-gara gua lu jadi apes gini," kata Cecil meminta maaf entah sudah beberapa kalinya.  Cewek itu, kini sudah menemukan benda yang ia cari. Dengan segera, cewek itupun melepaskan kertas pelindung dan menempelkannya pada dahi Adrian yang sudah ia beri obat sebelumnya. "Cil, gua kan udah bilang, gua bisa sendiri. Mendingan lo ke toilet deh, bersihin baju lo itu," jawa
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more
Perhatian Kecil
 Ruangan temaram, lampu di dalam laboratorium kimia memang hanya dinyalakan satu. Sudah cukup sebenarnya, seluruh isi ruangan terlihat jelas, merekapun tidak sedang melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak cahaya, hanya sedang mengobrol ringan menunggu para murid baru berdatangan dan memberi pertanyaan.  Sejak beberapa saat lalu, Cecil, begitu terganggu dengan getar ponsel di sakunya. Adrian, menelpon sejak tadi, sedangkan dirinya begitu takut ada yang memergokinya masih menyimpan benda pipih itu dalam sakunya.  Bukan apa-apa, sama seperti sahabatnya yang satu ini, ayahnya yang sedang bekerja di luar kota itu juga sangat overprotektif. Ia tidak mengizinkan Cecil, untuk mengikuti eskul yang mengharuskannya untuk menginap di sekolah seperti ini. Ayahnya itu, biasa menelpon paling tidak dua kali dalam semalam. Jika Cecil, tidak menjawab telepon dari pria paruh baya itu, ayahnya akan langsung khawatir. Ia bisa ketahuan kalau ia sedang berada di
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more
Teman Sejenis
Hujan masih turun begitu deras, Cecil dan Ririn, masih terjaga di tempatnya tanpa tahu apa yang akan dilakukan. Di situasi seperti ini, mereka seharusnya mengambil kesempatan untuk tidur mengingat sudah dua hari mereka tidak punya cukup waktu untuk tidur karena kegiatan kemah pramuka yang melelahkan ini. Tapi, mereka tidak bisa melakukannya dan akhirnya hanya bisa menatap langit-langit ruangan tanpa bersuara. Merasa bosan, Cecil, bangkit dari pembaringannya dan duduk bersandar pada dinding laboratorium yang dingin. Cewek itu memegangi perutnya, sebuah suara lirih keluar dari sana membuatnya malu. Wajah Cecil, semakin memerah ketika menyadari bahwa Ririn, juga ternyata masih terjaga di sampingnya. "Kenapa lo? Laper?" Tanya cewek itu pada Cecil, dengan senyum samar yang tidak Cecil lihat karena lampu sudah lama dimatikan. "Iya, nih," jawab Cecil, malu-malu dengan memperlihatkan cengirannya. Tidak diduga, Ririn, bangkit dari tidurnya, meraih sebungku
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more
Peristiwa
    Hangat, kenapa semuanya menjadi hangat? Cecil, masih bisa mendengar rintik hujan di luar, sebelum tidurpun, segalanya masih terasa begitu dingin. Tapi, kenapa sekarang begitu hangat begini? Tapi, tunggu. Semakin lama kok semakin panas ya?  Begitulah yang ada dalam benak Cecil, dalam tidurnya. Rasa gerah mulai menguasainya kali ini, pun keringat telah membasahi dahi dan lehernya membuat cewek itu tidak nyaman. Perlahan, cewek itu membuka matanya, semburat cahaya menyilaukan langsung menerpa iris matanya membuat Cecil, secara otomatis menyipitkan matanya. Bukan hanya itu, bau asap membuatnya langsung terbatuk-batuk. Tunggu, apa? Bau asap? Cecil langsung terkesiap, ia langsung terbangun dari posisi tidurnya dan terbelalak melihat kobaran api yang sudah membakar banyak perabotan di dalam laboratorium kimia yang memang terdapat banyak benda mudah terbakar. "AAAAAAAAA API, API APIIII," teriak Cecil, membuat Ririn yang masih terlelap d
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more
Pembawa Sial
Hujan masih deras mengguyur kota Jakarta kala itu. Tapi, di tengah guyuran hujan  yang menderas, justru laboratorium kimia mengapi, berkobar memakan segala yang ada di dalamnya.  Peristiwa yang tidak pernah ada dalam sejarah  SMA Nusa Bangsa yang sudah berdiri selama empat puluh lima tahun.  Pemadam kebakaran masih berusaha untuk menjinakkan api. Tapi, bukan hal itu yang menjadi perhatian dalam peristiwa ini melainkan adu mulut antara Yoga dan Nala. "Kok lo malah belaian si cewek pembawa sial ini sih? Liat tuh Ririn, kasihan kan dia? Trus ini laboratorium juga gosong kayak gini. Kita tiap taun ngepos di sini Ga, baru kali ini kan ada kejadian kayak gini, setelah ada tu cewek," kata Nala dengan nada penuh amarah di hadapan Yoga, yang mencoba membela Cecil, yang notabenenya juga korban dalam kecelakaan ini. Sebagai teman, seharusnya Nala juga senang Cecil tidak kenapa-kenapa. "La, lo tu kenapa sih? Kenapa lo benci sama Cecil? Lo kan
last updateLast Updated : 2021-09-05
Read more
Nasib yang Berbeda
Adakalanya, seseorang membutuhkan banyak usaha untuk sekadar diterima di lingkungannya. Begitulah yang dirasakan oleh Cecil sekarang. Pihak sekolah dan kepolisian sudah menyelidiki penyebab kebakaran itu. Terbukti bahwa Cecil, tidak ada hubungannya dengan kejadian dini hari itu.  Kebakaran yang menghanguskan laboratorium kimia itu, disebabkan oleh kosleting listrik yamg disebabkan oleh kabel yang terbuka. Tidak besar sebenarnya, tapi tetap saja, jika percikan  api itu sudah menyambar tumpahan cairan kimia mudah terbakar yang tidak terlihat, akan menimbulkan api kecil yang lama kelamaan membesar dan akhirnya membakar seluruh isi laboratorium. Salahkan saja para tikus yang menggigiti kabel itu. Bukannya menemukan makanan, tikus itu malah membuat Cecil, untuk kesekian kalinya ditolak oleh orang-orang.  Hal itu jelas terlihat pada hari ini. Cecil, mencoba mendatangi kelas Ririn, untuk melihat kondisi teman barunya itu, memastikan Ririn, baik-baik s
last updateLast Updated : 2021-09-05
Read more
Sebuah Tragedi
"Pokoknya, gue nggak mau tau. Cecil, harus jauh dari Yoga, apapun caranya," begitulah yang selalu ada dalam kepala Nala, akhir-akhir ini. Cewek itu benar-benar kesal dengan keberadaan Cecil, yang menurutnya sudah mengganggu ketentraman pertemanannya dengan Yoga. Cewek itu, kembali mengetuk-ngetuk layar ponselnya untuk menghubungi seseorang. Tapi, belum sempat ia menekan tombol untuk menelpon orang yang dimaksud, orang itu sudah ada di belakangnya, ia menyentuh punggung Nala, untuk memberitahukan eksistensinya. "Kenapa lo manggil gue?" Kata orang itu tiba-tiba membuat Nala terkaget. Cewek itu pun, berbalik, menghadapkan wajah ayunya pada laki-laki berbadan kekar dengan tato melingkar di lengannya. "Ngangetin aja sih, salam kek gitu," kata Nala, protes namun diabaikan begitu saja oleh pria bertato yang tampak mengerikan itu. Laki-laki itu malah memutar bola matanya, tanda bahwa ia benar-benar tidak peduli dengan perkataan Nala yang sedang menyindirnya i
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more
Fakta dan Pengakuan
Jam istirahat telah membuat seisi kelas gaduh. Para siswa terlihat membentuk kelompok-kelompok kecil dengan saling mengobrol dan berbagi makanan, tidak terkecuali Nala. Cewek itu tampak begitu bersenang senang dengan beberapa kawannya. Ia tertawa begitu lepas menanggapi candaan seseorang dan turut membagi cerita lucu pada mereka. Tanpa ia sadari, Yoga telah memasuki kelasnya dan langsung menuju tempat duduknya. Cowok itu melangkah dengan cepat seakan tergesa. Ia tidak ingin membuang waktu untuk mengetahui kebenaran atas apa yang terjadi kepada Cecil kemarin. "Nala," panggil cowok itu pada Nala, yang masih belum mengetahui eksistensi Yoga di belakangnya. Rekahan senyum langsung terbit dari wajah cewek itu begitu melihat Yoga. "Yoga? Sejak kapan lo di sini?" Tanya cewek itu masih dengan senyum di wajahnya. Tapi, Yoga tidak datang untuk berbasa-basi. Tatapan cowok itu begitu dingin pada Nala yang masih menyambut baik kedatangannya itu. "G
last updateLast Updated : 2021-09-07
Read more
Pergulatan Hati
Yoga dan Nala saling diam untuk beberapa saat, kecamuk berbagai pikiran dan perasaan begitu mengganggu mereka. Jika saja, mereka berdua merasa begitu aneh. Mereka tidak pernah merasa begini canggung jika berdua. Selalu ada candaan yang terlempar juga hati dan pikiran yang selalu dibagi. Jika ada masalah, biasanya mereka selalu bisa menyelesaikannya dengan cara baik dan cepat. Tapi, sepertinya hal itu tidak berlaku untuk hari ini. Yoga dan Nala, tampak seperti dua orang yang tidak pernah dekat sebelumya. Mereka menaruh curiga dan dusta hingga Yuda, merasa hubungan mereka tidak sesehat dulu. Ada masalah yang tidak bisa diluruskan dan hubungan mereka sepertinya tidak mudah kembali terjalin. "Gue tau ternyata gue salah. Lo bukan cewek sebaik yang gue kira. Kecewa gue sama lo."Itulah kata-kata terakhir Yoga sebelum meninggalkan Nala saat itu. Tatapannya penuh kekecewaan, tidak lagi memandang Nala seperti dulu. Nala, bukan lagi anak baik yang ia kenal.
last updateLast Updated : 2021-09-09
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status