Home / Urban / Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi! / Bab 6 : Memberi Pekerjaan Pada Gadisku

Share

Bab 6 : Memberi Pekerjaan Pada Gadisku

Author: Pipi_Kiri
last update Last Updated: 2024-01-28 00:10:50

Besok paginya Sam bertemu dengan Pak Yudi, di cafe biasa yang letaknya tak jauh dari hotel Royal Venus.

"Ini berkas, Tuan muda." Yudi menyerahkan map itu pada Sam

"Terimakasih, Pak!"

Sam pun mulai membukanya dan memeriksa dengan teliti.

"Apa yang akan Tuan muda lakukan dengan itu?" tanya Yudi penasaran.

"Aku ingin Pak Yudi membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" pinta Sam.

"Baik, Tuan muda. Oh ya, kenapa tidak langsung memimpin perusahaan, seperti yang Tuan besar mau?" ucap Yudi dengan wajah serius sambil membetulkan letak kacamata di pangkal hidungnya.

"Tidak, Pak. Belum saatnya karena aku masih ingin menjalani kehidupan seperti yang aku mau," Jelas Sam.

"Bagaimana kalau Tuan muda bekerja di sana saja, sehingga bisa dengan mudah memahami bisnis milik Tuan besar," Yudi pun memberikan saran.

"Hmm, menarik. Baiklah kalau begitu, bawakan juga berkas milikku ini!" Sam memberikan map berisi surat lamaran kerja beserta data miliknya.

"Baiklah, Tuan. Sebenarnya Tuan besar juga berpesan, dimanapun Tuan bekerja di kantor anak cabang perusahaan Galaxi Group, maka Tuan besar meminta agar Tuan bekerja di bagian staff HRD," tutur Yudi seperti yang diamanatkan oleh papanya Sam.

"Baiklah, terserah kalian saja!" ucap Sam sambil memutar bola mata malas.

"Oh, satu lagi! Jangan beritahu siapapun kalau aku adalah pemilik dari hotel itu, karena saat ini aku sedang menyembunyikan identitasku dari semua orang!" pinta Sam sambil mencondongkan tubuhnya di depan wajah Yudi.

"Aku akan langsung menemui GM hotel, Tuan tenang saja. Tapi kalau ada yang mengenali Tuan nanti, bagaimana?" ucap Yudi khawatir.

"Aku yakin tidak akan ada yang mengenaliku karena sebelumnya aku tidak pernah ke hotel itu dan juga para jajaran staf di sana juga tidak pernah bertemu denganku kecuali dengan papa. Aku yakin Pak Yudi bisa menyakinkan mereka karena mereka pasti tidak akan pernah bisa menolak permintaan dari Pak Yudi kan?" ucap Sam tersenyum penuh arti.

"Tentu saja, Tuan muda. Jangan khawatir soal hal itu. Besok pagi Tuan muda dan juga teman Tuan sudah bisa bekerja di hotel ini. Sekarang juga aku akan membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" jelasnya.

"Baiklah, terimakasih. Aku serahkan semua padamu!" pinta Sam tulus.

"Laksanakan, Tuan. Kalau Tuan butuh sesuatu silahkan menghubungi saya kapan saja! Saya permisi dulu," ucap Yudi sambil tersenyum.

***

Setelah dari cafe, Pak Yudi langsung menuju hotel Royal Venus. Dia tidak menunda lagi hal yang berhubungan dengan tuannya.

"Selamat pagi, Pak Adi!" sapa GM Hotel itu dengan ramah.

Yudi hanya mengangguk dan langsung duduk dengan santainya di kursi sofa yang tersedia di ruangan itu. Membuat pria itu menjadi berpikir apa yang membuat seorang Pak Yudi datang menemui dirinya.

"Apa kabar, Pak? Wah tumben sekali datang ke hotel kami. Apa ada hal penting yang ingin disampaikan?" tanya pria bernama Sandy.

Pria 39 tahun itu sudah 5 tahun menjabat sebagai GM hotel ini. Dia tentu tau siapa Pak Yudi dan juga semua staf di sana karena dia adalah orang penting dan kepercayaan dari pemilik hotel ini.

'Apa aku membuat kesalahan?' batinnya cemas.

"Benar, langsung saja ke intinya. Aku membawa 2 berkas lamaran, wanita di bagian resepsionis dan pria di bagian staf HRD. Aku ingin besok mereka sudah mulai bekerja di sini!" titah Yudi tanpa basa basi.

Sandy pun merasa terkejut sekaligus lega.

'Ah! Aku pikir apa tadi, aku selamat!'

"Apa mereka orang yang terpercaya? Maaf karena saya hanya ingin yang terbaik untuk hotel ini," jelasnya gugup.

"Tentu saja! Aku tidak mungkin memberi pekerjaan pada orang jahat! Aku harap kau memperlakukan mereka dengan baik! Meskipun mereka hanya karyawan biasa. Apa kau mengerti?" perintah Yudi dengan pandangan menusuk tapi tetap tenang.

"Te-tentu saja! Tentu saja, Pak Yudi!" ucap Sandy dengan mengangguk sopan.

Membuat rambutnya yang dioles gel berakhir dengan tidak beraturan.

"Baiklah kalau begitu. Kalau ada sesuatu, silahkan hubungi aku!" pesan Yudi sekali lagi sebelum keluar dari ruangan itu.

"Baik, Pak! Terimakasih sudah datang!"

GM Hotel pun mengantarkan Pak Yudi sampai keluar dari hotel.

Sore harinya…

Suara ponsel Sam berbunyi. Melihat nama yang tertera di layar, dia pun tersenyum.

"Halo, Sarah?" sapanya ramah.

["Sam! Aku punya kabar gembira. Tadi siang pihak hotel Royal Venus menelponku dan aku diterima bekerja di sana dan kamu tahu? Di bagian Resepsionis! Itu adalah hal yang aku impikan dari dulu kalau bekerja di hotel!" jelas Sarah panjang lebar dengan semangat.]

"Benarkah? Selamat ya, Sarah!" ujar Sam ikut senang.

["Terima kasih. Baiklah, karena aku sudah diterima bekerja aku akan mentraktirmu makan malam! Bagaimana? Apa kamu mau?" ajak Sarah.]

Wajah Sarah memerah karena malu meskipun Sam tidak sedang berada di depannya saat ini karena mengajak pria itu duluan tapi dia melupakan segala gengsinya karena sudah sangat bersyukur hari ini.

Sam pun tampak berpikir sejenak tapi akhirnya ia pun memutuskan untuk menerima ajakan itu.

"Baiklah, aku mau. Temui aku di cafe La Coffee yang terletak di pinggir jalan dekat tempat tinggalmu!" saran Sam.

["Oke, aku tunggu di sana, ya! Sampai jumpa nanti!" jawab Sarah dengan suara riangnya yang khas.]

Telepon pun dimatikan. Sam pun kembali ke apartemen untuk bersiap.

Di Cafe La Coffee ...

"Sebelah sini, Sam!" pekik Sarah yang sedang duduk di meja terletak di sudut ruangan.

Sarah datang terlebih dulu sengaja menunggu Sam. Dia sedikit terkesima melihat penampilan Sam malam ini yang sedikit berbeda dari saat pertama kali mereka bertemu. Sam memakai kemeja dark grey lengan pendek yang membuat ketampanan wajahnya naik. Bahkan beberapa pengunjung wanita melirik ke arahnya sepanjang pria blasteran itu berjalan.

"Hai! Kelihatannya kamu sangat senang?" sapa Sam sambil menarik kursi di depan Sarah.

"Tentu saja. Tapi aku heran? Kenapa tiba-tiba mereka menerima lamaranku, padahal kemarin mereka jelas-jelas menolaknya?" tutur Sarah dengan ekspresi wajah bingung.

"Aku memberikan berkas lamaranmu pada temanku yang bekerja juga di sana. Aku bertemu dengannya saat sedang pergi ke supermarket dan dia bilang dia akan membantu kita. Oh, ya aku juga bekerja di sana besok!" jelas Sam.

Dia memberikan alasan dengan sedikit dibumbui dengan kebohongan walau tidak semuanya. Dasar Sam!

"Wah! Benarkah?" tanya Sarah tampak antusias.

"Tentu saja, lagi pula lowongan untuk wanita sedang banyak, karena temanku yang membawamu mereka Langsung menerimanya," tutur Sam dengan senyum manis.

"Kebetulan sekali! Aku ingin menemuinya nanti untuk mengucapkan terima kasih!" pekik Sarah bersemangat.

"Oh, dia sedang cuti saat ini," kilahnya cepat.

Sam lagi-lagi harus berbohong pada Sarah.

"Oh, begitu?" ucapnya dengan bibir membulat.

"Lain kali aku akan mengenalkannya padamu," sambung Sam.

"Ok! Aku akan mentraktirnya makan siang nanti!" ucap Sarah tersenyum kembali memperlihatkan lesung pipinya.

Sam pun bisa bernapas lega karena Sarah tidak curiga. Itu karena Sarah tidak sempat berpikir hal lain. Gadis itu sudah terlalu senang mengingat besok dia sudah bisa bekerja di hotel itu.

Setelah makan malam dan obrolan santai, Sam pun menawarkan diri untuk mengantar Sarah pulang karena hari sudah larut malam.

"Sudah malam, ayo kita pulang! Aku akan mengantarmu!" ucap Sam kalem.

"Ah, tidak usah. Aku bisa sendiri kok," tolaknya halus.

Sarah masih menolak ajakan Sam .

"Kita akan pulang dengan taksi,"

"Apa kamu punya uang?" tanya Sarah khawatir.

"Tenang, temanku sudah meminjamkan uang padaku!" jawab Sam seadanya.

"Baiklah kalau begitu!" Sarah pun akhirnya mengalah pada Sam.

Setelah sampai di tempat tinggal Sarah, Sam pun pamit pulang.

"Sampai jumpa besok!"

"Ok, terimakasih!" ucap Sarah memberikan senyum manisnya.

Baru saja Sarah ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba ia terkejut karena melihat seseorang yang sudah menunggunya di depan pintu kamar kostnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 165 : Bisa kah Kita Berbaikan Lagi?

    Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 164 : Ajak Kerja Sama Lagi

    Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 163 : Cerminan Suamimu!

    Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 162 : Memangnya Kamu Punya Uang?

    Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 161 : Kerja Sama Balas Dendam

    Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 160 : Teman Baru Kita!

    "A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 159 : Pria Itu Bebas?!

    Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 158 : Rela Mengesampingkan Ego

    Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 157 : Aku Tidak Terlibat!

    Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status