Share

Bab 7 : Bertemu Teman dan Musuh Baru

Sarah terkejut melihat orang itu di depan pintu kosnya, padahal hari sudah larut malam.

"Selamat malam, Bu!" sapanya dengan ramah.

"Malam! Mana uangnya? Ini hari terakhir saya kasi kami waktu!" ucap wanita paruh baya itu cepat.

Bu Wati pemilik tempat kost Sarah datang untuk menagih uang sewa karena sudah 2 bulan Sarah menunggak.

"Maaf, Bu. Saya minta tambahan waktu. Besok saya mulai bekerja, nanti kalau sudah dapat gaji saya akan bayar semuanya!" pinta Sarah engan wajah sendunya.

"Halah! Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau kamu pergi!" hardiknya kasar.

"Ada apa ini?!"

"Sam? Kenapa kamu kembali?" tanya Sarah heran.

"Aku ingin mengembalikan ponselmu yang terjatuh saat di taksi tadi," jelas Sam sambil menyodorkan ponsel Sarah.

"Terimakasih! Maaf merepotkan kamu terus!" ujar Sarah tidak enak karena saat ini Bu Wati masih ada di sana.

"Sini ponselmu! Anggap sebagai jaminan!"

Wanita itu merebut ponsel itu dari tangan Sarah.

"Jangan, Bu! Kembalikan, saya butuh ponsel saya!" ucap Sarah memohon dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"Maaf, Bu. Kalau boleh saya tau, berapa total uang sewa Sarah yang belum di bayar?" tanya Sam dengan sopan.

"Satu juta lima ratus!" jawabnya ketus.

"Kembalikan ponselnya, Bu. Saya akan melunasinya!" pinta Sam dengan memasang senyuman terbaiknya.

Mendengar itu Bu Wati pun luluh karena melihat wajah tampan Sam dan tubuhnya yang gagah mempesona. Wanita yang memakai lipstik merah tebal itu mengembalikan ponsel Sarah dengan kasar.

"Nih, ambil!" ketusnya dengan bibir maju.

"Berapa nomor rekeningnya? Saya akan mentransfernya sekarang."

Bu Wati pun menyebutkan nomor rekeningnya dan langsung dicatat oleh Sam.

"Sam, tidak perlu! Aku sudah bekerja, jadi aku akan membayarnya nanti!" sergah Sarah tidak enak.

"Tidak apa. Tunggu sebentar ya?"

Sam pun berbalik sedikit menjauh dari mereka, lalu pria keturunan Jerman itu mengambil ponsel mahal di saku celananya dan dengan cepat mengetik sederet angka untuk ditransfer ke rekening Bu Wati. Setelah selesai Sam pun kembali.

"Sudah saya transfer ya, Bu. Ibu bisa mengeceknya nanti!" ujar Sam.

"Benar ya? Awas kalau kalian menipu saya! Saya akan lapor polisi!" ancamnya.

"Maaf, ya Bu. Tapi saya yakin teman saya tidak mungkin berbohong," ujar Sarah menimpali.

"Ya sudah! Saya permisi!" ucapnya sambil melangkah pergi dengan gaya angkuhnya.

Setelah Bu Wati pergi. Sarah langsung menarik lengan Sam untuk bertanya soal uang tadi.

"Uang dari mana, Sam? Bukankah kamu tidak punya tabungan?" tanya Sarah penasaran.

"Aku meminjamnya dari temanku. Sudah jangan khawatir! Sekarang kamu masuklah ke dalam!" jawab San tersenyum.

"Terimakasih ya, Sam! Aku janji akan mengembalikan padamu saat gajian nanti!"

"Baiklah. Kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai jumpa besok!" ucap pria itu pamit undur diri.

***

Pagi sekitar jam enam tiga puluh, Sam menunggu Sarah di depan hotel. Hari ini adalah hari pertama mereka bekerja. Dia tidak membawa mobilnya, kali ini dia akan menjadi orang biasa lagi.

Setelah Sarah sampai, Sam langsung mengajak Sarah untuk sarapan terlebih dahulu sebelum mereka mulai bekerja.

Di Ruangan HRD…

Saat semua karyawan baru sudah berkumpul di ruangan khusus penerimaan karyawan. Manajer dari masing-masing departemen memperkenalkan diri dan mengabsen nama mereka satu persatu.

Lalu mereka dibawa ke bagian pekerjaan masing-masing. Sam di bagian FO (Front Office) dan Sam di bagian staf HRD.

Sam pun memasuki ruangan yang terdiri dari meja untuk lima orang karyawan dan satu lagi di ruangan sebelah yaitu manajer mereka. Hanya tersisa satu meja yang kosong. Manajer mereka memperlakukan Sam sama seperti karyawan lain.

Sam pun mulai berkenalan dengan sesama rekan kerja yang ada di ruangan itu. Tidak ada yang mengenalinya sebagai pewaris perusahaan papanya karena papa Sam yaitu Adam, tidak pernah memperkenalkan wajah Sam ke publik, hanya orang tertentu saja yang pernah bertemu dengannya.

Dia juga berdoa semoga hari pertamanya bekerja di tempat baru lebih baik dari tempat sebelumnya. Setelah pengenalan singkat, Sam sudah bisa bekerja dan akan di training oleh rekannya yang lain.

"Halo, aku Arya Seno! Panggil saja Arya!" sapa pria berkumis tipis itu ramah sambil menyalami Sam.

"Aku, Sam! Salam kenal ya, mohon bimbingannya!" sahut Sam.

Meja kerja Sam bersebelahan dengan meja Arya, hanya dipisah sekat yang tidak terlalu tinggi. Jadi Arya lah yang nanti akan mengajarinya selama sebulan ke depan.

"Apa kamu Sam dari hotel Marina?"

Tiba-tiba karyawan yang lain melontarkan pertanyaan itu pada Sam.

"Wira? Apa kamu bekerja di sini sekarang?" tanya Sam yang juga terkejut.

"Wah! Dari seorang cleaning service sekarang naik menjadi staf ya! Aku bahkan hampir tidak mengenalimu tadi" ucapnya angkuh dengan tangan terlipat di depan dada.

Sam dan Arya hanya saling pandang mendengar perkataan Wira. Arya tidak tahu kalau Wira adalah adik Dinda yaitu mantan pacar Sam.

"Iya, benar. Aku sudah tidak bekerja lagi di sana. Apa kabar?" ujar Sam bersikap ramah.

"Cih! Tidak usah sok akrab! Pantas saja kakakku meninggalkanmu dan mencari pacar yang lebih kaya. Kau memang tidak pantas untuknya!" sinis Wira.

Sam baru saja ingin membalas makian Wira tapi niat itu dia urungkan mengingat ini adalah hari pertamanya bekerja. Dia harus bersabar sementara ini.

"Kenapa? Pria miskin sepertimu memang pantas dihina! Aku yakin kau pasti melamar pekerjaan di sini dengan memalsukan data. Iya kan?" Wira menunjuk dada kiri Sam.

"Tidak. Aku memakai dataku yang asli!" jawab Sam dengan nada dingin.

"Wira! Jangan bicara sembarangan! Nanti kalau manajer mendengar bagaimana?!" Arya ikut menimpali membela Sam.

"Biarkan dia tahu. Lihat saja, aku akan membuatmu kembali menjadi gembel!" ancam Wira sebelum dia berlalu kembali ke mejanya.

"Sudah jangan dengarkan dia. Mulutnya memang terkenal pedas seperti itu!"

Arya menepuk pundak Sam untuk menghiburnya.

"Tidak apa. Terimakasih sudah membantuku," ucap Sam tersenyum.

'Dasar brengsek! Kakak dan adik sama saja!' batin Sam kesal.

Waktu makan siang…

Jam makan siang sudah hampir dekat. Arya pun berniat mengajak Sam makan bersama di tempat favorit karyawan di hotel ini.

"Ayo, ikut aku makan siang di cafe yang ada di belakang hotel ini. Tempatnya nyaman, murah dan makanannya juga enak loh!" ujarnya bersemangat.

"Baiklah. Hari ini aku yang bayar!"

Wira mendengar percakapan mereka, lalu ikut berkomentar.

"Jangan mau, Arya. Aku yakin dia tidak punya uang. Nanti kalian malah harus cuci piring karena tidak bisa bayar. Hahaha!" ledeknya lagi.

"Wira, sudahlah!" bela Arya karena jengah dengan sikap pria menyebalkan itu.

"Lihat aku! Uang ada, motor sport ada. Tidak seperti dia cuma jalan kaki setiap hari!" Wira tidak mau berhenti menghina Sam.

"Kalau begitu, kau bisa membayar makan siang kami 'kan?" ucap Sam tiba-tiba.

"Tentu saja!" sahut Wira cepat.

'Baiklah, kita mulai permainannya'

Senyum miring pun terbit di bibir Sam.

"Teman-teman semua!" ucap Sam sedikit keras.

Membuat semua orang di sana memperhatikan.

"Hari ini Wira akan membayar makan siang kita. Karena dia banyak uang, tampan dan baik hati. Benarkan Wira?" tanya Sam tersenyum manis.

Mendengar itu wajah Wira seketika berubah.

'Sialan! Kenapa jadi semua orang!' rutuknya

"Te-tentu saja. Kita sudah lama tidak makan bersama. Aku yang akan bayar!" jawab Wira menyanggupi tantangan Sam.

Arya dan teman yang lain yang tidak pernah di traktir oleh Wira jadi ikut senang. Kapan lagi kesempatan langka ini datang.

"Ayo semua! Sudah waktunya makan siang!" teriak Arya bersemangat.

Akhirnya semua staf yang berjumlah lima orang termasuk Sam, berjalan bersama keluar dari pintu khusus karyawan.

Wira yang biasanya ribut sekarang hanya diam karena nasib uangnya terancam menipis.

Setelah berjalan beberapa langkah, Sam pun mengajak Arya untuk berjalan ke arah yang berbeda bukan ke belakang hotel melainkan ke tempat lain.

"Kita makan siang di sini, ya! Aku tidak pernah makan di tempat ini sebelumnya," ucap Sam tiba-tiba.

Seketika wajah Wira berubah menjadi pucat pasi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status