ํ™ˆ / Rumah Tangga / Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi / Chapter 11 Kemarahan Papa Henry

๊ณต์œ 

Chapter 11 Kemarahan Papa Henry

์ž‘๊ฐ€: Sya Reefah
last update ์ตœ์‹  ์—…๋ฐ์ดํŠธ: 2024-08-15 23:59:25

Di dalam rumah dengan suasana tenang dan elegan, Elise, Mama Henry duduk dengan tenang.

Jendela besar membiarkan cahaya matahari masuk. Aroma teh segar melengkapi suasana damai.

Elise tiba-tiba saja teringat mengenai perceraian anatara Eva dan Henry. Dia merasa penasaran bagaimana kelanjutannya. Sudah berhari-hari ia tidak mendengar kabar selanjutnya.

Dengan cepat, tangannya meraih ponsel dan menghubungi Henry.

Suara Henry terdengar di ujung telepon. โ€œHalo, ada apa, Ma?โ€

Sebelum menjawab, Elise melirik ke sekeliling. Namun, pada akhirnya dia melangkah pergi sedikit menjauh agar tidak ada yang mendengar pembicaraannya.

Elise bertanya dengan rasa ingin tahu. โ€œHalo, Henry. Mama hanya ingin menanyakan bagaiamana perceraianmu dengan Eva? Apa ada kemajuan?โ€

Di ujung telepon, Henry menjawab dengan tenang. โ€œSemua masih dalam proses, Ma.โ€

Elise kembali berbicara dengan nada mendesak. โ€œUntuk apa kau menunda-nunda, Henry? Gunakan uang-uangmu untuk mengurus semuanya. Mama sudah muak melihat wanit
์ด ์ฑ…์„ ๊ณ„์† ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”.
QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์—ฌ ์•ฑ์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜์„ธ์š”
์ž ๊ธด ์ฑ•ํ„ฐ
๋Œ“๊ธ€ (2)
goodnovel comment avatar
Sya Reefah
kasih paham henry-nya kak ...
goodnovel comment avatar
Satria Henry
kasar bgt sih manusiia satu ini
๋Œ“๊ธ€ ๋ชจ๋‘ ๋ณด๊ธฐ

์ตœ์‹  ์ฑ•ํ„ฐ

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 195

    Henry duduk dengan malasnya di kursi kebesarannya. Dengan satu gerakan pelan, dia memutar kursinya, dan melakukannya berulang-ulang kali. Di selah-selah gerakan memutar, tangannya mengambil sebuah laporan keuangan. Menurutnya, isi dari halaman itu tak lebih dari sebuah koran yang membosankan. Dengan ekspresi tenang dan bibir tersungging, dia mengambil satu lembar dan menjadikannya pesawat kertas. โ€œPyuuuh.โ€Dia menerbangkan pesawat kertas itu, hingga akhirnya jatuh di sudut lacinya. Henry kembali membuat bentuk pesawat dan menerbangkannya. Hal itu dilakukan hingga beberapa kali. โ€œLaporan apa ini? Apa mereka kira ini tugas sekolah?โ€ katanya ringan, nada suaranya terdengar mengejek. โ€œDi halaman dua dan empat, angkanya bisa berbeda 2 juta dollar. Siapa yang membuatnya? Apa kalian tidak mengoreksinya sebelum memberikan padaku?โ€Ryan meringis melihat kertas-kertas yang hilang harga dirinya. Hari-harinya mungkin Henry terlihat lebih sumringah, tetapi itu tidak cukup menyamarkan betapa m

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 193

    Eva melangkah masuk ke dalam kafe berdesain minimalis dan elegan di sudut kota. Aroma kopi menyambutnya hangat. Di sudut ruangan, Sophia sudah menunggunya dengan cangkir di tangannya. Rambutnya disanggul rapi. Atasan berwarna putih dengan kerah berbentuk V dan rok panjang berwarna hitam dengan motif bunga membalut tubuh rampingnya. Meski pakaian yang dikenakan sederhana, tapi itu tidak mengurangi kharismatiknya. Wajahnya tersenyum, lalu satu tangannya melambai dan memanggil, โ€œEva!โ€Eva membalas senyumnya dan menghampiri. โ€œMaaf sudah membuatmu menunggu, Sophia.โ€ โ€œTidak apa-apa. Aku senang sekali karena akhirnya kita bisa bertemu lagi.โ€ Setiap kata yang keluar dari mulutnya begitu tertata dan teratur, Eva bisa merasakan wibawa dan kharismanya. Tak heran jika wanita ini cocok menjadi pendamping CEO ternama di kalangannya. โ€œPesanlah dulu.โ€ Sophia memberikan buku menu untuknya. Dia sendiri sudah memesan matcha latte.Eva menerimanya lalu memilih minuman yang sama dan croissant. Setel

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 193

    Sekali lagi, tubuh mereka saling bersentuhan dan menyatu. Mata Henry menyala saat melihat Eva yang berada di bawahnya. Setiap lekuk tubuhnya, setiap helai rambutnya, dan setiap ekspresinya memancarkan daya pikat tak bisa ditolak.Eva yang berada di bawahnya tampak rapuh dan kuat secara bersamaan. Desahan kecil lolos dari bibirnya, mengundang senyum di wajah Henry. Henry menyukainya. Semua yang ada pada Eva, dia menyukainya. Dan saat ini, atau nanti, Eva hanyalah miliknya. Dia terus memberikan sentuhan lembut pada Eva. Dan setiap kali tubuh mereka bersentuhan, rasanya seperti meneguk air setelah berjalan di padang tandus. Namun anehnya, bukan rasa lega yang dia rasakan, melainkan dahaga yang semakin menyerang. Baginya, Eva seperti oasis di tengah-tengah gurun yang tak cukup dia sentuh. Setiap suara lirih yang keluar membuat Henry semakin tenggelam di dalamnya. Eva pun merasakan demikian. Pelukan dan sentuhan-sentuhan Henry membuatnya seperti terlempar ke dalam sumur tak berdasar.

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 192

    Malam harinya, Henry melangkah keluar, menuju ruang tamu, masih menggunakan handuk kimononya yang melilit tubuhnya. Rambutnya masih sedikit basah, tetesan air sesekali jatuh ke lantai saat dia berjalan pelan.Di ruang tamu itu, Elise sudah duduk menunggunya. Wajahnya terlihat masam, dan kedua tangannya terlipat di depan dadanya. โ€œUntuk apa Mama datang ke sini?โ€โ€œKenapa kau tidak pernah menjawab telepon dari Mama?โ€ Henry diam, memilih tidak menanggapinya. Dengan sikap acuh tak acuhnya dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa, membiarkan tubuhnya bersandar malas tanpa memerdulikan ekspresi kesal Elise yang menatapnya tajam. Dia tahu bahwa saat ini, mamanya tengah marah padanya.Namun, apa pedulinya? โ€œBagaimana bisa sampai kau keracunan makanan saat di Swiss?โ€ Elise mengomel tanpa jeda. Henry menghela napas panjang. Satu tangannya menjadi tumpuhan kepalanya, malas menanggapi Elise yang terus mengomel tanpa henti. Dengan tangan lainnya memegang gelas berisi air putih. โ€œIni pasti karen

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 191

    Perlahan, Eva mengerjap. Dia tak tahu sudah berapa lama tertidur. Cahaya senja masuk melalui celah tirai, menandakan waktu sore. Sudah sore?Seketika, mata Eva terbuka lebar. Ternyata, dia tertidur dalam waktu yang lama. Dia berniat untuk bangun, tapi gerakannya terhenti saat menyadari ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. Dia menoleh perlahan dan melihat sosok di sampingnya. Sudah pulang? Sunyi beberapa saat.Dia memerhatikan wajah Henry yang masih tidur dengan napas teratur dan wajah tenang. Pria itu masih mengenakan baju kantornya, dengan kancing kemeja atasnya terbuka. Saat tidur, pria ini begitu pulas seperti bayi, tapi saat terbangun, sikapnya begitu menyebalkan. Entah mengapa, pria ini membingungkan, terkadang tak masuk akal bahwa ada orang sepertinya di dunia ini. Masih dengan mata terpejam, Henry bergumam, suaranya serak khas seseorang yang baru bangun tidur. โ€œApa kau selalu menatapku diam-diam seperti itu?โ€Eva terkejut, tidak menyangka jika pria itu sudah ban

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 190

    Ryan meringis, lalu menjawab, โ€œTuan โ€ฆ apakah Anda tahu berapa banyak laporan yang saya kerjakan saat Anda liburan?โ€Henry menatapnya datar. โ€œItukan memang tugasmu sebagai Asisten,โ€ jawabnya santai dan bodo amat. โ€œBerarti saya tidak bermalas-malasan, Tuan โ€ฆ.โ€ Ryan menjawab dengan suara merendah. โ€œKalau tidak malas, kenapa dokumen ini masih menumpuk di mejaku?โ€ Henry ngotot menyalahkannya.Ahirnya Ryan terdiam sejanak, meratapi nasibnya. Dalam lubuk hatinya, dia bertanya-tanya, kenapa hari ini Henry begitu menyebalkan? Biasanya, bosnya itu biasa saja mengatasi semua dokumen itu dan asik tenggelam dalam pekerjaannya. Namun, kenapa hari ini berbeda sekali? Dia seperti serba salah di mata Henry. Pasti gara-gara tadi pagi aku menerornya!Tapi, itukan karena Nyonya Besar. Kenapa tidak marah saja padanya? โ€œBaiklah, maafkan saya, Tuan,โ€ katanya pasrah.Tak ada yang menang berdebat dengan Henry. Henry menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Matanya melirik ke arah ponselnya yang ada di s

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 189

    โ€œKurang ajar sekali mereka mengganggu waktuku!โ€ gerutunya, di selah-selah memasang dasinya. Waktu paginya yang indah itu terganggu, semua orang menghubunginya dengan hal-hal yang tidak penting menurutnya. Dia merasa belum puas menghabiskan waktu bersama Eva.Benar-benar menyebalkan!Eva mendekat, mengambil alih untuk mengikat dasinya. โ€œMungkin ada hal yang benar-benar mendesak,โ€ katanya dengan suara menenangkan. Pandangan matanya turun menatap Eva. Dia meletakkan tangannya di pinggang istrinya dengan nyaman. Hanya butuh satu menit dasi itu terpasang dengan rapi. Eva mendongak, matanya bertemu mata gelap Henry. โ€œJangan terlalu keras pada dirimu, kau baru saja sembuh,โ€ katanya penuh perhatian. Henry menarik napas panjang. โ€œKau tidak mau menahanku?โ€Eva memandangnya malas. Pria ini mulai bersikap dramatis. โ€œUntuk apa?โ€Seketika Henry memasang wajah serius. โ€œKau benar-benar tidak peka dengan keadaan.โ€Eva mengedipkan matanya cepat. โ€œMemangnya apa yang harus kulakukan?โ€ Wajah Henry s

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 188

    Pagi menyapa dengan cahaya lembut menyusup dari celah gorden. Henry dan Eva masih tertidur pulas. Kehangatan masih terasa di antara mereka, sisa dari kebersamaan yang baru saja terjadi semalam. Eva membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya dia benar-benar terbangun. Kedua matanya mencerna suasana kamar yang begitu asing. Di mana ini?Dia belum sepenuhnya sadar. Hingga dia merasakan tangan kekar memeluk tubuhnya. Dia menoleh. Di sampingnya, Henry masih tertidur pulas. Deru napasnya terdengar begitu teratur. Henry? Butuh tiga detik untuk mencerna hingga dia benar-benar sadar dengan kejadian semalam. Dia mengangkat selimut dan melihat ke dalamnya. Rona merah mulai terlihat di pipinya. Dia malu, dan segera menarik selimut untuk membungkus kepalanya. Pergerakannya itu membuat Henry terbangun. Mata Henry masih setengah terpejam, ekspresi khas seseorang yang baru saja terbangun. Dengan mata setengah terbuka itu, dia bisa melihat gundukan selimut di depannya.

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi ย ย ย Chapter 187

    Dengan satu gerakan cepat, Henry mengangkat tubuh Eva, merasakan betapa ringannya tubuh itu dalam dekapannya. Eva begitu terkejut ketika tubuhnya terangkat begitu saja. Matanya menatap Henry dengan penuh kebingungan. โ€œApa yang sedang kau lakukan?โ€ โ€œYang kulakukan โ€ฆ?โ€ Henry tersenyum penuh makna. Tanpa menjawab lagi, dia membawanya menuju tempat tidur. Henry membaringkan tubuh Eva perlahan. Eva merasakan jantungnya mulai berdetak lebih kencang saat ini. Suasana hening sejenak sebelum akhirnya Henry meraup bibir Eva. Awalnya ragu-ragu, tapi semakin lama, semakin dalam dan penuh hasrat. Tindakan itu begitu cepat. Eva yang sedikit terkejut kini memejamkan kedua matanya, merasakan gelombang hasrat yang Henry ciptakan. Kali ini, Henry seperti tidak memberikan ruang lagi untuk mereka berjarak. Kemudian, bibirnya turun perlahan menyentuh leher Eva.Eva bisa merasakan hembusan napas berat menyentuh kulitnya. Dia mencoba mendorong tubuh Henry, tetapi, Henry menarik tangannya ke atas kep

์ข‹์€ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฐพ์•„ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
GoodNovel ์•ฑ์—์„œ ์ˆ˜๋งŽ์€ ์ธ๊ธฐ ์†Œ์„ค์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฆ๊ธฐ์„ธ์š”! ๋งˆ์Œ์— ๋“œ๋Š” ์ฑ…์„ ๋‹ค์šด๋กœ๋“œํ•˜๊ณ , ์–ธ์ œ ์–ด๋””์„œ๋‚˜ ํŽธํ•˜๊ฒŒ ์ฝ์„ ์ˆ˜ ์žˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค
์•ฑ์—์„œ ์ฑ…์„ ๋ฌด๋ฃŒ๋กœ ์ฝ์–ด๋ณด์„ธ์š”
์•ฑ์—์„œ ์ฝ์œผ๋ ค๋ฉด QR ์ฝ”๋“œ๋ฅผ ์Šค์บ”ํ•˜์„ธ์š”.
DMCA.com Protection Status