Share

Chapter 14 Kedatangan Eva

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2024-08-20 23:37:44

“Permisi, Nona. Apa hari ini Eva tidak bekerja?”

Luna, mendongak saat mendengar suara seorang pria. Ia bisa mengenali pria tersebut. Pria itu adalah Samuel, yang sering berkunjung ke kafe tempatnya bekerja.

Samuel baru sempat datang berkunjung hari ini.

Luna menyapa dengan sopan. “Senang bertemu Anda, Tuan. Sudah lama tidak bertemu. Eva, ya? Tadi dia bekerja, tapi dia izin dengan terburu-buru setelah saya lihat dia berbincang dengan salah satu pelanggan.”

Samuel mengerutkan keningnya bingung. “Apa dia laki-laki?”

Luna menggeleng cepat. “Tidak. Pelanggan perempuan. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Setelah itu, Eva pergi dengan sangat terburu-buru.”

Dengan cepat Samuel bertanya kembali. Dia bisa merasa hal yang tidak beres. “Apa Anda tahu ke mana perginya, Nona?”

Luna kembali menggeleng. “Maaf, saya tidak tahu, Tuan. Eva tidak mengatakan pada saya. Dia hanya mengatakan ada urusan mendesak yang harus diurus.”

“Baiklah, kalau begitu, terima kasih, Nona. Saya akan coba un
Sya Reefah

note : cerita ini mengandung slow narrative pace (alur lambat). jangan lupa dukungannya. selamat membaca.

| 15
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Susnaywti Yeti
terlalu sulit buka bab dan iklan sih wajar tapi gak begini juga yah
goodnovel comment avatar
Sya Reefah
terima kasih sudah mampir kak.
goodnovel comment avatar
Eva Susanti
bosan terlalu banyak iklan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 15 Kekesalan Eva

    Henry menatap tajam ke arah Eva. Seolah menembus ke dalam hatinya.“Bercerai?” ujarnya dengan nada sinis. “Kau datang kemari dengan tuduhan tidak jelas. Bahkan aku tidak pernah melakukannya. Aku menjadi curiga jika kalian berdua memang benar-benar bermain di belakangku!”Henry melanjutkan dengan nada dingin. “Apa ini caramu agar kau bisa bercerai denganku?”Eva berusaha menahan emosinya yang meluap. “Ucapanmu memang tidak bisa dipercaya, Henry! Aku masih ingat jelas bagaimana ucapanku sebelum meninggalkan apartemenku!”Eva mulai mengeluarkan semua unek-uneknya yang lama terpendam. “Bukankah banyak uang dan memiliki kekuasaan sangat mudah bagimu untuk mengurus perceraian dengan wanita sepertiku? Kenapa kau justru mempersulitnya dan mengganggu orang yang tidak bersalah? Dia datang hanya untuk menolongku di saat orang lain tidak ada yang memperdulikanku, menghinaku, mencaciku bahkan mengasingkanku!”Air mata Eva mulai membanjiri pipinya. Dia menatap Henry dengan rasa sakit.Eva kembali me

    Last Updated : 2024-08-21
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 16 Berkunjung ke Millbrook

    Sementara itu, di apartemen Eva, ia terlihat sibuk mengemasi bajunya. Berkali-kali ia mengusap air mata. Eva berdiri, mengatur napas sejenak. Pikirannya kembali melayang mengenai rumah tangganya bersama Henry. Ia merasakan campuran keputusasaan dan tekad. Tak butuh waktu lama, Eva pergi meninggalkan apartemen dengan koper kecil di tangannya. Menempuh perjalanan dua jam, Eva telah tiba di Poughkeepsie Station. Helaan napas terdengar dari mulut Eva saat keluar dari pintu kereta. Ia turun dengan langkah hati-hati, menyeret koper kecilnya. Matahari mulai tenggelam. Menunjukkan suasana penuh keletihan. Eva berjalan menyusuri platform, dia mendekati taksi di sisi jalan. “Selamat sore, Tuan. Bisa antarkan saya ke Millbrook?” Sopir taksi duduk di kursi pengemudi tersenyum ramah. “Mari, Nona.” Eva membuka pintu dan duduk di kursi belakang. Taksi mulai melaju. Eva menghela napas dan memandang ke arah luar jendela. Pikirannya sangat berkecamuk. 30 menit kemudian, Eva tiba di rumah sede

    Last Updated : 2024-08-23
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 17 Sekali Ular Tetap Ular

    Eva terbangun di pagi hari yang tenang. Cahaya matahari lembut menembus tirai jendela kamar tidurnya. Menciptakan pola-pola halus di atas lantai.Suasana Millbrook, tempat yang sudah lama ia tinggalkan terasa akrab dan menyegarkan. Eva meregangkan ototnya pelan lalu duduk di tempat tidur.Aroma masakan gurih merasuk ke dalam penciumannya. Dia turun dari tempat tidur dan melangkah masuk ke dapur.Eva mendekat dengan ekspresi penuh semangat. “Selamat pagi, Ma! Aroma masakan yang Mama buat membuat Eva jadi lapar.”Helen berbalik, tersenyum hangat pada Eva. Ia berjalan menyusun piring. “Ayo kita sarapan.”Eva menarik kursi dan duduk dengan penuh antusias.Helen duduk di seberang meja menyiapkan piringnya.Eva mengambil roti bakar, dengan selai raspberry. “Ini selai rasberry buatan Mama sendiri, ya? Eva masih ingat jelas bagaimana enaknya selai buatan Mama.”Satu gigitan masuk ke dalam mulutnya. Eva terlihat sangat menikmati masakan olahan sang mama.Helen tersenyum penuh arti. “Tiba-tiba

    Last Updated : 2024-08-25
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 18 Amarah

    “Tapi, bukankah lebih baik kita mencari tahu yang sebenarnya lebih dulu sebelum percaya dengan ucapan orang lain, Tuan?” Henry menatap tajam, menentang ucapan Ryan. “Tidak ada gunanya mencari tahu lebih jauh. Kau sudah dengar sendiri saat dia datang kemari dan memutuskan bercerai begitu saja, ‘kan?”Ryan merasa percuma memberitahu Henry. Dia tidak menyalahkan Eva jika pada akhirnya meminta untuk berpisah. “Semua bisa dibicarakan baik-baik dengan Nyonya Eva, Tuan. Mungkin Nyonya dan Tuan memilih waktu berbicara dari hati ke hati.” Meski kesal, Ryan tetap sabar. Memberikan saran terbaik untuk Henry.Henry tersenyum sinis, menyilangkan tangan di dada. Menunjukkan kesombongan dan keegoisan. “Sebaiknya lakukan saja tugasmu dengan benar! Kau juga awasi pergerakan Samuel. Pasti wanita itu bersamanya saat ini. Temukan dia sebelum malam.”Tak mau banyak membantah. Ryan mengangguk, menyetujui perintah Henry. “Baik, Tuan.”Dengan langkah pasti, Ryan melangkah keluar ruangan Henry.Saat pintu k

    Last Updated : 2024-08-26
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 19 Pencarian

    Samuel menghela napas. Matanya menelusuri setiap sudut jalanan Manhattan melalui kaca mobilnya.Wajahnya cemas. Namun, sosok yang dia cari tidak ditemukan sama sekali.Bahkan dia rela menelurusi apartemen-apartemen kecil yang ada di kota demi mencari keberadaan Eva. Dia juga datang ke rumah sakit, memastikan apakah kondisi Eva baik-baik saja.Namun semua pencarian yang dia lakukan tidak membuahkan hasil hingga malam.“Dia sebenarnya ke mana? Apa terjadi sesuatu?” Pikirannya mulai melayang-layang. Ia juga menyalahkan diri sendiri. “Seharusnya aku tetap menghubunginya di saat sibukku memastikan dia baik-baik saja.”Tiba-tiba alis berkerut. Sesaat kemudian ide muncul di benaknya.Dia menepikan mobilnya, lalu merogoh ponsel. Nama Dave tertera di layar ponselnya.Suara Dave terdengar di ujung telepon. “Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”Samuel menjawab dengan cepat. “Dave, periksa CCTV kota. Mulai dari Lower East Side. Aku ingin mencari seseorang.” “CCTV kota?” Suara Dave ter

    Last Updated : 2024-08-27
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 20 Sedikit Petunjuk

    “Papa kenapa maksa sekali sih, Pa?” Tiba-tiba saja Elise menyahut dengan ketus. Dia duduk di sofa sebelah Henry. “Kalau memang maunya cerai, yaudah biarin mereka bercerai.”Martin semula bisa menahan emosi, justru dibuat emosi dengan ucapan Elise.Dengan nada tegas Martin berkata, “Hatimu benar-benar sudah dipenuhi dengan kebencian, Ma. Harusnya kamu bisa memberikan contoh yang baik untuk putramu ini!”Kening Elise berkerut marah. “Memangnya apa salah dari Mama? Mama ‘kan tidak mau memaksakan kehendak mereka. Untuk apa dipaksa jika memang tidak bisa dipertahankan lagi? Hanya membuat tersiksa saja!”“Sebaiknya Mama pergi saja dengan teman-teman sosialita Mama. Jangan membenarkan perceraian hanya karena hati benci Mama pada orang lain.” Martin beralih menatap Henry dengan wajah tegasnya. “Dan kau Henry, cepat cari keberadaan Eva sampai ketemu. Jika tidak, akan ada konsekuensi yang harus kau tanggung.”Martin beranjak berdiri meninggalkan Henry dan Elise. Emosinya terasa ingin meledak d

    Last Updated : 2024-08-29
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 21 Hampir Saja

    Samuel melamun sejenak, mengarungi pikirannya yang dipenuhi dengan berbagai kemungkinan. Dia tahu siapa Julia.“Kalau begitu, apa mungkin dia sedang melakukan sesuatu,” gumam Samuel pada diri sendiri. “Dave, mintalah rekaman CCTV di kafe sebelum Eva pergi. Salah satu dari mereka mengatakan jika Eva pergi terburu-buru setelah berbicara dengan salah satu pelanggan perempuan. Aku rasa jika pelanggan itu adalah Julia. Dan kemungkinan besar-,”Samuel menjeda ucapannya. Wajahnya terlihat banyak menyimpan sesuatu. Dia mulai menyambungkan informasi yang dia dapatkan sedikit demi sedikit. “Bukankah Nyonya Eva adalah Istri dari Tuan Henry, kenapa kita yang dibuat repot?” Dave mengeluarkan sedikit keluh kesahnya. Samuel menjawab, “Aku hanya membantunya saja. Ini hal serius. Datanglah ke Kafe dan mintalah rekaman CCTV itu.”Dave menunduk. “Laksanakan, Tuan.”Dave melangkah pergi, melaksanakan tugas dari Samuel. Setelah kepergian Dave, Samuel menghela napas panjang. Ada sesuatu yang tidak bisa i

    Last Updated : 2024-08-30
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 22 Julia yang Licik

    Julia menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. “Oke, Julia. Jangan panik. Kau harus tetap tenang.”Ia menyandarkan dirinya di dinding, berusaha berpikir keras. Memastikan Ryan tidak mengetahui apa yang dia lakukan. Julia mengangkat ponselnya. Namun ia urungkan saat terdengar suara langkah kaki disertai pembicaraan serius mendekat ke arahnya. Ia bisa mengenal jelas suara orang tersebut. Ryan, itu adalah suara Ryan. Dengan cepat Julia membalikkan tubuh, pura-pura untuk mengambil air di dispenser yang tidak jauh dari jangkauannya. “Saya baru saja dari ruang monitoring keamanan mengecek CCTV di depan gedung saat Nyonya Eva pergi meninggalkan gedung, Tuan. Nyonya menaiki taksi dengan plat nomor NYC-5432-,”Ryan terus berbicara sepanjang perjalanannya.Julia berusaha mencuri informasi dari Ryan. Kedengarannya sangat menarik.Dia tersenyum miring atas kekacauan yang terjadi menimpa Eva dan Henry saat ini. Julia berkata dengan nada remeh. “Heh, ternyata mudah sekali

    Last Updated : 2024-08-31

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 192

    Malam harinya, Henry melangkah keluar, menuju ruang tamu, masih menggunakan handuk kimononya yang melilit tubuhnya. Rambutnya masih sedikit basah, tetesan air sesekali jatuh ke lantai saat dia berjalan pelan.Di ruang tamu itu, Elise sudah duduk menunggunya. Wajahnya terlihat masam, dan kedua tangannya terlipat di depan dadanya. “Untuk apa Mama datang ke sini?”“Kenapa kau tidak pernah menjawab telepon dari Mama?” Henry diam, memilih tidak menanggapinya. Dengan sikap acuh tak acuhnya dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa, membiarkan tubuhnya bersandar malas tanpa memerdulikan ekspresi kesal Elise yang menatapnya tajam. Dia tahu bahwa saat ini, mamanya tengah marah padanya.Namun, apa pedulinya? “Bagaimana bisa sampai kau keracunan makanan saat di Swiss?” Elise mengomel tanpa jeda. Henry menghela napas panjang. Satu tangannya menjadi tumpuhan kepalanya, malas menanggapi Elise yang terus mengomel tanpa henti. Dengan tangan lainnya memegang gelas berisi air putih. “Ini pasti karen

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 191

    Perlahan, Eva mengerjap. Dia tak tahu sudah berapa lama tertidur. Cahaya senja masuk melalui celah tirai, menandakan waktu sore. Sudah sore?Seketika, mata Eva terbuka lebar. Ternyata, dia tertidur dalam waktu yang lama. Dia berniat untuk bangun, tapi gerakannya terhenti saat menyadari ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. Dia menoleh perlahan dan melihat sosok di sampingnya. Sudah pulang? Sunyi beberapa saat.Dia memerhatikan wajah Henry yang masih tidur dengan napas teratur dan wajah tenang. Pria itu masih mengenakan baju kantornya, dengan kancing kemeja atasnya terbuka. Saat tidur, pria ini begitu pulas seperti bayi, tapi saat terbangun, sikapnya begitu menyebalkan. Entah mengapa, pria ini membingungkan, terkadang tak masuk akal bahwa ada orang sepertinya di dunia ini. Masih dengan mata terpejam, Henry bergumam, suaranya serak khas seseorang yang baru bangun tidur. “Apa kau selalu menatapku diam-diam seperti itu?”Eva terkejut, tidak menyangka jika pria itu sudah ban

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 190

    Ryan meringis, lalu menjawab, “Tuan … apakah Anda tahu berapa banyak laporan yang saya kerjakan saat Anda liburan?”Henry menatapnya datar. “Itukan memang tugasmu sebagai Asisten,” jawabnya santai dan bodo amat. “Berarti saya tidak bermalas-malasan, Tuan ….” Ryan menjawab dengan suara merendah. “Kalau tidak malas, kenapa dokumen ini masih menumpuk di mejaku?” Henry ngotot menyalahkannya.Ahirnya Ryan terdiam sejanak, meratapi nasibnya. Dalam lubuk hatinya, dia bertanya-tanya, kenapa hari ini Henry begitu menyebalkan? Biasanya, bosnya itu biasa saja mengatasi semua dokumen itu dan asik tenggelam dalam pekerjaannya. Namun, kenapa hari ini berbeda sekali? Dia seperti serba salah di mata Henry. Pasti gara-gara tadi pagi aku menerornya!Tapi, itukan karena Nyonya Besar. Kenapa tidak marah saja padanya? “Baiklah, maafkan saya, Tuan,” katanya pasrah.Tak ada yang menang berdebat dengan Henry. Henry menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Matanya melirik ke arah ponselnya yang ada di s

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 189

    “Kurang ajar sekali mereka mengganggu waktuku!” gerutunya, di selah-selah memasang dasinya. Waktu paginya yang indah itu terganggu, semua orang menghubunginya dengan hal-hal yang tidak penting menurutnya. Dia merasa belum puas menghabiskan waktu bersama Eva.Benar-benar menyebalkan!Eva mendekat, mengambil alih untuk mengikat dasinya. “Mungkin ada hal yang benar-benar mendesak,” katanya dengan suara menenangkan. Pandangan matanya turun menatap Eva. Dia meletakkan tangannya di pinggang istrinya dengan nyaman. Hanya butuh satu menit dasi itu terpasang dengan rapi. Eva mendongak, matanya bertemu mata gelap Henry. “Jangan terlalu keras pada dirimu, kau baru saja sembuh,” katanya penuh perhatian. Henry menarik napas panjang. “Kau tidak mau menahanku?”Eva memandangnya malas. Pria ini mulai bersikap dramatis. “Untuk apa?”Seketika Henry memasang wajah serius. “Kau benar-benar tidak peka dengan keadaan.”Eva mengedipkan matanya cepat. “Memangnya apa yang harus kulakukan?” Wajah Henry s

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 188

    Pagi menyapa dengan cahaya lembut menyusup dari celah gorden. Henry dan Eva masih tertidur pulas. Kehangatan masih terasa di antara mereka, sisa dari kebersamaan yang baru saja terjadi semalam. Eva membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya dia benar-benar terbangun. Kedua matanya mencerna suasana kamar yang begitu asing. Di mana ini?Dia belum sepenuhnya sadar. Hingga dia merasakan tangan kekar memeluk tubuhnya. Dia menoleh. Di sampingnya, Henry masih tertidur pulas. Deru napasnya terdengar begitu teratur. Henry? Butuh tiga detik untuk mencerna hingga dia benar-benar sadar dengan kejadian semalam. Dia mengangkat selimut dan melihat ke dalamnya. Rona merah mulai terlihat di pipinya. Dia malu, dan segera menarik selimut untuk membungkus kepalanya. Pergerakannya itu membuat Henry terbangun. Mata Henry masih setengah terpejam, ekspresi khas seseorang yang baru saja terbangun. Dengan mata setengah terbuka itu, dia bisa melihat gundukan selimut di depannya.

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 187

    Dengan satu gerakan cepat, Henry mengangkat tubuh Eva, merasakan betapa ringannya tubuh itu dalam dekapannya. Eva begitu terkejut ketika tubuhnya terangkat begitu saja. Matanya menatap Henry dengan penuh kebingungan. “Apa yang sedang kau lakukan?” “Yang kulakukan …?” Henry tersenyum penuh makna. Tanpa menjawab lagi, dia membawanya menuju tempat tidur. Henry membaringkan tubuh Eva perlahan. Eva merasakan jantungnya mulai berdetak lebih kencang saat ini. Suasana hening sejenak sebelum akhirnya Henry meraup bibir Eva. Awalnya ragu-ragu, tapi semakin lama, semakin dalam dan penuh hasrat. Tindakan itu begitu cepat. Eva yang sedikit terkejut kini memejamkan kedua matanya, merasakan gelombang hasrat yang Henry ciptakan. Kali ini, Henry seperti tidak memberikan ruang lagi untuk mereka berjarak. Kemudian, bibirnya turun perlahan menyentuh leher Eva.Eva bisa merasakan hembusan napas berat menyentuh kulitnya. Dia mencoba mendorong tubuh Henry, tetapi, Henry menarik tangannya ke atas kep

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 186

    Eva membalas dengan tatapan bingung. “Kenapa? Apa kau perlu sesuatu?”Henry hanya diam, dan tatapan mata yang masih tertuju pada Eva.Dia kenapa? Apa ada yang salah?Eva berdehem pelan. “Aku ambilkan makan malam untukmu.” Dia bersiap untuk bangkit dari duduknya.Namun, dengan gerakan cepat, Henry menariknya, membuatnya terduduk kembali. Akan tetapi, kali ini ia terduduk di pangkuan Henry. Saat itu, jantungnya berdetak lebih kencang, antara rasa terkejut dan tatapan dalam suaminya padanya. “Kenapa kau buru-buru sekali?” Suaranya pelan dan sedikit serak. “Aku hanya ingin mengambilkan makanan untukmu.” Eva sedikit gugup dan mengalihkan pandangannya lurus ke depan. “Jangan seperti ini. Tidak enak jika pelayan melihatnya.” Dia berusaha bangkit, tapi tangan Henry menekan pinggangnya, memaksanya untuk tetap tinggal. “Memangnya kenapa jika mereka melihat?” jawabnya dengan acuh tak acuh. “Mereka tahu kalau kau Istriku.” Eva menoleh.Pria ini memang benar-benar keras kepala dan tidak ped

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 185

    “Ayolah … tidak ada yang salah jika kita melakukannya. Kenapa wajahmu seperti itu? Kau bahkan sering menuntut lebih,” ucapnya dengan penuh percaya diri.Tatapan mata Eva menjadi tajam. Pria ini benar-benar tidak punya malu dan terlalu percaya diri!Pintar sekali membalikkan fakta!“Racun itu bersarang di perutmu, tapi kenapa jadi otakmu yang bermasalah?” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Eva. Ekspresinya yang datar dan tanpa emosi itu membuat setiap kata yang diucapkan terdengar lebih tajam dan menusuk. Henry tidak mau kalah. Dia terus melayangkan serangannya menggoda Eva. “Aku hanya bicara sesuai fakta.” Eva membantah cepat, “Tapi fakta yang kau katakan justru sebaliknya.” “Coba katakan di mana kebohongannya? Setiap kau membalas, aku selalu kuwalahan.” Eva terdiam. Melihat wajah dan senyum nakal Henry itu membuatnya semakin jengkel. Rasanya dia ingin keluar dan mengambil sesuatu untuk memukul kepalanya yang sedang bermasalah. Dasar pria mesum!“Aku rasa, racun itu

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 184

    Dua hari kemudian.Lawson menutup teleponnya, lalu mengambil mantel panjangnya dengan tergesa-gesa. Sophia mendekat, memasang wajah penasaran. “Papa mau ke mana? Ada kabar apa?”Gerakannya saat memakai mantel tampak terburu-buru. “Papa mau ke Dermaga. Kepala Koki menjadi tersangka dari insiden kemarin.”“Kepala Koki?” Mata Sophia terbelalak lebar. “Papa pergi dulu, ya.”“Mama ikut!” Sophia menyambar tas, kemudian berlari mengejar langkah suaminya. ****Dermaga. Di tengah suasana tegang, kepala koki itu terlihat berlutut, dengan suara gemetar. Dia menahan tangis, dan memohon ampunan di depan orang-orang yang berjejer penuh kekuasaan, memandang ke atas dengan tatapan penuh harap. “Saya berani bersumpah, saya tidak pernah melakukannya.” Salah satu tim keamanan itu menjawab dengan penuh otoriter, “Simpan semua jawabanmu itu, kita tunggu Tuan Lawson datang.” Kepala koki memegang ujung bajunya dengan tangan gemetar, dia terus memohon, tetapi tak ada seorang pun yang bergeming, maupun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status