Share

Chapter 233

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2025-06-30 23:56:45

Setibanya di rumah, Eva segera melepaskan sepatunya kemudian menaruhnya di rak. Lalu, dia menuju ke ruang tamu, mendudukkan dirinya di atas sofa empuk. Wajahnya masih tampak kelelahan, tetapi tubuhnya sudah lebih baik dibanding sebelumnya.

Namun, baru saja dia duduk, suara langkah di belakangnya terus mengikuti.

Dia melirik ke samping. Henry duduk di sebelahnya.

Alis Eva sedikit berkerut. “Ada apa?”

Henry menggeleng. “Aku hanya memastikan kau duduk dengan nyaman.”

Eva mengerjap cepat.

Dia baru dinyatakan hamil beberapa jam yang lalu, tetapi Henry sudah protektif.

Seperti saat perjalanan pulang tadi, Henry selalu meminta sopir taksi untuk memperlambat laju taksinya. Bahkan dia mengomel ketika sopir itu mengerem secara tiba-tiba.

Sepanjang perjalanan, Henry menggenggam tangannya, tanpa lepas sedetik pun.

Awalnya, dia mengira pria itu tidak menyukai bayi ini, ternyata dugaannya salah. Suaminya begitu antusias, hanya saja, pria itu sulit menunjukkan ekspresinya.

“Aku sudah duduk d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 234

    Henry berada di ruang tamu, satu tangannya memegang ponsel, sedangkan tangan satunya mengusap dagunya pelan. Siang itu, suasana di rumah tampak tenang. Dia memanfaatkan kesempatan sebelum Eva bangun.Henry menatap layar ponselnya sejenak sebelum menekan tombol hijau. Begitu panggilan terhubung ke pelayan, suaranya begitu tenang, tapi penuh perintah. “Dengar baik-baik,” ucap Henry. “Mulai hari ini, aku ingin semua tempat duduk di rumah–sofa, kursi makan, bahkan kursi di ruang ganti, ganti dengan yang lebih nyaman. Pastikan semuanya empuk dan menopang punggung dengan baik. Khusus ruang tengah dan kamar, tambah bantal sandaran. Kamar mandi juga, beri alas kaki anti-slip.”“Baik, Tuan, kami mengerti,” jawab pelayan di seberang. Tak berhenti sampai di situ, Henry melanjutkan, “Dan soal makanan. Katakan pada Lena. Eva tidak boleh makan sembarangan. Tidak ada lagi makanan kemasan, tinggi gula, tinggi garam atau yang mengandung pengawet.”“Fokuskan makanan sehat, makanan rumah yang hangat

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 233

    Setibanya di rumah, Eva segera melepaskan sepatunya kemudian menaruhnya di rak. Lalu, dia menuju ke ruang tamu, mendudukkan dirinya di atas sofa empuk. Wajahnya masih tampak kelelahan, tetapi tubuhnya sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Namun, baru saja dia duduk, suara langkah di belakangnya terus mengikuti. Dia melirik ke samping. Henry duduk di sebelahnya. Alis Eva sedikit berkerut. “Ada apa?”Henry menggeleng. “Aku hanya memastikan kau duduk dengan nyaman.”Eva mengerjap cepat. Dia baru dinyatakan hamil beberapa jam yang lalu, tetapi Henry sudah protektif. Seperti saat perjalanan pulang tadi, Henry selalu meminta sopir taksi untuk memperlambat laju taksinya. Bahkan dia mengomel ketika sopir itu mengerem secara tiba-tiba. Sepanjang perjalanan, Henry menggenggam tangannya, tanpa lepas sedetik pun. Awalnya, dia mengira pria itu tidak menyukai bayi ini, ternyata dugaannya salah. Suaminya begitu antusias, hanya saja, pria itu sulit menunjukkan ekspresinya. “Aku sudah duduk d

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 232

    Matahari menggantung tinggi di atas kota Hudson, menyinari jalanan Hudson dengan terik. Langit tampak cerah—berwarna biru dan dihiasi awan putih tipis bergerak perlahan. Udara dipenuhi aroma daging asap, roti panggang bercampur wangi kopi dari kafe di sepanjang Warren Street. Henry dan Eva berjalan berdampingan di trotoar batu yang ramai dengan pejalan kaki. Suara sepatu di atas trotoar terdengar jelas saling beradu. Meski suasana terik, semilir angin membuat jalan-jalan terasa menyenangkan. Di sisi kanan jalan, aroma daging asap menguar dari sebuah food truck yang antriannya membentuk seperti ular. Henry sempat memandanginya dan beralih memandang Eva, dia sangat tahu istrinya menyukai makanan kaki lima.Langkah mereka terhenti. Tiba-tiba saja, Eva menutup hidungnya, wajahnya memucat. “Kau tidak apa-apa?” tanya Henry cemas, memegang kedua lengan Eva. Eva menggeleng cepat, tapi cepat-cepat dia berjongkok menahan perutnya di bagian atas. “Baunya terlalu menyengat,” katanya, menel

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 231

    Beberapa detik Julia berdiri di ambang pintu, matanya menyisir setiap sudut ruangan. Tidak ada Henry? Di mana dia?Dia kembali memandang Ryan dengan tatapan tidak suka, rasa muaknya yang sudah lama terpendam kini kembali muncul ke permukaan. Dia sungguh membenci pria sok berkuasa itu.Tak peduli siapa pun itu, Julia melangkah masuk dengan cepat. Saat di depan meja, kedua tangannya mendarat dengan sedikit keras. “Di mana, Henry?” Julia bertanya tanpa rasa malu.Ryan menatapnya dengan sorot menantang. Wanita ini benar-benar tidak ada rasa sopan santun dan malunya. “Ini di lingkungan kantor, Nona Julia. Bersikaplah lebih sopan,” kata Ryan, memberitahu. Ryan menyandarkan punggungnya lalu melipat tangannya di depan dada. “Untuk apa mencari Tuan Henry?”“Aku ingin mengatakan sesuatu padanya!”“Tuan Henry cuti untuk beberapa hari. Katakan saja padaku apa yang ingin disampaikan.”Kepalanya terasa mendidih. Tangannya mengepal di bawah meja begitu mendengar Henry cuti. Pria itu pasti seda

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 230

    Henry dan Eva menuntun sepeda mereka menyusuri jalanan kecil membelah padang rumput. Jalanan dipenuhi kerikil halus dan diapit pepohonan yang menjulang tinggi di kejauhan. Burung-burung berkicauan di dahan pohon, mengisi pagi tenang yang tidak pernah mereka temukan di kota. Eva naik lebih dulu ke sepeda nya, mengayuh pelan sampai keseimbangannya terjaga. Sementara Henry masih menuntun sepeda nya sambil berpikir, bagaimana caranya menaiki sepeda ini?Eva menoleh ke belakang. “Ayo kejar Kau bisa, ‘kan?” tanyanya, dengan nada sedikit menggoda. Henry memandangi sepeda itu seperti musuh bebuyutannya. “Harusnya bisa,” jawab Henry pelan. Dia menarik napas dalam-dalam lalu menaiki sedel. “Baiklah … mari kita buktikan.”Butuh beberapa detik dia menyesuaikan sebelum akhirnya dia berhasil mengayuh, meski awalnya kehilangan keseimbangan. Eva yang sudah lebih mengayuh di depan menoleh kebelakang, tertawa melihatnya kehilangan keseimbangan. “Jangan tertawa dulu,” katanya, sambil menahan k

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 229

    Pagi itu, matahari mulai terbit perlahan di balik pepohonan. Meski begitu, udara kota Hudson masih terasa sejuk, belum sepenuhnya hangat. Henry tampak membuka matanya lebih dulu. Kepalanya sedikit miring, memerhatikan Eva yang memunggunginya dan masih terlelap. Suasana tenang di kota itu berhasil memperbaiki mood Eva. Terlihat jelas istrinya begitu lelap. Biasanya, Eva akan bangun lebih dulu darinya lalu menyibukkan diri menyiapkan semua keperluannya sebelum ke kantor. Henry sedikit terbangun, dan satu tangannya dia gunakan untuk menumpu kepalanya. Bibirnya membentuk senyuman yang menawan. Satu tangannya lagi melingkar di pinggang Eva kemudian mengelus perutnya perlahan. Senyum itu perlahan memudar. Sesuatu tiba-tiba muncul di dalam pikirannya. Seorang bayi. Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul keinginan memiliki bayi dari Eva. Namun, itu tidak buruk, ‘kan? Lagipula, mereka sudah lama menikah. Sudah sewajarnya dia memiliki pemikiran seorang bayi.Dia membayangkan dirinya menggen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status